Semua Bab Misi Misteri Sang Indigo: Bab 31 - Bab 40
78 Bab
Bagian 31. Manis Nggak?
 "DIVAA ...!!" Remaja bemakai baju  berwarna hitam dan di bagian lengan berwarna biru berlari cepat  menuju seorang gadis, berambut panjang berwarna hitam.Sekuat dan secepat yang dia bisa, dia berlari ke arah pacarnya.Diva yang tengah berjalan tanpa melihat dan mendengar suara rusuh yang ditimbulkannya, melihat Raizel yang berlari ke arahnya dengan tergopoh-gopoh."Hah ...? Raizel kamu kenap-"Setelah sampai dia memeluk dan mendorong tubuhnya bersama tubuh Diva yang dia peluk ke tepi jalan.Bruuukkk!"Aaaah ... itu ada yang kesrempet mobil!" teriak histeris Ibu-ibu yang melihat kejadian itu.Suara bising keributan memenuhi jalan itu.Cindy, Vano dan Egy, juga Caca berlari ke arah Raizel dan Diva yang sudah dikerumuni banyak orang."Raizel! ... Diva!" pekik Egy dan yang lainnya."Egy ... tolong, tolongin Raizel Gy ... huhuhu ... Hikks!" Diva menangis memeluk Raizel yang tak sadarkan diri, k
Baca selengkapnya
Bagian 32. Cari Informasi 1
 Malam yang dingin sudah berubah menjadi pagi yang sejuk.Suara kendaraan yang mulanya sepi pada malam hari, kini kembali terdengar mulai ramai.Isah dan Dijah tengah menjalankan tugasnya, Dijah mencuci piring dan Isah memasak menyiapkan sarapan seperti biasanya."Semoga aja Egy sekarang nggak terlalu sedih" harap Gunawan, sembari duduk di atas kasur dia berbicara sendiri.Sedangkan di sebuah kamar yang lebar dan luas di lantai bawah, tampak keenam remaja cewek dan cowok masih terlelap tidur.Egy tidur dengan kepalanya yang berbantal paha Caca.Cindy tidur di pelukan Vano, mereka tidur dengan posisi duduk.Gadis berambut panjang perlahan membuka matanya yang terpejam, ia terbangun karena mendengar aktifitas Isah dan Dijah di dapur. Lebih tepatnya, karena mendengar sesuatu yang dimasukan kedalam minyak mendidih.Diva mengusap matanya pelan, saat akan bangun ia tersentak karena merasa tubuhnya berat.
Baca selengkapnya
Bagian 33. Diculiknya Diva
  Mereka kembali mengayuh sepeda mengikuti Winda dan Reza di depan. Melintasi dan melewati berbagai penjual, dan banyaknya orang.  "Kak ... Kakak serius mau ikut ?" tanya seorang anak cowok SMP yang duduk di jok belakang pada Winda. "Iya serius, udah berapa hari ini Kakak nggak ketemu Kak Raizel tau" jawab Winda tersenyum, sembari fokus menyetir sepeda. "Ya udah kalo gitu" jawab Reza pasrah, percuma jika dia berbicara panjang lebar. Winda tidak akan mendengarkannya. Hingga tidak terasa, tibalah mereka di tempat tujuan.  "Di sini tempatnya?" tanya Egy sembari melihat rumah makan  tempat mereka berhenti. "Iya Kak, tapi tempatnya kecil kaya gini, gimana? Atau mau nyari yang lain aja?" tawar Winda takut pilihannya tidak sesuai. "Jangan pindah! Di sini aja" sahut Cindy. "Ya udah kalo gitu, kita di sini aja" ujar Egy setuju.  "Iya, lagian tempatnya nyaman kok" imbuh Caca.
Baca selengkapnya
Bagian 34. Cukup Sandiwaranya!
