Semua Bab Misi Misteri Sang Indigo: Bab 11 - Bab 20
78 Bab
Bagian 11. Bus Hantu2
 Raizel menatap jam yang tertera di atas wallpeper ponselnya, jamnya menunjukan pukul 19.16.Ya. Belum terlalu malam, dan harusnya jalanan masih ramai kendaraan, tapi saat ia mengintip keluar kaca. Tak ada satu pun kendaraan yang lewat.Untuk memastikan dugaanya, Raizel mencoba bertanya pada Vano. "Van ... ngomong-ngomong ini busnya kok kotor dan hancur banget ya?" bisiknya.Raizel sengaja mengatakan itu, ia benar-benar ingin mengetes jawaban Vano, sependapat atau tidak dengannya. Namun, jawaban Vano begitu mengejutkan Raizel."Huus! Jangan ngomong gitu Rai .... Nggak sopan, orang bus rapih kaya gini dibilang hancur" balas Vano berbisik. "Apa lo bilang?" ujar Raizel tidak percaya akan apa yang didengarnya."Gue bilang, lo jangan ngomong kaya gitu. Nggak sopan, bus rapih kaya gini dibilang kotor dan hancur ... gimana sih Rai, hadeuuh?" balas Vano memperjelas.Raizel benar-benar tercengang me
Baca selengkapnya
Bagian 12. Jalangkung 1.
  Di gelapnya malam yang gulita. Raizel dan teman-temannya berjalan keluar dari rerumputan untuk menuju jalanan aspal. Saat mereka sudah sampai. Angin menyapu helaian rambut, mengusap sejuk leher dan kening mereka yang gerah, membuat panas di dalam tubuh menjadi normal kembali.  Ternyata, mereka sudah sampai pada Desa Bagaharuni. Yang di mana itu adalah desa tujuan mereka sebenarnya. "Pak, ini kita masih jauh nggak?" tanya Egy sembari mengusap-ngusap celana levisnya karena kotor.  "Enggak , Den. Beruntungnya kita udah sampe ... itu lihat." Saleh menujuk ke arah warung dekat lapangan. Lumayan jauh dari jarak mereka berdiri, namun karena mereka yang ada di posisi gelap, menjadi cukup jelas untuk melihat ke arah yang terang.Di sana, nampak sekali banyak pemuda-pemuda dan anak-anak tengah bermain bola di lapangan depan warung tersebut. Tidak kurang juga, ada banyak orang-orang dewasa yang nongkrong di situ untuk
Baca selengkapnya
Bagian 13. Jalangkung 2
 "Pak, boleh saya tegur nggak anak-anak itu?" ijin Raizel terus fokus memperhatikan anak-anak yang terus membaca mantra terlarang di sana."Boleh, Den. Silahkan" jawab Talam.Raizel sudah mengumpulkan niat untuk menemui anak-anak itu, yang berarti dia juga akan bersiap bercampur bersama banyaknya mahluk astral yang ada di lapangan.Saat Raizel akan mengambil langkah pertamanya untuk menghampiri mereka. Bersama dengan itu, sebuah bola melayang dan tepat mengenai mainan Jalangkung mereka. Karena hal itu juga, mereka berhenti membaca mantra."Kak! Hati-hati dong! Kita kan lagi mainan"  protes salah satu anak laki-laki berumur 15 tahun yang bernama Bondan, tidak senang karena mainannya terhantam oleh bola."Maaf Kakak nggak sengaja .... Kalian pindah aja mainnya, di deket warung tuh biar nggak kena lagi" jawab remaja laki-laki yang berumur 19 tahun bernama Andri.Anak-anak itu menuruti saran dari Andri untuk berpindah tempat be
