Semua Bab A Modern Fairytale: Bab 11 - Bab 20
72 Bab
11. Fear
Edgar menghempaskan Maria tanpa kelembutan, bahkan ketika melihat Maria yang terang-terangan mengusap tangannya yang memerah perih Edgar tak peduli. Lelaki itu kalap, ramahnya hilang, sabarnya telah tiada. “Jelasin,” geram Edgar, mencoba menanam sabar satu kali lagi. Maria membalas tatapan Edgar tak kalah tajam. “Enggak ada.” Deru napasnya memburu, emosi.Decihan dikeluarkan dari mulut Edgar. Mungkin memang Maria tidak punya sedikitpun pengalaman menenangkan seseorang yang tengah tenggelam dalam amarah hingga wanita itu bisa dengan ketus menjawab pertanyaan Edgar dengan kata-kata seperti tadi. Namun Edgar juga tak pernah berhadapan dengan wanita seperti ini sebelumnya, atau lebih tepatnya Edgar tak pernah seemosi ini sebelumnya. Bayangkan jika kalian yang ada di posisi Edgar. Betapa bingungnya lelaki itu dibuatnya. Edgar menghembuskan napas, tatapan matanya belum melunak. “Kalo begitu Ares akan gue bawa.” Perih di pe
Baca selengkapnya
12. Titik balik kehidupan
“Saya akan menikahi Maria.” Hak. Dan juga keinginan yang Edgar ancamkan waktu itu benar-benar berbeda dengan makna ancaman yang ada dalam pikiran Maria. Dasar sinting! Lelaki ini yang sudah menyebut Maria brengsek. Lelaki ini juga sudah mengatakan berbagai sumpah serapah, mengancam, dan bahkan meninggalkan kenangan berupa lebam kebiruan di pergelangan tangan Maria. Menakut-nakuti Maria dengan berkata bahwa dia akan membawa Ares, meski pada akhirnya ibu Edgar tidak menyetujui ide putranya itu dan menyerahkan Ares kembali pada Maria. Tetapi lihat apa yang terjadi hari ini? Edgar datang bersama ibunya dan berniat melamarnya? “Edgar!” pekik Maria tak terima sekaligus tak menyangka dengan apa yang Edgar katakan barusan. Lamaran? Oke. Egdar memang mengakui kalau ia menyukai Maria, dan Edgar juga tau kalau Maria adalah ibu dari anaknya, tetapi apa hanya karena dua hal itu Edagr itu bisa memutuskan untuk menikahi Ma
Baca selengkapnya
13. Worse
-Ketika semua mimpi buruk yang selama ini kamu benci ternyata bukan yang terburuk dan masih ada hal yang lebih buruk menanti, hati manusia yang pada dasarnya tercipta rapuh dengan keteguhan semudah angin berubah pun akan mendayu nelangsa dibuatnya.Seperti yang dialami Maria saat ini.Ia pikir hamil di luar nikah menjadi mimpi paling menyakitkan yang merupakan sebuah fakta yang harus diterima, namun ternyata ia terlalu dini menyimpulkan, fakta bahwa sang ayah terbaring lemah dengan berbagai peralatan medis penopang hidup disana membuat Maria menyadari apa arti mimpi buruk yang sebenarnya.Melihat bagaimana ibunya tak bernafsu makan dan setia menangis sama menyayatnya.Belum selesai dengan itu, statusnya sebagai seorang putri tunggal keluarga Foster yang merupakan pewaris tahta dan harta keluarga itu mengharuskan Maria untuk tetap menginjakan kaki di perusahaan meski pikirannya kacau balau.Pakaian formal yang dikenakan Maria berwarna cream
Baca selengkapnya
14. Edgar side
