All Chapters of DINIKAHI KONGLOMERAT: Chapter 41 - Chapter 50
127 Chapters
BAB 41
BAB 41 - POV Ashraf [Tuan, salah satu intel kita sudah berhasil menemukan lelaki dalam photo itu!] Sebuah pesan dari Farrel membuat mataku berbinar dan membulat sempurna.[Tolong amankan segera, sebelum dia melarikan diri! Kamu pasti sudah tahu apa yang harus kamu lakukan ‘kan?] [Siap, Tuan!] [Segera informasikan ke saya apapun perkembangannya!] [Siap, Tuan!] Aku kembali memeriksa lagi materi untuk bahan meeting. Sebetulnya semuanya sudah Farrel siapkan, tapi memang ada beberapa poin yang kurasa masih kurang sempurna.Fokusku beralih pada laptop, meski pikiran bercabang tapi aku tidak boleh terlihat tidak professional. Semua harus berjalan sempurna di depan klien. Akhirnya materi ini sudah terlihat perfect. Bersamaan dengan itu panggilan masuk dari Farrel kembali berdering.“Gimana, Rel?” Tanpa basa-basi aku langsung menan
Read more
BAB 42
BAB 42  Aku masih berada di ruangan serba putih ini. Dokter Tika cukup sigap memberikan obat penguat kandunganku. Dengan telaten dia memeriksa denyut jantung calon bayiku yang kurasa sedang kesakitan.Membayangkan dia terluka hatiku menjadi sakit. Kudengar suara detak jantung yang lemah dari alat pendeteksi denyut jantung yang biasa dilakukan setiap pemeriksaan kehamilan. Tampak dokter Tika menarik napasa panjang.“Beruntung tepat waktu, Non!” ucapnya sambil menepuk punggung tanganku lembut.Ada lelehan air bening yang tak kuasa kutahan. Aku mengelus perutku berulang-ulang. Kupejamkan mata sejenak sambil beristighfar dalam hati.“Astagfirulloh … ampuni aku jika terlalu mencintainya Ya Allah … mungkin kejadian ini untuk mengingatkanku agar mencintai apapun di dunia ini sewajarnya karena semua adalah titipan … Astagfirullohhaladjim … Astagfirullohhaladjim …,”
Read more
BAB 43
BAB 43 - POV  Sinta Pak Hasan berjalan mendahuluiku dan Ami. Kalau kuperhatikan sepertinya usianya seumuran Bapak. Dia tiba di sebuah kontrakan yang membelakangi arah jalan. Di depannya terdapat tanah kosong berukuran kurang lebih dua ratus meteran lagi. Ada tiang tinggi dengan tali untuk menjemur pakaian di sana.“Bu … lihat siapa yang datang!” teriaknya. Muncul dari dalam kontrakan itu seorang wanita yang usianya sepertinya terpaut tidak jauh darinya.“Ami!” pekiknya sambil berhambur memeluk Ami.“Bibi!” Ami memeluk balik perempuan itu.“Ya Allah … Mi … Bibi kangen banget, udah lama kamu gak ke sini!” ucapnya setelah melepas pelukan pada Ami. Aku masih berdiri di belakangnya.“Bibi … ini Non Sinta---istrinya Tuan Ashraf---majikan Ami! Non … ini Bibi Sanah---istrinya Paman Hasan,” ucapnya sambil menoleh padaku.
Read more
BAB 44
BAB 44 - POV Amanda  [Non, kami menemukan target! Apakah benar itu orangnya?] Sebuah pesan masuk kuterima bersamaan dengan photo tiga orang wanita yang sedang berdiri hendak menyebrang. Bibirku melengkung sempurna.[Benar, segera lenyapkan dia … wanita yang berkerudung tapi bukan yang lebih tua! Yang agak muda … ingat waktumu cuma beberapa hari lagi sebelum Kakak sepupuku pulang!] tulisku.[Baik, Non!] [Setelah wanita itu selesai … lenyapkan juga kohar!] [Siap, Non!] Aku melipat tangan di dada sambil melempar gawai begitu saja ke atas tempat tidur. Sudah beberapa hari aku pulang ke rumah utama. Begitupun dengan Mama Maisa. Bahkan semenjak pulang dari rumah sakit, dia sangat baik padaku. Bahkan dia mengijinkanku sesekali untuk tidur di kamar calon suamiku.Namun keberadaan Kohar yang sudah mulai berbalik menggigit membuatku khawatir. Set
Read more
BAB 45
BAB 45 - POV  Mama Maisa  Hari itu adalah hari yang paling bahagia ketika kumendengar Amanda akan kembali berada di Indonesia. Setelah kepergiannya ke Singapura bersama adikku dan ayah barunya, sama sekali kami tidak pernah bertemu bahkan karena kesibukannya Manda jarang sekali menghubungiku.Aku tak henti bersyukur, kini seolah memiliki dua anak perempuan. Pertama kali Amanda bertemu dengan menantuku tampak semua baik-baik saja. Bahkan mendengar sendiri dari Manda jika dia sangat menyukai istri dari kakak sepupunya.Rasa syukur ini bukan hanya karena itu, tapi karena aku mengetahui jika dulu Amanda yang sudah kuanggap putriku sendiri sangat menyukai Ashraf. Sedikit takut dia akan berseteru dengan Sinta, tapi ternyata tidak.Hingga satu pagi dia benar-benar terlihat kesal ketika Ashraf tidak mengajaknya ke Jepang. Untuk menghiburnya aku menemaninya jalan-jalan. Tampak senyumnya kembali mengembang, ini yang membuat hatik
Read more
BAB 46
