Semua Bab DINIKAHI KONGLOMERAT: Bab 51 - Bab 60
127 Bab
BAB 51
BAB 51 Mas Ashraf membantu Amanda untuk duduk pada kursi rodanya sementara aku menghadang Kang Hafiz yang hendak memburu Mas Ashraf kembali.“Saya tidak peduli kamu siapa! Kalau mau menyakiti Sinta, kamu berhadapan dengan saya!” pekiknyha berapi-api.Mas Ashraf berjalan menghampiriku. Dia menatap tajam kepada lelaki yang tengah berapi-api itu.“Kenapa kamu memukulku?” tanya Mas Ashraf sambil mengusap pelipis dan sudut bibirnya yang tampak bengkak.“Aku hanya meluapkan semua kebencianku … kau telah mengambil Sinta dariku tapi kini kau menyakitinya dengan hendak menikahi wanita itu!” Kang Hafiz memekik sambil menunjuk Amanda yang tengah duduk pada kursi rodanya. Tatapan wanita itu tampak kosong.“Ck … bukankah dalam islam boleh memiliki istri lebih dari satu?” Aku melongo mendengar ucapan Mas Ashraf yang seolah memprovokasi.“Dalam islam b
Baca selengkapnya
BAB 52
BAB 52  Aku terus mengajaknya bercakap-cakap. Hingga sebuah ketukan pada daun pintu membuatku segera beringsut. Kutarik kerudung rumahan yang tergantung pada kapstok. Daun pintu kubuka ada Ami di sana membawakanku minuman hangat.“Bukannya kalian di taman belakang?” tanyaku. Ami tampak gugup. Kemudian tergesa meletakkan dua gelas jeruk panas ke atas meja.Dia segera memutar tubuh dan hendak meninggalkan ruangan ini.“Kalian jadian?” ucapanku sontak membuat langkah kaki Ami tertahan.Belum sempat dia berbicara, seseorang muncul dari ambang pintu. Ternyata Ibu Mertuaku yang datang. Ami seolah mendapat angin segar untuk melarikan diri."Permisi Non, Nyonya!" ucapnya tanpa menjawab pertanyaanku.Aku menatap punggungnya yang begitu cepat berjalan meninggalkan ruangan ini. Namun suara Ibu Mertuaku mengalihkan fokus ku padanya."Sayang, ini Mama belikan  kamu baju hamil &hell
Baca selengkapnya
BAB 53
BAB 53 Acara makan malam itu akhirnya selesai. Bu Hesty tetap bersikeras untuk menjodohkan anak-anak kami kelak. Katanya untuk tetap mempererat tali kekerabatan yang sudah dijalin sejak dulu.Untuk menyudahi rengekannya akhirnya Mas Ashraf mengiyakannya. Lagipula perjalanan memang masih panjang. Malas memperdebatkan hal yang masih dalam awang-awang.Waktu baru menunjukkan pukul delapan malam. Kami bermaksud mampir ke butik Mike. Ibu Mertuaku mau memesan gaun khusus untukku. Dia mau membuat beberapa ukuran sesuai usia kandunganku nanti. Baiklah, kami harus mengikutinya.Mobil menepi di parkiran. Kami bertiga masuk ke dalam butik yang masih bertuliskan buka pada papan nama di pintu kaca. Tampak beberapa pegawai tengah melayani pelanggan. Namun tidak ada Mike di sana, pastinya jam segini dia sudah pulang.Ibu Mertuaku terus menghampiri seorang pelayan yang tampak tengah membereskan beberapa pakaian bekas pelanggan.
Baca selengkapnya
BAB 54
BAB 54 “Bibi!”Kami menoleh ke asal suara. Tampak lelaki dengan setelan pakaian pengantin berwarna putih. Dia baru saja muncul dari dalam di antara kerumunan tamu undangan.“Mike!” Kami berucap bersama. Mata kami menatap ke arah lelaki itu.Mike mengusap wajahnya. Dia masih mematung ketika kami bergerak mendekat padanya. Mas Ashraf menepuk bahunya berkali-kali.“Bro! Congrats!” Satu pelukan singkat untuk lelaki itu.“Sorry mengenai pernikahan ini-“ ucapan Mike keburu dipotong oleh Mas Ashraf.“Tidak usah menjelaskan apapun sekarang! Ayo ajak kami masuk dan bertemu dengan mempelai wanitamu?” ucap Mas Ashraf sambil mengikuti Bibi Sanah yang sudah mendahului masuk ke dalam.Aku menyalami Mike begitupun Ibu Mertuaku. Dia memeluknya lama. Ada tetes bahagia menggenangi matanya.“Mike apakah kamu menyembunyikan semua ini ka
Baca selengkapnya
BAB 55
BAB 55 - Pov Author Mobil yang dikendarai Pak Agus berjalan zigzag. Bagaimanapun dia bertanggungjawab atas ketepatan waktu majikannya yang sejak tadi merintih kesakitan. Keringat dingin tampak bermunculan pada dahi Sinta meski mobil yang dikendarainya sudah memasang full AC.Berkali-kali Nyonya Maisa mengechek gawainya. Memeriksa kabar putranya sudah sampai mana? Pengalaman pertamanya hendak menunggu kelahiran cucu membuatnya serba khawatir dan salah tingkah. Wanita paruh baya itu mengelap keringat Sinta dengan tissue sampai sampahnya sudah berserakan di bawah jok mobil.Mobil yang dikemudikan Pak Agus akhirnya tiba di rumah sakit. Nyonya Maisa memapah menantunya menuju ke ruangan dokter Tika. Pastinya untuk memeriksakan sudah masuk pembukaan berapa.Sementara di kantor pusat Adireja Grup. Setelah menutup sambungan telepon, lelaki beralis tebal itu langsung menyambar kunci mobil yang tergeletak di mejanya. Padahal Farrel baru saja menginform