 Di sebuah rumah, rumah yang tidak banyak barang.Ada dua sofa, dan  dua ruangan.Satu dijadikan kamar, satu lagi entah dijadikan apa.Karena pintu yang satunya digembok dan dirantai.Hanya ada beberapa saja.Barang di rumah itu.Bahkan sampai bisa dihitung jari. Tepat di tengah-tengah ruangan, Diva duduk di sebuah kursi kayu. Dengan keadaan kedua tangannya terikat ke belakang, kakinya juga diikat menyatu pada kaki kursi.Tidak jauh dari hadapannya, Daweh duduk di atas sofa dengan santai. "Ooohh ... jadi kamu itu salah satu temannya anak itu ya? Hahahaha!" ujar Daweh, menujukan wajah puas dan tersenyum gila."Lepaskan saya! Lepaskan!" seru Diva memberontak."Diam! Atau teman kamu yang namanya Raizel saya bunuh!" Kecam Daweh.Mendengar itu Diva langsung membisu, dia tidak lagi berteriak dan tidak lagi memberontak. Diva tidak ingin, Raizel terluka.'Raizel ...,
Baca selengkapnya
Bagian 35. Menyelamatkan Diva
 Setelah asap hitam yang keluar dari tubuh mahluk gaib suruhan daweh menghilang, dalam beberapa detik saja.Mereka sudah berpindah tempat di rumah Daweh."Raizel!?"Dan saat itu juga, Raizel melihat Diva.Diva yang terikat dikursi juga terkejut melihat kehadiran Raizel yang entah dari mana, Diva juga tidak paham."Diva ...!" Raizel berlari ke arah Diva."Rai ... jangan! Lebih baik lo pergi dari sini Rai! Gue nggak mau lo kenapa-napa!" mohon Diva sembari menangis.Sedangkan Raizel yang mendengar permohonan Diva, dia sengaja tidak mendengarkannya. Ia tetap fokus untuk melepaskan tali yang mengikat tangan dan kaki Diva."Rai! Pliss!! Stoopp!! Berhenti Rai, pliss! Dengerin gue .... Udah biarin, sekarang lo pergi aja. Gue nggak pa-pa!" jerit Diva dengan tangisnya.Namun, percuma, sekencang apa pun dan seperti apa pun Diva memohon pada Raizel untuk pergi meninggalkannya.Raizel tidak akan pernah melakukan itu.&nb
Baca selengkapnya
Bagian 36. Awal Rencana
 Pada siang hari yang cerah. awan putih terlihat mengapung di atas desa. Terlihat Reza yang baru saja pulang dari sekolahnya, sedang berjalan untuk pulang. "Reza." Lalu suara panggilan membuatnya menghentikan langkahnya. Dia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah asal suara itu."Bondan?" gumam Reza menatap anak laki-laki sebaya dengannya, dia adalah Bondan. Anak nakal yang mengajak Reza dan teman-teman untuk main Jalangkung di lapangan kala itu.Reza dan Bondan memang satu sekolah, tapi mereka beda kelas."Ayo nanti malam, kita main Jalangkung lagi" ajak Bondan yang berdiri tepat di depannya."Nggak, aku nggak mau .... Permainan itu, kan. Dilarang" sahut Reza menolak."Kata siapa dilarang? Nggak kok ... ayo main lagi lah, nanti ajak temen lebih banyak biar rame.""Nggak, lebih baik aku pulang. Emang kamu nggak lihat kemaren? Kak Haikal aja sampe kaya gitu" balas Reza, mengingatkan kejadian
Baca selengkapnya
Bagian 37. Ayo Reza
 Hanya butuh waktu 10 menit mereka menuju rumah Saleh.Karena kini mereka menggunakan mobil, jadi lebih cepat dibandingkan harus berjalan atau menaiki sepeda.Mobil  merk 'Avanza' milik ayah Egy yang di bawa oleh Raizel berhenti di halaman rumah Saleh.Saleh yang melihat mobil berwarna putih yang parkir di halamannya sedikit terkejut, karena dia tidak tau mobil siapa itu.Hingga Raizel dan Egy juga yang lain keluar dari dalam mobil, Saleh baru mengingat jika itu mobil milik Gunawan."Sore , Pak" sapa Egy "Sore Den Egy ... Aden sama Neng ini mau ke mana rapi-rapi kaya gini" tanya Saleh menyambut kehadiran mereka dengan sangat ramah."Kita mau ketemu sama Winda Pak, kalau boleh. Mau ngajak Winda jalan-jalan" ujar Egy tersenyum."Winda? Oh iya bentar ya, ayo masuk dulu, Den" kata Saleh mempersilahkan mereka masuk dan duduk di kursi panjang saat pertama kali mereka berkunjung ke rumah Saleh.Istri Saleh
