All Chapters of Ditandai Sebagai Tumbal Saat Pulang Kampung : Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
51. Resah
Rencana Juju akan mengungsikan Nilam sementara ke pondok tak main-main. Bersama sepupunya itu ia sudah obrolkan semua dengan Kyai Hamid. Rasa khawatir dan tanggung jawab sebagai suami akan keamanan istrinya ini. “Bang Hanif akan ngabarin kita kalau tempat di sana sudah siap, Sayang.” “Aku tau Bang Juju khawatir, tapi apa kita harus tinggal terpisah?” “Bukan pisah. Abang cakep nih akan datang tiap hari, bahkan nginap di sono. Mana kuatlah jauhan dari istri tercinta, makanya kita gak tinggal bareng santri …” Juju tadi bicara sambil terlentang lalu memiringkan badan menghadap Nilam, merangkul dan mengecup sayang pucuk kepala istrinya. Aroma wangi segar buah dari rambut panjang Nilam sangat ia suka. “ada salah satu rumah pengajar yang kebetulan lama kosong, perlu diperbaiki dulu. Kata Kyai sedikit bocor di atap dapurnya.” Nilam mend
Read more
52. Tragedi Mengerikan
Juju sejak pagi sudah berangkat. Buru-buru setelah terima telepon dari karyawan yang memegang kunci ruko, bilang ada seorang pelanggan baru datang yang percayakan pencucian karpet masjid pada mereka hari ini. Jadi Juju harus segera ke sana membantu. Tak mau mengganggu, Nilam tetap pergi tanpa hubungi suaminya itu terlebih dahulu. Rasa khawatir mendorongnya ingin tahu apa yang terjadi pada Dara. “Nyak, Nilam mau keluar dulu, ya.” Nurmi yang tengah jongkok membuka lemari bawah kitchen set segera berdiri melihat Nilam yang sudah bersiap keluar, memakai sweater dan hijab hitam. “Kemane? Entong bilang lu jan keluar dulu, Nilam.” “Iya sih, Nyak. Ini barusan Dara hubungin Nilam, kayaknya ada yang penting. Bentar aja, kok, Nyak.” Nilam lekas meraih tangan ibu mertuanya itu.
Read more
53. Perlawanan Juju
Juju lega mendapat kabar baik. Rumah mungil yang akan ia dan Nilam tempati sudah siap. Hari sebelumnya tukang yang biasa mereka pakai tenaganya sedang ada pekerjaan lain, dan baru bisa tadi pagi dua orang ngebut perbaiki sekalian bersih-bersih. Ia terharu mendapat perhatian seistimewa ini. Tanpa menunggu mereka lekas membawa Nilam yang bagai orang tidur itu ke sana. Ada harapan besar kesembuhan di lingkungan penuh aura positif, tanpa sepi dari alunan ayat Allah itu. Siang malam pasti ada yang mengaji, baik dari ratusan santri atau dari guru-gurunye. Abang yakin pilihan lu tepat Nilam di sini sementara, kagak ada celah set*n masuk, kata Hanif saat itu di pertemuan mereka. * Dua hari berlalu, Juju setia menemani Nilam yang kondisinya makin membaik, suara sudah bisa berucap pelan. Terapi ru
Read more
54. Ujian
Di luar hujan belum jua reda. Nilam pun memperpanjang doa selepas ibadah Ashar. Hujan adalah kesempatannya bermohon ampun sampai berlinang air mata, tanpa ada yang mendengar suara yang sengaja ia keluarkan melawan deru hujan menerpa atap. Rindu pada ibu, rindu pada bapak yang sejak kecil menghadap-Nya, juga rindu pada teman-teman entah kenapa hadir semua di hatinya saat ini. Nilam juga merindukan pada suami yang akan mendekapnya erat saat hujan begini. Semua rasa itu tumpahkan tuntas dalam doa terbaik untuk semua orang tercinta, sampai kepalanya terasa ringan bersamaan dengan berhentinya hujan. Refleks ia mengusap tengkuk hati-hati. Merasakan ceruk yang waktu itu teraba dalam tidak ada. Kulitnya terasa rata kembali seperti semula. “Alhamdulillah … terima kasih ya Rabbku,” sujud syukur ia menempelkan kembali dahi ke sajadah.