Baca selengkapnya
BAB 56 - END -
BAB 56 -  Pov Author   Sembilan bulan kemudian   “Ma, gimana Sinta dan bayinya?” Ashraf datang dengn tergopoh. Sementara Danes berdiri mematung menatap ekspresi wajah ayahnya yang tampak penuh kekhawatiran. “Kamu tuh, ya … enggak anak pertama, enggak anak kedua datangnya telat terus, Ash … udah kayak polisi India tahu!” gerutu Nyonya Maisa sambil menatap kesal pada putranya. Ashraf menarik napas kasar. “Ya, namanya macet mana bisa dihindari! Ini aja udah kecepatan maksimal, Ma!” ucapnya sambil melangkahkan kakinya menuju ruang bersalin. “Boss! Anakku laki-laki! Yes!” Tiba-tiba suara yang tidak asing muncul dari balik pintu ruang bersalin yang bersebelahan dengan ruang Sinta. Mike tampak sumringah mengabarkan kebahagiaan yang begitu besar di rasakannya. “Congrats!” ucap Ashraf sambil melempar sekilas senyum pada wajah sumringah lelaki yang baru saja membuktikan jika dia m
Baca selengkapnya
Bab 57 - Sequel 1 - Dinikahi Konglomerat(SDK - MJD1)
Sequel 1 - Dinikahi Konglomerat MJD 1     Namaku Adinda Putri Hartawan. Putri pertama dari Restika Serena Hartawan dengan ayah Indra. Menjadi salah satu pewaris kerajaan bisnis hartawan grup menjadi beban tersendiri buatku.     Selama menjalani kehidupan, aku selalu bertemu dengan orang-orang baik. Aku jadi ragu, apakah kebaikan mereka benar-benar dari hati? Ataukah hanya karena mereka tahu jika keluargaku termasuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia?        Dengan segala usaha akhirnya aku bisa meyakinkan kedua orang tuaku. Aku akan baik-baik saja dengan semua pilihan ini. Aku ingin menjadi diri sendiri dan keluar dari zona nyaman ini.        Setelah lulus sekolah SMA aku tidak langsung melanjutkan kuliah. Aku tidak ingin ada teman sekelasku yang tahu jati diriku. Selama satu tahun aku memutuskan unt
Baca selengkapnya
Bab 58 - SDK-MJD2
SEQUEL 1 - DINIKAHI KONGLOMERAT MJD2     Di kontrakan tiga petak.       “Din … pinjem lipcream dong!” Kepala Susan muncul dari ambang pintu kontrakan petakan.        “Maskara yang tadi pagi kamu pinjem mana? Balikin dulu!” ucapku sambil masih menyandarkan tubuh pada dinding kontrakan. Mataku masih menyaksikan berita di televisi terkait berita geliat bisnis di tanah air.       “Ah elaaah! Maskara sama lipcream itu dua hal yang berbeda … aku masih mau pake juga, entar kubalikin bareng, deh!”        “Janji, ya!” Aku meliriknya sambil mencari kebenaran dari tatap matanya.        “Janji, dong! Kita kan temaaan!” ucapnya sambil mengacungkan jari jempol ke arahku.     
Baca selengkapnya
Bab 59 - SDK-MJD3
MJD 3   “Jadi kamu lebih memilih berdua sama wanita miskin di kontrakan sempit seperti ini daripada menemaniku jalan-jalan pagi?” matanya memicing tajam.Cecilia Pradipta Putri, gadis bermata sipit dengan rambut sebahu itu menyilangkan tangan di dada. Dia sudah berdiri dengan pongah sambil menatap ke arah kami. Dwi Rama menoleh padaku sekilas, kemudian berdiri. Lelaki itu menghampiri Cecilia---wanita yang sudah lama tergila-gila padanya.“Cecil … kamu kho ngomongnya gitu?” ucapnya. Dwi Rama tidak mungkin berkata kasar, menolak maupun melawan. Karena posisinya di perusahaan bisa-bisa dipertaruhkan. Aku sudah tahu itu dari rekan-rekan kerja yang lain. “Kamu mau aku bilangin Papah kalau kamu sudah bohongin aku, putri kesayangannya?” Kulihat gadis itu memanyunkan bibirnya manja sambil menatap lelaki yang masih berdiri tidak jauh darinya itu.Dwi Rama menghela napas. Dia menoleh ke
Baca selengkapnya
Bab 60 - SDK- MJD 4
Amplop itu masih tergeletak didekat kakiku. Sementara gadis itu pergi begitu saja meninggalkanku.    Tuti datang dari dalam sambil mengibas-ibaskan tangannya yang masih basah. Dia melirik amplop yang tergeletak didekat kakiku.    “Eh amplop apaan itu? BTW tadi ada suara siapa?”   Dia jongkok memungut amplop itu.    “Dari Lina,” jawabku singkat sambil menatapnya.    “Oh,” ucapnya sambil memonyongkan bibirnya. Dia melihat ke dalam amplop itu dan memeriksanya.    “Kenapa dia marah-marah?” selidikku.    “Biasalah, Din … aku butuh suntikan dana … mungkin dia bosan minj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status