“Ed, mikirin apa?”Lamunan Edgar seketika terpecah ketika gendang telinganya mendengar kalimat itu, tubuhnya juga didorong kecil sebagai usaha agar ia sadar.Edgar mengedip cepat, langsung menoleh pada wanita berhoodie coklat yang duduk dikursi sampingnya.Oh tuhan. Ia bahkan bisa melamun saat keadaan café yang dikunjungi seramai ini. Sebegitu besarkah dampak Maria dan semua masalahnya di diri Edgar?Semua perlakuan buruk yang tuan Foster berikan pada Edgar membuat lelaki itu belumjuga menghubungi Maria hingga sekarang, tidak menemuinya untuk mengemis atau melempar marah lagi, karena sebagian besar ego Edgar yang berhasil disentil malam itu tak mengijinkan. Edgar cuma rutin mengecek ponsel untuk melihat snap dan juga unggahan foto dan video Ares di social media Maria.Edgar menatap Sabina sembari tersenyum, menggeleng. “Enggak.”Sabina pun hanya mengangguk mengiyakan, kedati dalam hati ia tau apa yang men
Baca selengkapnya
15. Bye from now
Langkah kaki beralaskan sandal rumah itu melaju dengan santai menuruni tangga, mendesah menyesal kenapa juga ia harus mempunyai rumah sebesar ini, Maria tidak menyadari ini sebelumnya karena bahkan selama hidup ia tidak pernah pergi ke dapur.Dan sekarang? Maria mengerti penderitaan yang para asisten rumah tangganya rasakan, harus mengitari rumah yang luas dan menggunakan lift, berjalan lagi menuju pintu belakang sebelum menuruni tangga menuju pavilliun dimana tempat laundry berada.Maria meletakan keranjang cucian yang semula digendongnya ke lantai.“Okay. Let’s nyuci.”Tunggu dulu,Oke. Ya. Kalian tidak salah mendengar atau membaca, Maria yang barusaja melebeli dirinya tidak pernah menyentuh dapur rumah sama sekali ini tiba-tiba datang ke ruang laundry dan mengatakan akan mencuci pakaian?Yup. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu benar-benar berniat mencuci untuk pertama kali dalam hidup. Karena berdasarkan apa yang
Baca selengkapnya
16. New life
--2 years later.--Pagi datang dengan damai.Kicau burung yang biasanya hanya tertulis dalam novel saja beberapa tahun ini menjadi terdengar lebih nyata.Seorang wanita dengan setelan piyama itu baru selesai mengerjakan pekerjaan rumah di dapur, ia kemudian membuka semua korden dan jendela rumah yang ada, melirik pada sofa legend berwarna abu-abu didepan jendela.Sudah lama sekali, haruskah ia ganti sofa? Sama seperti ibu-ibu lain yang punya pikiran Maria pun bercabang-cabang, apalagi setelah masuk kepala tiga, semua hal rasanya harus dipikirkan- bukan harus sebenarnya karena tidak berniat berpikir saja jadi kepikiran, contohnya; memikirkan menu sarapan, lanjut makan siang dan disusul makan malam, tiga menu berbeda dalam sehari, itu paling sederhana namun menjadi pemikiran berat bagi Maria.Karena putranya Ares kini masih dalam masa pertumbuhan Maria tidak mungkin memberi makan secara asal.Maria menyibak korden jendela di kamarn
Baca selengkapnya
17. He is back
Ares sudah sarapan, sudah mandi dan wangi juga, memakai fashion pilihan ibunya yang tidak pernah salah dan mengecewakan, rambutnya ditata hingga tampannya balita itu menarik perhatian para tetangga. Setelah mandi, sembari menunggu Maria bersiap-siap, Ares lebih dulu melihat dan memberi makan Dash di depan rumah. Dan sudah biasa pula para tetangga, ibu RT, dan orang lewat akan menghentikan langkah untuk mencubit pipi Ares dan mendengar suara lucu bayi tiga tahun kesayangan warga komplek itu. Maria keluar rumah setelah beberapa menit berdandan, ia menggunakan kulot jeans dan dipadu dengan atasan kaos press badan berlengan panjang, sementara rambut pirangnya dikuncir rendah. Ketika melihat keadaan luar, Maria tidak bisa tidak tersenyum. "Udah rame aja, baru ditinggal lima menit," ujar Maria sembari memakai sandal. Menunduk pada Ares yang dikerubungi ibu-ibu komplek, membersihkan tangan kecil putranya itu yang habis memegang pakan unggas.
