Semua Bab DINIKAHI KONGLOMERAT: Bab 61 - Bab 70
127 Bab
Bab 61-SDK-MJD5
"Apakah kemarin itu dia berbohong? Mengatakan ibunya sakit dan membutuhkan uang?” Kulihat Tuti dan lelaki itu berjalan bergandengan menuju sebuah sepeda motor mega pro yang terparkir tidak jauh dari sana. Mereka duduk berboncengan dan melaju berbaur dengan keramaian.Aku menatap punggungnya yang perlahan menghilang ditelan belokan. Ternyata aku masih benar-benar mentah di dunia luar ini. Tuti yang kukasihani ternyata hanyalah seseorang yang pandai berakting. Rupanya salah ada satu jenis skill baru yang kini kutahu yaitu keahlian berpura-pura.“Eh, pagi-pagi ngelamun? Kamu mikirin apa, sih?” Dwi Rama sudah datang dengan membawa dua porsi sarapan. Dia satukan dalam satu plastik berwarna putih. “Enggak,” jawabku dengan malas. Dia malah terkekeh kemudian menyalakan kembali mobiln
Baca selengkapnya
Bab 62-SDK-MJD6
"Apakah dia orang kaya yang menyamar sepertiku? Ataukah dia pebisnis barang haram terlarang yang sedang bersembunyi dari buronan polisi?” Otakku mulai menerka-nerka sambil tak luput memperhatikan gerak-geriknya.   Dia terburu-buru menyimpan gawai mahalnya kembali ke dalam saku jaket itu setelah selesai menelpon. Aku berdiri dan menghampirinya untuk membayar satu porsi ketoprak yang rasanya agak berbeda dari ketoprak yang biasa kubeli. Enak sih, tapi agak aneh.    “Berapa, Bang?” Aku berdiri dan menghampirinya.   “Sepuluh ribu,” jawabnya singkat. Wajahnya tetap sedingin salju.   “Duhhh … bikin greget aja, sih!” batinku sambil menyodorkan uang selembar lima puluh ribuan padanya.    Dia menerimany
Baca selengkapnya
Bab 63-MJD7
Aku melempar pandang sembarang. Namun siapa sangka seseorang ternyata tengah berdiri mematung di samping gerobaknya di seberang jalan. Sedang apa lelaki salju itu di sana? Kenapa dia seperti melihat ke arahku?   “Kenapa aku jadi geer gini … lagipula siapa aku sampe harus diperhatikannya!” gumamku sambil memutar kembali tubuhku, terus berjalan melewati pintu gerbang.    Aku menyapa security yang berjaga hari ini.    “Pagi, Mbak Dinda!”   Yang jaga hari ini rupanya Irwan---security paling sok keren di sini. Aku tersenyum dan menganggukan kepala.    “Pagi Pak Irwan … wah rambutnya hari ini rapi sekali, ya?” sapaku sambil terus berlalu.   Kulihat
Baca selengkapnya
Bab 64- MJD8
"Hah, kenapa juga jadi dia yang repot … justru ini semakin menarik, bagaimana mungkin aku akan kalah jika yang memutuskan ditolak atau diterimanya sebuah keputusan itu ada di tanganku!”    Kita lihat nanti apa yang akan kuberikan padamu, Mak Lampir. Selamat menunggu hari yang akan berkesan sepanjang hidupmu.   Aku berjalan kembali ke kubikel tempatku bekerja. Menghabiskan hari ini dengan bosan. Sesekali melihat jam, mengambil air minum, membuat teh. Kapan kerjanya? Ya gitu, ketika pikiran sedang tidak sinkron hanya ini yang terbayang untuk dilakukan.    Eh tiba-tiba teringat tukang ketoprak jaim. Gimana dia ya kalau jualannya lagi rame? Tetap cool kayak tadi gak ya? Eh, terus kalau dia kerja di kantoran kayaknya keren, ya? Tapi kho ganteng-ganteng mau ya jualan ketoprak?   Pi
Baca selengkapnya
Bab 65 - MJD9
"Wah, tetangga baruku ternyata dia? Kenapa dunia jadi sesempit ini ya?" Entah kenapa satu tarikan senyum tersungging di bibirku.   Aku masuk ke dalam membawakan barang-barang pindahanku. Kulihat dia pun sudah menghilang dalam bangunan itu. Hanya gerobaknya terparkir di depan kontrakan.    Setelah semua barang masuk aku bergegas merapikan tempatku yang baru. Kontrakan ini lebih luas dan lebih nyaman dibanding tempat lamaku. Bangunan yang kutempati kebetulan juga memang bangunan baru.    Menjelang sore aku tengah bersantai duduk di ruang depan. Pintu yang sedikit terbuka memudahkanku mengawasi gerak-gerik orang yang berada di luar. Salah satunya dia, penjual ketoprak langgananku yang belum kutahu Namanya.   Malam ini adalah malam minggu pertamaku yang akan terbebas dari drama. Bapak GM yang
Baca selengkapnya
Bab 66 - MJD10