BAB 46 - POV Mama Maisa  “Ikuti mobil yang dikendari Amanda, Pak! Awasi dari jauh, jangan sampai kehilangan jejak!” tukasku padanya.“Baik, Nyonya!” ucapnya sambil memutar kemudi dan perlahan meninggalkan pekarangan. Berjarak cukup jauh tapi bisa tetap melihat mobil yang dikendarainya.Sepanjang jalan aku berdoa semoga tidak melihat hal-hal yang akan membuatku menyaksikan semua kebohongannya. Namun intuisi ini mengajakku begitu saja untuk mengikutinya. Jangan sampai Ashraf tahu jika aku melakukan ini atau dia akan merasa tidak tenang.Setelah melewati jalanan yang padat merayap, kulihat mobilnya masuk ke sebuah hotel. Betul hotel Serena seperti yang dia bicarakan sewaktu izin tadi. Namun siapakah teman yang akan ditemuinya. Mobil yang kutumpangi masuk ke parkiran depan yang bisa melihat orang yang berlalu Lalang masuk dan keluar hotel.Kulihat putri kesayanganku duduk di lobi depan dan mengotak
Read more
BAB 47
BAB 47 Kepalaku masih berdenyut ketika membuka mata. Aku tengah terbaring di sebuah ruangan serba putih. Kucoba merangkai kejadian yang membuatku hingga berada di sini. Kilatan bayangan pagi tadi terulang dengan jelas, bagaimana kulihat Bibi Sanah terpental dan aku tersungkur akibat dorongannya. Ya, Bibi Sanah lah yang sudah menyelamatkanku.Kuelus perutku yang terasa ada getaran kecil pertanda bayi dalam rahimku baik-baik saja. Berdzikir dan mengucap syukur berulang-ulang. Kusingkapkan selimut yang menutupi kakiku dan beringsut turun dari ranjang ini. Tidak ada siapa-siapa di sini.Aku berjalan dan mendorong pintu ruangan perlahan. Kulihat sekitar ada beberapa orang yang tengah duduk mengantri. Ternyata ini sebuah klinik.“Non, sudah siuman?” Kudengar suara yang familiar menyapaku. Ternyata Ami yang baru saja berjalan dari arah toilet.“Alhamdulilah, Mi! Kamu di sini? Bibi Sanah di mana? Dia baik-ba
Read more
BAB 48
BAB 48 Matahari pagi ini menghangatkan tubuhku. Atas permintaanku, akhirnya Mas Ashraf mengabulkan untuk sarapan pagi bubur ayam di lapak pedagang yang di pinggir jalan. Ami duduk terpisah dengan Farrel. Sementara Pak Hasan hari ini libur berjualan karena akan menengok Bibi Sanah di rumah sakit.Gawai suamiku berdering. Mas Ashraf meliriknya sekilas. Dia menunda suapan bubur ayamnya yang baru habis separuh. Kemudian mengangkat panggilan dan menjauh dariku. Air mukanya terlihat berubah. Hanya beberapa menit dia sudah kembali menghampiriku.“Siapa, Mas?” tanyaku sambil mengaduk pinggiran mangkuk yang mana buburnya terasa sedikit asin.“Tante Maida,” jawabnya singkat sambil kembali melanjutkan makan.“Tante Maida siapa?” tanyaku penasaran.“Adik mama---ibu kandungnya Manda,” jawabnya tampak tidak bersemangat.“Bukannya mereka di Singapur?” tanyaku
Read more
BAB 49
BAB 49 Mobil yang kami tumpangi menepi. Pak Agus menyalakan sein dan berbelok kea rah parkiran rumah sakit tempat Amanda dirawat.Berulangkali aku menarik napas panjang. Hatiku saat ini benar-benar harus dikuatkan.“Bismillah Ya Allah,” batinku.Aku menggandeng tangan Mas Ashraf ketika memasuki loby rumah sakit. Mama sudah mengirimkan nomor kamar di mana Manda dirawat. Aku berjalan dengan hati berdzikir tanpa henti.Kami melewati beberapa lorong yang kemudian menghubungkan pada lift yang membawa kami ke lantai dua di mana Amanda dirawat.Jemari kami masih saling menggamit, menuju ruang vip tempat wanita itu berada. Aku menghela napas berkali-kali, terasa berat sekali detik-detik ini seolah hendak ujian kelulusan saat sekolah.Mas Ashraf mengeratkan genggamannya ketika mendorong pintu ruang rawat. Tampak wanita itu tengah duduk bersandar pada beberapa tumpukan bantal. Ada Ibu Mertuaku
Read more
BAB 50
BAB 50 “Satu hal lagi yang perlu Tante tahu, Manda sudah menyuruh orang bayaran untuk menabrak istri dan calon anakku, beruntung Tuhan masih melindungi mereka … dan setelah anak buahku melakukan pelacakan pada cctv di depan serena hotel … orang yang menabrak Manda adalah orang bayarannya sendiri!” ucap Mas Ashraf. Pelan namun penuh penekanan.“Astraghfirulloh … gak mungkin, Ash … gak mungkin Manda berbuat sekeji itu … Astaghfirulloh … Astaghfirulloh … gak mungkin, Ash … gak, mungkin ….” Wanita paruh baya itu tampak terkejut luar biasa. Dia menggeleng-geleng kepala sambil beristighfar berulang-ulang.“Kenytaannya itu yang terjadi, Tante … tadinya kami tidak ingin memberitahumu tentang hal ini … biarkan kami memendam sendiri semuanya … kami tidak ingin melukai hatimu … tapi Tante sendiri yang membuat keadaan sepert
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status