Baca selengkapnya
18. ODGJ
“Mommy nggak kangen daddy?”Pintu gudang yang semula terbuka sudah jadi tertutup, satu tersangka yang mendorong pintu itu hadir dan menanyakan sebuah pertanyaan paling absurd yang pernah Maria dengar.Maria membalikan badan lengkap dengan mata memicing. Wanita pirang itu melipat tangan didepan dada. “Selain staf dilarang masuk.”Setau Maria tadi Ares tidak mau turun dari gendongan ayahnya, kenapa sekarang Edgar bisa berkeliaran dengan bebas begini. Memang sudah sekitar tiga puluh menit, namun bukankah tiga puluh menit terlalu singkat untuk mencurahkan rindu?Pria berambut hitam itu menarik satu sudut bibirnya agar terangkat. “Diijinin yang punya.”Dasar jelmaan Medusa! Umpat Maria pada Jane dalam hati.Sekarang Maria benar-benar penasaran dengan apa yang Edgar berikan pada Jane sampai sahabatnya itu mau memaafkan sang uler kangkung ini. Bahkan sekarang terkesan mendukung.Maria mengangguk acuh
Baca selengkapnya
19. Daddy time
Setelah persetujuan dari Maria tadi pagi, Edgar tak menunda untuk membawa putranya pergi saat café milik Jane memasuki jam operasi.Mengajak putranya itu kerumah untuk bertemu ibu dan bermain hingga siang sebelum memutuskan untuk pergi ke duty free untuk jalan-jalan, kendati Ares bilang kalau dirinya sudah amat bosan dengan tempat perbelanjaan itu karena Maria terlampau sering membawanya kesana.Sudah habis berbelanja, ibu membeli barang-barang yang diinginkannya, dan Ares juga mengambil berkotak-kotak figure motor dan mobil sport yang keren. Dan sekarang mereka tengah duduk dimeja bundar dengan makanan di meja. Mengistirahatkan kaki dan menambah gula darah yang perlahan surut karena lelah.Edgar berceloteh tentang permotoran dengan Ares di pangkuannya, berbincang seru sembari bergurau hingga sesekali tertawa.“Maria kenapa nggak diajak?” tanya ibu tiba-tiba. Wanita berwajah teduh yang tengah duduk diseberang meja sana menatap cucunya d
Baca selengkapnya
20. Refuse
Keadaan rumah sakit dijam seperti ini memang biasanya sepi, jam berkunjung sudah habis dan hanya tersisa perawat dan juga pendamping pasien yang sesekali berkeliaran.Maria datang sore tadi setelah baru pulang dari café, pulang sebentar untuk mandi dan melakukan beberapa hal. Setelah itu tanpa menunda menggunakan mobil milik ibunya Maria pergi kerumah sakit.Ares sedang bersama Edgar, dan betul bahwa Maria bisa sedikit santai karena hal itu.Sekarang Maria sedang berjalan menuju ruang rawat ayahnya, setelah tadi sempat pergi ke bagian administrasi untuk mengurus beberapa hal yang belum tuntas.Ditengah jalan, dilorong rumah sakit ini Maria berpapasan dengan salah satu suster yang dikenalnya, dia dalah perawat yang biasanya merawat ayah Maria bergantian dengan tiga yang lain.“Mbak Maria!” sapa si perawat dengan ramah, baju berwarna ungu yang dan nametag kebanggaan dipamerkan.Maria yang hari ini memakai pakaian panjang kar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status