Semua Bab Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?: Bab 61 - Bab 70
74 Bab
Eps. 61 – Dikurung II
(Sekar)            Jantungku memang berdebar saat itu. Saat aku melihat senyuman Mahesa yang hangat. Dia memelukku lagi dan mengucapkan,          “Ayolah, masak sesuatu. Aku benar-benar lapar.”          Aku melepaskan pelukannya dan kembali ke ruang tengah. Menaruh tasku kemudian berjalan ke dapur. Mahesa mengikuti ke dapur, memberitahukan isi kulkas dan lemarinya. Ketika aku sibuk dengan masakanku, aku bisa melihat pasti Mahesa memegang kakinya setelah itu tertidur di sofa.          KLONTANG!!          Aku tidak sengaja menjatuhkan tutup panci dari peganganku karena lenganku tersenggol dengan panci panas di sebelahnya.      &n
Baca selengkapnya
Eps. 62 – Complicated
(Sekar)            Di dalam mimpiku kali ini, aku hanya membaringkan tubuhku di sebuah kasur empuk. Tubuhku hangat. Wajahku terbenam dalam selimut tebal.          “Sekar bangun.”           Aku membuka mataku dan terduduk tiba-tiba. Suara itu muncul lagi. Aku melihat sekitar, aku masih di apartemen Mahesa dan dia sendiri masih tidur pulas, karena tiba-tiba terduduk, kepalaku agak pusing.          “Hmmm, kamu sudah bangun?” tanya Mahesa dengan suara serak. Matanya masih terpejam.          Aku berencana untuk menyudahi waktu tidurku walaupun kepalaku agak pusing. Mahesa menarikku ke dalam pelukannya.  &n
Baca selengkapnya
Eps. 63 – Cemburu
(Mahesa)            Aku menarik Sekar dengan geram. Sekar sudah meronta-ronta untuk dilepaskan. Dia tidak terima aku menyeretnya masuk ke dalam apartemenku.          “Mahesa aku mau pulang! Bukan ke apartemenmu.” teriaknya di depan pintu apartemen. Ketika pintu apartemen terbuka, aku benar-benar melepaskan cengkeramanku padanya. Dia meringis dan mengelus tangannya. “Mahesa kenapa kamu bawa aku ke sini?!!!”          “Ikuti aku.” perintahnya dingin.          “Nggak!”          Aku mengatupkan bibirku dan menariknya kembali dan menyeretnya ke kamar mandi.         
Baca selengkapnya
Eps. 64 – Gambaran itu I
(Sekar)            Deburan ombak dan punggung seorang pria membangkitkan memoriku. Mimpiku terasa kacau, karena di dalam mimpiku aku terlalu berpikir keras. Kemudian berpindah tempat lagi, di sebuah taman indah dekat kolam renang, menghadap pemandangan indah perumahan di bukit-bukit. Aku hanya melihat sebuah tangan seorang pria. Dia memakai cincin yang agak besar versinya dan jemarinya mulai menyematkan cincin ke jari manisku. Ya, cincin pernikahanku yang hilang.          Tubuhku terlalu dingin untuk meneruskan mimpi tersebut. Lalu aku membuka mataku cepat. Napasku terasa sesak dan aku mulai bangun dari tidurku. Terduduk. Aku melihat kesana kemari, tidak ada Mahesa di sebelahku. Aku menatap jam weker di sebelah tempat tidur. Sudah jam 8 pagi. Aku mendengar suara tombol pintu dibuka. Muncul Mahesa memakai setelan ola
Baca selengkapnya
Eps. 65 – Taruhan
(Mahesa)            Setelah menjemput dan mengantar Derry ke tempat tujuannya yang tidak begitu jauh dari apartemen, aku bergegas pulang. Aku sempat memanggil orang bengkel untuk membawa ban serep dari mobil tua milik Derry ini. Aku tidak tahu bagaimana awalnya, ketika aku membuka pintu apartemen. Aku melihat Sekar ambruk. Dengan kecepatan penuh aku segera berlari.          “Sekar? Sekar?” Aku menepuk-nepuk pipinya pelan. Sekar tidak sadarkan diri. Ini yang kedua kalinya aku melihat Sekar pingsan. Kenapa? Apa yang terjadi sebetulnya?          Cepat-cepat aku membopongnya dan membaringkannya di tempat tidur yang sudah tertata rapi. Aku menarik laci kecil di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah minyak dan menempelkannya di hidung Sekar. Tangannya