Baca selengkapnya
Bagian 14. Musuh Yang Tersembunyi
  Dalam jatuhnya, Raizel masih terdiam membiarkan Haikal  meremehkannya."Mana coba? Mana? Suruh dia mukul aku lagi ... dan kamu harus inget, kalo dia nggak mukul aku, kamu yang bakal aku pukul!" gertak Haikal pada Raizel. Tak butuh waktu lama, Raizel pun bangun dari posisi terjatuhnya, lalu matanya  menatap tajam pada Haikal yang terus saja tersenyum sinis meremehkan.Raizel juga ingin meninju dan memukul wajahnya yang menyebalkan itu, tapi ia masih berusaha menahan rasa kesal karena dirinya masih menghormati Saleh.Bagaimanapun juga, dia memang pendatang.Juga mengingat niat awal mereka datang ke sana adalah karena Ega. "Aku hitung sampe tiga, kalo dalam hitungan ketiga nggak ada pukulan apapun hahaha ... kamu siap-siap aja deh!" oceh Haikal lagi. Bersamaan dengan itu, memang Kuntilanak berseragam SMA itu masih ada di sana, di dekat Haikal. Namun, entah dia akan memukul Haikal lagi atau
Baca selengkapnya
Bagian 15. Musuh Yang Tersembunyi 2
 Namun, di balik rasa sakit yang menyiksa Raizel ternyata Dawehlah orang yang memberikannya. Daweh melirik Raizel yang sudah mulai berkeringat, diam-diam Daweh tersenyum tipis karena senang melihatnya tersakiti.Sambil menunggu para warga membawa sesembahan yang diminta Daweh, untuk melepas haus. Vano membeli beberapa minuman di warung Sri untuk dirinya dan teman-temannya.Ternyata Caca dari tadi, diam memperhatikan Raizel dan  Raizel sendiri merasa, Caca tahu jika dirinya tengah menahan sakit.Caca kemudian mengerutkan dahinya, karena Caca mengira Raizel sedang dalam kondisi tidak baik, akhirnya  ia berbisik kepada Egy yang berdiri di sampingnya."Gy, lo lihat ... Raizel kok gemeteran kaya nahan sakit ya?"Lantas karena bisikin Caca, tanpa harus menjawab Egy dengan cepat memutar bola matanya melihat ke arah Raizel.Egy merasa, bahwa dugaan kekasihnya itu benar. Jadi dia berjalan menghampiri Raizel. 
Baca selengkapnya
Bagian 16. Cinta Pertama Winda
 Seperti rencana sebelumnya, kini Saleh membawa Egy, Raizel, Vano, Diva, Caca, dan Cindy ke rumahnya.Tok! Tok! Tok!"Asalammualaikum, Dek!"  seru Saleh memberi salam, seraya mengetuk pintu rumah, memanggil istrinya untuk membukakan pintu untuknya."Waalaikumsallam ...," Jawab Ningsih dari dalam, kemudian terdengar suara kunci juga terlihat knop pintu yang bergerak menandakan pintu akan segera dibukakan."Mas Saleh!" Ningsih yang gembira melihat sosok lelaki yang sangat ia tunggu-tunggu kehadirannya, kini ia begitu kaget, Suami tercintanya sudah pulang secara tiba-tiba tidak mengabarinya terlebih dahulu.Karena biasanya, Saleh dua atau satu hari sebelum pulang, akan menyempatkan diri mengabari sang istri terlebih dahulu, mengunakan ponsel milik tetangga kos yang juga temannya. Dengan cepat, Ningsih mencium punggung tangan Saleh."Kok, Mas pulang nggak ngabarin dulu?"  tanya Ningsih tersenyum bahagia.