Baca selengkapnya
Bagian 38. Sebercak Rasa Sakit
 Mereka menuju salah satu tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu dan tempat mengobrol yang nyaman bersama-sama menggunakan mobil.Raizel melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah pukul setengah tujuh malam."Ini kita mau nongkrong di mana nih?" tanya Raizel, sembari terus fokus menyetir menatap ke depan."Hemb, Rai, itu kayaknya nyaman tempatnya" ujar Caca, yang sejak tadi sedang melihat ke luar dari kaca mobil, mencari tempat yang bagus dan nyaman.Raizel langsung menghentikan  sejenak mobilnya di pinggir jalan. Sontak, semua yang ada di dalam mobil melihat ke arah tempat yang ditunjuk oleh Caca."Itu maksud lo? Yang ada tulisan 'Taste of tongue'?" tanya Cindy yang artinya adalah selera lidah/rasa lidah.Memperhatikan rumah makan yang bentuknya berbeda dari yang lain. "Iya ... itu, gimana? Bagus loh kayaknya, terus ruangannya juga banyak jendela yang dibuka, kita nggak akan takut gerah" tutur Caca. 
Baca selengkapnya
Bagian 39. Ancaman Haikal
 "Jauh nggak mini marketnya Winda?" tanya Raizel ketika sudah di luar rumah makan."Lumayan, Kak. Kalau dari sini mungkin 10 menit.""Ya udah, masuk yuk." Raizel membukakan pintu mobil bagian depan untuk Winda.Tanpa pikir panjang, Winda tersenyum lalu masuk ke dalam mobil.Karena dia sedari tadi menjadi supir bagi teman-temannya, jadi kunci mobil milik Papah Egy masih ada padanya.Tidak butuh waktu lama, Raizel menyusul masuk ke dalam mobil ditemani Winda yang sudah duduk di jok depan bersebelahan dengannya."Dari sini belok kiri belok kanan?" tanya Raizel sembari memasang sabuk pengaman."Belok kanan, Kak. Nanti kelihatan kok di pinggir jalan mini marketnya.""Oke." Raizel menginjak pedal gas pelan keluar dari halaman parkiran, kemudian melaju ke arah mini market terdekat sesuai tujuan mereka."Kak ...," panggil Winda memandangi wajah Raizel dari samping."Iya" sahut Raizel sembari teta
Baca selengkapnya
Bagian 40. Maaf Diva
 Raizel dan Winda berjalan menghampiri teman-temannya yang masih fokus menyantap makanan dan mengobrol.  Mereka tidak menyadari jika Raizel dan Winda sedang berjalan ke arah mereka. Yang menyadarinya hanyalah Diva. Diva memperhatikan Raizel dari kejauhan, ia merasa aneh pada plester yang ada di samping mulut Raizel."Lhooh ... Rai, itu samping mulut lo kenapa? Tadi waktu berangkat nggak ada" ujar Diva  memperhatikan Raizel yang tengah duduk kembali di sampingnya."Nggak pa-pa, ini cuma jerawat, kok" dalihnya.Diva tidak menjawab lagi setelah Raizel menjawab itu, dia memandanginya dengan raut wajah yang murung.Diva tau, bahwa kekasih hatinya berbohong. Setahu Diva, Raizel jarang sekali jerawatan, dan jika ada jerawat tumbuh di wajahnya Raizel tidak pernah penutupnya seperti itu."Nih ...." Raizel meletakan plastik khas minimarket dan ada tiga botol handsanitizer untuk teman-temannya."Lo lama banget tadi,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status