Baca selengkapnya
Eps. 66 – Kebenaran Terungkap
(Sekar)            “Halo.”          “Kamu dimana?”          “Di jalan. Mau pulang.” jawab Mahesa. Suaranya agak jauh. Mungkin dia menggunakan mode speaker. “Kenapa?”          “Aku mau ambil sesuatu di apartemenmu.” Aku menyandarkan tubuhku di depan pintu apartemen. “Jadi aku butuh password kunci pintunya.”          “Kamu datang sendiri? Ini sudah jam setengah dua belas malam.” Mahesa heran.          “Berapa?” Telunjukku sudah siap untuk memencet tombolnya.     &nb
Baca selengkapnya
Eps. 67 – Ketemu  
(Mahesa)            Aku, Kiano, dan Derry yang sengaja datang ke kantorku menonton rekaman cctv yang ada di dalam ruang kerjaku. Kiano dan Derry mematung.          “Di…dia bisa buka brankas lo? Apa dia tahu kodenya?” tanya Derry.          “Semua kode dan password yang Mahesa punya itu tanggal, bulan, dan tahun pernikahan.” Kiano menjawab pertanyaan Derry yang ditujukan padaku.          Aku menghela napas panjang. Beranjak dari kursi kerjaku. Aku membanting tubuhku ke sofa yang agak keras. Memandang brankas sialan itu. Sekar sudah hampir 5 jam tidak bisa dihubungi. Ponselnya mati dan otomatis aku tidak bisa melihatnya kapan pemberhentian terakhirnya.  &nbs
Baca selengkapnya
Eps. 68 – Gambaran Itu II
(Mahesa)            Darius menggiring kami ke ruang kerjanya. Aku sebetulnya baru datang lagi ke rumah ini. Setahuku Rosa sudah tidak tinggal di sini karena dirinya kecewa dengan Darius yang berani menjebloskan dua anak kandungnya ke penjara. Walaupun katanya asisten rumah tangga di rumah ini, Rosa terkadang menyempatkan diri beberapa hari untuk pulang. Tetapi memang hubungan Rosa dan Darius sepertinya tidak bisa membaik kembali. Jadi, rumah ini terasa sepi sekali. Hubunganku dengan Darius membaik, bahkan diluar ekpektasi aku benar-benar berperan seperti anaknya. Kadang aku agak gugup jika harus memanggilnya ‘Papa’.          Foto keluarga yang dipajang Darius di depan ruang tamu masih terpajang di dinding dengan gagah. Walaupun foto keluarga tersebut diambil sekitar beberapa tahun yang lalu ketika aku be
Baca selengkapnya
Eps. 69 – Dia Suamiku?
(Sekar)            Tanganku terasa basah dan lembab. Ternyata handuk kecil yang ada di pelipis Mahesa terjatuh. Aku tidak tidur pulas kali ini. Selalu terjaga. Jadi ketika ada sesuatu yang bergerak atau mendengar suara, aku langsung membuka mataku. Aku mengambil handuk itu dan ternyata Mahesa menoleh ke arahku. Membuka matanya.          “Sekar…” panggilnya lemah dan serak.          “Ya?”          “Dimana air? Aku haus.” Dia melihat meja di sampingnya. Aku meletakkan air minum di meja kecil dekat sofa. Aku bergegas mengambilnya dan memberikannya pada Mahesa.          Mahesa membaringkan tubuhnya kembali. &
Baca selengkapnya
Eps. 70 – Mau Cerai ?
(Sekar)            Di dalam mimpiku, aku benar-benar jelas melihat wajah Mahesa. Seorang pria yang ternyata bersamaku di pantai. Pantai yang sama ketika aku pertama kali dibawa oleh Mahesa. Deburan ombaknya, benar-benar mengingatkanku pertama kali dimana ketika aku bertemu dengan Mahesa waktu itu. Adegan demi adegan, aku mengingatnya. Sampai pada akhirnya, berpindah pada adegan ketika aku berada di rumah sakit. Bagian ini aku tidak ingat. Aku hanya melihat sebuah janin yang terdapat di layar bersama Mahesa. Apakah aku pernah memiliki anak? Seketika saja air mataku jatuh. Waktu itu aku merasakan seseorang menghapus air mataku dan aku tersadar dari tidurku.          “Kamu menangis?” tanyanya.          “Kamu kenapa di sini?”  
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status