"Awww!” pekikku ketika tubuh ini tiba-tiba terseret ke pinggir jalan dengan cepat.   Seperti sebuah dejavu, kini dia menyemalatkanku lagi untuk kedua kalinya. Kami seolah sedang saling berpelukan meski tidak terjatuh.   Beberapa menit kami saling terdiam dan mengumpulkan kesadaran. Tiba-tiba sebuah hantaman keras dari belakang membuat lelaki yang tadi menolongku terhuyung. Dia terjerembab ke sebelah samping.    “Kurang ajar!!!”    Sebuah hantaman melayang kembali tepat di pelipisnya. Aku terkesima, sejenak tidak mengerti harus berbuat apa.   “Berani-beraninya mengganggu wanitaku malam-malam!” pekik orang itu lagi sambil melayangkan kembali sebuah pukulan tetapi kali ini kesadaran Si Abang ketoprak itu sudah pulih. Pukulan itu di
Baca selengkapnya
Bab 67-MJD 11
Aku terdiam. Benar perkataannya. Aku tidak tahu apa-apa tentang dia. Bahkan namanya saja aku lupa. Tadi sore kalau tidak salah si Kakek menyebutkan namanya, tapi aku benar-benar lupa.Langkah panjangnya berderap cepat. Aku cukup tersengal-sengal mengikutinya dari belakang. Entah ide gila dari mana ini. Aku tiba-tiba saja ingin ikut menjenguk padahal baru saja hari ini kami bertemu. Mungkinkah karena kakek itu tadi pagi terlihat ramah padaku? Ataukah karena memang aku ingin menghindari Dwi Rama yang membuat hidupku menjadi pusing tujuh keliling.Punggung lebarnya membelok memasuki satu ruangan. Ruang rawat kelas tiga. Kecurigaanku yang tadi sudah mecuat tentang jati dirinya kembali sirna. Ternyata dia mengambil ruang rawat kelas terendah di rumah sakit ini. Ya, aku mengerti mungkin kembali pada masalah keuangan. Namun ucapan yang penuh percaya diri darinya tadi membuatku tidak berani menawarkan ban
Baca selengkapnya
Bab 68-MJD 12
Aku berbalik hendak menuju kontrakan yang belum genap satu kali dua puluh empat jam kutempati. Namun cukup terkejut ketika kulihat dua orang tengah berdiri di depan gerbang dengan tangan bersilang di dada. Tidak salah lagi mereka itu Elha dan Ira. Apakah mereka sedang menungguku?   “Din, bukannya kamu pulang duluan tadi?” Elha menyapaku dengan wajah tak ramah ketika jarak kami hanya tersisa beberapa langkah.    “Iya, kenapa?” tanyaku sambil menghentikan langkah.    Ira yang perawakannya terlihat tomboy maju melangkah mendekat. Wajahnya yang tadi terlihat halus dan ramah kini sama-sama berubah.    “Kenapa kamu pulang bareng Bang Danes?” Gadis itu mendorong bahuku. Aku yang tanpa persiapan mundur beberapa langkah ke belakang.  
Baca selengkapnya
Bab 69 - MJD 13
Ya Tuhaaan, aku harus balas apa?   Akhirnya aku memutuskan untuk tidak membalasnya. Kulemparkan gawai ke atas kasur busa dan kubiarkan layarnya mati dengan sendirinya.    Hari masih pagi. Namun tidak ada geliat semangat hari ini. Entahlah kenapa? Mungkin pikiranku terganggu atas pesan yang dikirimkan lelaki itu.    Dwi Rama, sebetulnya dia adalah sosok ideal. Namun dalam waktu secepat ini aku bahkan belum bisa mengenali keinginanku sendiri di dunia baru ini. Apalagi bisa memutuskan perasaan ini akan berlabuh pada siapa?    Aku berpindah ke ruang depan. Menyalakan televisi sambil memeluk bantal. Memantau berita tentang tajuk perekonomian negara dan industri strategies, tapi kho terasa hambar. Akhirnya aku merebahkan tubuhku, merasakan pegal-pegal pada kaki setelah perjalanan jauh tadi
Baca selengkapnya
Bab 70 -MJD 14
Setelah selesai berurusan dengan orang kepercayaanku. Aku bergegas ke meja Pak Hilman---orang yang waktu itu mewawancaraiku. Dia adalah tipe atasan yang baik dan sangat membackup bawahannya. Mungkin karena itulah Cecilia tidak memberikan perintah itu pada Pak Hilman. Pastinya lelaki itu akan memberikan pekerjaan sesuai porsinya saja padaku dan bukan membuatku berada dalam posisi sulit.   Jika itu terjadi maka tidak ada celah untuk Cecilia menjatuhkanku. Hingga pada akhirnya dia lebih memilih memotong jalur koordinasi.     “Bu Cecil nyuruh kamu langsung?” Pupil mata Pak Hilman membesar. Tubuhnya yang tadi duduk tegak kini sedikit condong beberapa derajat dengan jemari membuat irama ketukan di atas meja.    “Iya, Pak! Saya cuma mau info ke Bapak karena takut disangka ngelangkahin atasan nanti, Pak!” tuturku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status