Read more
55. Dara Kembali?
Dian memeluk Nilam yang memejamkan mata kuat. Mendorong bulir air mata kembali jatuh. Perasaannya makin tak enak. Ada suara tangisan di bawah sana. Tak lama muncul Tri dengan wajah tegang dan mulut sedikit membuka. Matanya berkaca-kaca menatap wanita yang tampak lemah itu sebelum memeluk erat. Tubuh Nilam mendadak kaku. Benarkah ini ...? Jika benar beri aku kekuatan .... Tri menahan isak, begitu juga Dian merangkul kedua sahabatnya dengan linangan air mata tanpa suara. Nilam mematung, merasa ini seperti mimpi untuknya. Sentuhan terakhir Juju masih terasa nyata, seperti baru saja terjadi. Ia tak yakin bisa kuat jika dipaksa menerima kenyataan kehilangan cintanya. Setelah merasa cukup tenang Nilam digamit dua sahabatnya turun. Beranikan diri ia mem
Read more
56. Dihantui Takut
Mereka pun janjian bertemu besok pagi. Nilam ingin memastikan kalau itu benar-benar sosok nyata sahabatnya. Nilam kembali merosotkan badan berbaring. Menyambungkan kejadian Juju dan kembalinya Dara, membuat kepalanya tak bisa menemukan jawaban pasti bagaimana itu bisa terjadi. Ia pun mengalihkan pikiran dengan memandangi sisi sebelah tempat tidur, tempat biasa Juju tidur. Menghidu dalam udara di ruang 4x5 meter ini yang masih meninggalkan aroma tubuh suami. Nilam masih ingin di sini sampai tiga hari besok, baru kembali ke pondok. Kamar sepi tanpa seseorang yang biasa di sebelahnya ini memang terasa berbeda, tapi ia sudah berjanji akan mengikhlaskan. Demi senyum yang diinginkan suaminya di mana pun sekarang berada. Suami juga manusia, ia hanya titipan sementara untuk bersama, karena suatu saat akan pergi juga pada pemilik yan
Read more
57. Juju Junior
Tiba di tempat yang disebutkan petugas kepolisian Nilam, ibu mertua, dan saudara Juju melihat di lokasi kejadian mobil Juju menghilang sudah ramai kerumunan orang. Hardtop kuning yang pernah sampai di Dusun Gelap itu ada di bahu jalan, dan sedang dipasang garis polisi."Ini baru terlihat, ada yang laporan langsung kita hubungi keluarga," jelas petugas yang sudah mengenal keluarga Juju itu."A-ape di dalam ade anak enyak, Pak?""Iya, ada, Bu. Keluarga harap kuat, karena ini kejadian kita sudah tau lama jadi kondisi korban tidak bisa ditolong."Obrolan terputus saat sirene mendekat. "Itu ambulans. Keluarga diperbolehkan melihat dari jauh dulu. Kita langsung ke rumah sakit." Setelah menyebutkan nama rumah sakit yang dituju petugas bersuara tegas itu meninggalkan mereka.Nurmi dan Nilam saling berpegangan
Read more
58. Ada yang Aneh
Tiga tahun berlalu …. “Ali!” Perempuan berhijab kuning gading keluar pintu rumah, celingukan ke arah sekitar halaman. Baru mengembuskan napas lega melihat orang yang dicari ada di sana. “Eh, anak mama lagi ngapain?” Perempuan itu tak lain adalah Nilam, ia mendekati anak lelaki yang sedang berjongkok menatap sudut selokan pembuangan air. Tadi, Ali--putranya yang sudah berusia tepat tiga tahun minggu lalu itu tiba-tiba hilang dari pandangan. Padahal sebelumnya Nilam masih melihat anak itu bermain di ruang berbatas dengan dapur. Tak bisa dirinya lengah sedikit pun, Ali bisa tiba-tiba begini. “A-da Olang!” kata bocah berbibir merah itu terbata menunjuk pojokan. “Orang?” Sempat terhenyak tapi kemudian segera menggeleng, Nilam mengangkat tubuh mungil itu, untuk digendong di pinggangnya. “Nggak ada orang, Sayang. Ayo, kita main di dalam. Kalau di sini mama nggak lihat Ali main.” Nilam mengecup gemas si pipi gembil. Saat Ali kembali menoleh ke belakang dari balik pundaknya, perempuan ya
Read more
58. Ada Apa?
“Aneh …,” gumam Nilam sambil menoleh pada Ali dalam gendongan.“Ali nggak apa-apa, Nak?” Makin merasa aneh ia melihat Ali yang biasa ceria tiba-tiba pendiam. Tanpa disadarinya itu terjadi sejak tadi, saat ia bicara dengan Kusdi.Anak itu berkedip sayu membuat Nilam mengira Ali sedang mengantuk.“Nanti tidurnya, jam segini tanggung. Ali belum makan ‘kan?”Nilam bicara sambil menyeret langkah ke belakang. Ia yang dalam keadaan agak linglung memanggil mama mertuanya.Namun, tidak ada jawaban. Ali yang semakin berat membuat tangan Nilam pegal, ia pun mendudukkan anak itu di kursi makan.“Ali makan dulu. Maafin mama ya sampe lengah gini.” Diusapnya wajah Ali dengan tangan basah. Namun tetap saja wajah itu tampak loyo.Masuk makanan tiga suap setelahnya Ali menolak.“Baik kalau sudah nggak mau. Minum dulu.”Usai itu ia menggamit Ali akan ke kamar. Saat ka
Read more
59. Sosok Pembebas Bayang Gelap
Mata gelap pekat dari pemuda bertubuh kurus yang terus menatap satu titik itu menggambarkan sebuah ambisi. Flashback on. Mundur pada kejadian setahun sebelumnya …. Sebuah kampung yang bertetanggaan dengan Dukuh Gelap, tengah terjadi keriuhan di salah satu rumah warga. Mereka berkumpul dengan wajah-wajah emosi meneriakkan serapah, wujud kemarahan pada satu orang warga mereka. Telah 30-an orang berkumpul hingga datang seseorang yang mengaku melihat kejadian tadi, ia pun mengarahkan puluhan orang memegang obor itu menuju sudut kampung. Mengarah pada satu rumah tua kosong. Mereka percepat langkah melihat ada titik cahaya dari dalam menandakan benar ada orang di sana. Sementara itu … di dalam bilik rumah kayu tersebut tampak lelaki muda berkulit gelap tengah siap menggagahi seorang gadis yang dalam keadaan tak sadarkan diri. Gadis berkulit putih mulus yang dikenal sebagai kembang desa telah ia bebaskan dari pakaian penutup. Menatap semua yang tampak di depan mata seperti singa kelaparan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status