Baca selengkapnya
Bagian 17. Cinta Pertama Winda
 Jam menunjukukan pukul 21.56 malam.Di rumah Saleh yang biasanya hening, kini sangat ramai karena kedatangan Saleh, Raizel, Egy, Vano, Caca, Cindy, dan Diva.Mereka kini mengadakan makan malam bersama.Saat makan malam, Winda melirik Raizel yang duduk dekat dengan Diva. Entah mengapa saat melihat Diva dan Raizel tersenyum bersama. Hati Winda merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya."Winda udahan ah! Makannya" pungkas gadis itu berlalu pergi masuk ke dalam kamar.Padahal ia baru saja makan beberapa sendok, sisa makannya pun masih banyak."Kok Winda makannya sedikit sekali" ucap Saleh heran, menatap kepada istrinya."Enggak tau, Mas. Biasanya juga nggak gitu" jawab Ningsih memandangi pintu kamar putrinya. Yang sudah ditutup oleh Winda.Mereka tidak tahu, bahwa Winda seperti itu sebenarnya karena cemburu.Di dalam kamar, Winda berdiri bersender pada pintu kamarnya. Ia memalingkan wajah
Baca selengkapnya
Bagian 18. Gue Nggak Sendiri
 "KAK! PELAN-PELAN!!" pekik Reza pada gadis yang ada di depannya, gadis yang tengah mengayuh sepedanya dengan sangat kegilaan. Yaitu Winda."Pegangan yang kenceng!" jawab Winda masih terus mengayuh sepeda dengan cepat."PEGANGAN AAAPAAAA!!?"  jawab Reza emosi juga penuh ketakutan, tangannya masih berpegangan erat pada pucuk sadel/jok yang ia duduki hingga pegal.Mata Reza mendelik tajam, saat melihat sepedanya yang akan meluncur  melewati turunan jalan cor-coran."KAK! BERHENTI! MENDING AKU TURUN AJA!" Reza sudah mulai menyerah untuk dibonceng Winda. Namun, Winda menulikan telinganya. Dia tidak mendengarkan teriakan anak laki-laki yang ia bonceng.Kemudian, sepedanya pun meluncur tajam menuruni jalanan cor-coran itu. Karena Reza sangat takut terjatuh, ia nekat memeluk tubuh Winda dari belakang kemudian memejamkan matanya.Tidak berani untuk melihat ke depan.Winda pun membiarkan itu."Ya Allah! Ya
Baca selengkapnya
Bagian 19. Kenapa
 Di depan pintu rumah Gunawan, terlihat ada dua orang yang tengah duduk di teras depan di samping tiang rumah yang tinggi dan kokoh, mereka adalah Raizel dan Diva.Diva tersenyum kecil mengingat betapa hangatnya tadi pelukan Raizel, lagi-lagi Raizel berhasil membuat jantungnya dipenuhi oleh cinta. Kedua remaja itu menengadahkan kepalanya ke atas langit, memandangi sinar bulan yang berwarna putih terang dan banyaknya bintang di sekelilingnya. "Rai ...," Panggil Diva sambil terus memandangi bulatan bercahaya di atas langit."Hem." jawab Raizel tanpa menoleh ke arah gadis yang duduk tepat di sampingnya, ia tengah memandangi satu persatu bintang yang cahayanya berbeda-beda. Ada yang redup ada pula yang bersinar terang, bahkan ada yang bercahaya merah keorange-orangenan."Sejak kapan lo bisa melihat hal-hal yang nggak bisa orang lain lihat?" tanya Diva tanpa menoleh kearah Raizel.Matanya masih setia pada peman
Baca selengkapnya
Bagian 20. Tenggelam
 Di sisi kolam renang tepatnya di atas kursi santai yang panjang.Seorang cowok berambut coklat terlihat sedang memanjakan tubuhnya dengan setengah duduk dan setengah berbaring.Dia hanya memakai celana Boxer pendek dan bertelanjang dada, layaknya seperti di pantai. Ya, dia adalah Egy.Di samping kursinya, tepatnya di samping kakinya terduduk cowok berambut hitam lurus dengan tanda biru kecil di antara kedua alisnya. Kedua kakinya ia celupkan ke dalam air, sambil menyaksikan teman-teman perempuannya sibuk bermain Voli di dalam kolam bagian ujung yang dalamnya hanya 1,5 meter, dengan gembira. Ia hanya terdiam, nampak seperti sedang menimang-nimang sesuatu di dalam pikirannya. Dia adalah Raizel, memakai baju tangan pendek biru laut."Rai, nyemplung gih" ujar Egy yang sedang bersantai di atas kursi panjang Membuatnya tidak fokus berfikir."Nggak lah! Lo aja sana," jawab Raizel."Iya bentar lagi gu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status