All Chapters of Bukan Calon Kakak Ipar: Chapter 1 - Chapter 10
133 Chapters
1. Calon Kakak Ipar
Sore ini aku baru saja pulang kuliah. Capek rasanya naik motor kurang lebih 45 menit menuju kampus. Nasha Dwi Paramitha itulah namaku, gadis berusia 20 tahun yang sedang menempuh S1 pendidikan dokter gigi di Unsoed Purwokerto.Aku bungsu dari dua bersaudara, anak pasangan Bapak Rahmat dan Ibu Sarinah atau biasa dipanggil Bu Inah. Kakakku berusia lima tahun diatasku. Namanya Nisha Eka Paramitha, sekarang bekerja sebagai bidan di salah satu rumah sakit di Purwokerto.Saat memasuki pagar rumah, kulihat sebuah motor CBR hitam terparkir rapi di halaman rumahku."Siapa yang datang ya?" batinku.Aku pun memasuki rumah setelah sebelumnya memarkirkan motorku disebelah motor CBR."Assalamu’alaikum," aku mengucap salam."Wa’alaikumsalam," jawab keempat orang yang ada di ruangan. Kompak.Aku menyalami Ayah, Ibu dan Mbak Nisha hingga mataku terpaku pada seseorang yang duduk di samping Mbak Nisha. Masya Allah tampan dan mempesona. Postur badannya tin
Read more
2. Kandidat Pacar
Sesampainya di kampus, aku segera melesat untuk mencari teman-temanku."Na. Sini," teriak Jeni.Aku segera menghampirinya yang tengah duduk bareng Rosi."Yang lain pada kemana?" tanyaku."Katanya ada urusan mendadak. Apalagi setelah tahu matkul Pak Candra kosong alias libur. Tapi kita dapat tugas suruh dikumpulin lewat email.""Oh... Ya udah yuk nyari wifi gratisan," ajakku."Ayuk. Tapi jangan disinilah bosen. Cari di fakultas lain yuk," ajak Jeni antusias."Boleh. Tapi dimana?" tanyaku."Fakultas Hukum aja? Gimana?" saran Rosi."Cakep Ros, sambil kita tebar pesona sama anak Hukum. Aku dengar kebanyakan dari mereka anak orang kaya guys. Hihihi," seperti biasa radar Jeni pada cowok tampan dan tajir langsung on."Tentu. Ayuk," sahut Rosi tak kalah antusias.Aku cuma geleng-geleng kepala melihat tingkah para sahabatku. Sesampainya di salah satu gazebo di Fakultas Hukum, aku langsung mengeluarkan laptop dan mulai menyusun tugas dari
Read more
3. Pacar Pertamaku
"Nasha.""Feri."Aku terkejut melihat Feri yang baru turun dari motornya."Ada apa?""Mau ketemu Mbak Nisha.""Hah? Ngapain? Mbak Nisha kan udah punya Mas Rayyan?" Feri terkekeh. Aku menatapnya bingung. Kenapa sih dia?"Kamu ya Na, beneran polos.""Polos gimana?""Ya aku nyari kamu lah, mau jemput kamu. Ck. Masa Mbak Nisa."Mataku membelalak. Astaga. Apa ini? Apa ini berarti?"Na ... Na ... Nasha!" Suara Feri terdengar lebih tinggi. Aku terkesiap."Eh ... i-iya hehehe." Aku memasang senyum paling menawan yang kupunya.Tiba-tiba Feri terdiam. Padangan matanya fokus kearahku. "Kamu kenapa Fer?""Eh, enggak kok.""Hahaha. Kok gantian sih. Tadi aku sekarang kamu.""Udah yuk berangkat. Keburu siang.""Oke."Aku segera menuju ke motorku dan hendak memasukkan kuncinya."Loh Na, kamu ngapain?""Nyalain motorku dong.""Ck. Terus gunanya aku kesini buat apa?"Aku diam
Read more
4. Pesona Calon Kakak Ipar
"Guys. Coba kalian tengok arah jam sembilan. Ya Allah nikmat-Mu sungguh luar biasa," heboh Gita salah satu teman sekelasku."Mana-mana." Jeni si centil menjadi sangat antusias."Oooh .... " ucap mereka berempat berbarengan.Aku hanya terkekeh melihat keempat sahabatku dengan tingkah nyelenehnya. Maklum, mereka akan seperti ini kalau ketemu cogan alias cowok ganteng. Aku, Rosi, Jeni, Gita dan Lusi adalah sahabat karib. Geng kami terdiri dari 5 cewek dan 2 cowok. Dino dan Leo tidak ikut karena ada urusan pribadi jadi habis seminar langsung pergi.Saat ini, kami sedang berada di cafe di daerah Unsoed. Setelah mengikuti seminar akhirnya kami memutuskan untuk makan dulu. Sebelum melanjutkan jalan-jalan ke mall."Nasha. Kamu disini?" seseorang menyapaku, Mas Rayyan. Mas Rayyan tersenyum dan kubalas senyumnya.Kulihat semua teman gengku melongo menatap Mas Rayyan. Aku terkekeh melihat ekspresi mereka. Apa aku juga kayak mereka ekspresinya ya? Pas ke
Read more
5. Punggung dan Langkah Kaki
Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan area."Kamu kemana sih Fer? Susah sekali dihubungi. Mana Huda lagi sibuk gak bisa jemput, lagi. Gak mungkin aku minta Mbak Nisha jemput soalnya dia piket malam. Huft," gerutuku.Akhirnya aku pasrah dan menunggu angkot di halte kampus. Andai motorku gak ngadat, pasti gak bakalan pulang pergi naik bus disambung angkot.Tin ... Tin.Aku menoleh kearah orang yang membunyikan klakson motor. Aku berdiri dan menghampiri si empunya motor."Kok belum pulang?""Belum dapat angkot Mas. Mas Rayyan anterin Na ke Tanjung ya? Nanti Na nunggu bus disana. Kalau nunggu disana bisa naik bus malam jurusan Bandung juga. Banyak alternatif pokoknya.""Ayuk naik.""Oke. Makasih Mas."Aku segera membonceng Mas Rayyan. Untung tadi pakai celana panjang kalau enggak rempong naiknya. Selama perjalanan aku mengajaknya ngobrol seperti biasa. Kadang malah disertai derai tawa."Loh-loh, kok turun
Read more
6. Kecelakaan dan Pemakaman
"Kapan cutinya Mbak?" saat ini aku sedang membantu Mbak Nisha membuat kue untuk acara hajatan nanti."Hari Jumat, Dek.""Gak kemepeten itu Mbak? Minggu aja akad loh?""Gak bisa Dek. Mau ada akreditasi jadi Mbak pengin semua tanggungjawab Mbak selesai sebelum Mbak nikah. Masmu aja malah cutinya H-1, Dek.""Astaga. Besok aku mau jadi dokter Puskesmas ajalah yang gak sibuk," jawabku cengengesan."Hahaha. Kata siapa gak sibuk? Sama aja kali tapi iya sih kalau di Puskesmas gak terlalu capek. Kalau mau jadi dokter Puskesmas usahain PNS dulu lah. Kalau enggak nanti gajinya gak seberapa.""Iya-iya yang kerjanya di rumah sakit swasta gede, gajinya gede pula.""Tapi tanggung jawabnya juga gede Dek," timpal Mbakku."Iya sih."*****"Rosi," aku berlari menghampiri Rosi."Eh... Nasha," kulihat Rosi nampak gugup melihatku."Kamu lagi ngapain?" tanyaku."Aku... Aku... ""Sori. La... Nasha," kulihat Feri berjalan dari arah toilet
Read more
7. Luka
"Na, tolong kamu beliin beberapa keperluan di Moro aja ya? biar lebih murah.""Iya Bu, nanti Nasha naik Grab aja. Kasihan Ayah.""Iya, apa kamu ditemani sama Huda aja, Na?""Gak usah Bu! Kasihan Huda, mungkin dia juga lagi capek. Udah Na sendiri aja.""Ya sudah, hati-hati ya Nduk.""Iya Bu."Aku segera memesan Grab melalui aplikasi di ponselku. Kurang dari lima belas menit Grab datang dan aku langsung naik.Sekitar empat puluh lima menit, aku sampai di Moro. Langsung saja aku mengambil keranjang dan mengisinya dengan berbagai keperluan seperti yang tertera di daftar belanjaan yang sudah ibuku buat.Setelah selesai berbelanja dan membayarnya di kasir, aku menitipkan barang belanjaanku di penitipan barang. Aku ingin membeli beberapa novel baru sebagai bahan bacaan. Saat aku hendak menuju ke area bookstore, mataku membelalak melihat pasangan yang tengah berjalan mesra. Refleks aku bersembunyi dan memilih memperhatikan mereka
Read more
8. Video
Aku tengah menyusuri koridor kampus dengan hati gembira. Akhirnya judul skripsiku di acc. Biar bisa mulai nyicil hehehe. Entah kenapa sepanjang jalan kulihat semua mata memandang ku. Apa ada yang aneh ya dengan penampilanku. Aku mencoba melihat penampilanku sepertinya tidak ada.Aku segera menuju salah satu gazebo jurusan, mau nunut wifi gratis guna mencari beberapa sumber tambahan skripsi."Na." panggilan seseorang kepadaku. Aku menoleh kulihat ketiga temanku sedang berlari menuju ke arahku. Nafas mereka ngos-ngosan kayak baru dikejar satpam aja. "Kamu... Kamu... Udah tahu belum." tanya Gita."Udah tahu apa?" aku bingung."Nih... Lihat ini." Lusi menyerahkan Hpnya padaku. Aku melihat ada file video. Segera kuputar dan astaghfirullah refleks aku melempar Hp tersebut. Jeni mencoba menangkapnya dan untung berhasil.Mataku memerah. Campuran antara marah, kecewa dan sedih. Ya Alloh, apa yang dipikirkan oleh mereka.
Read more
9. Pamit
Sejak terkuaknya video yang menghebohkan kampusku. Feri dan Rosi di DO dari universitas. Bahkan kudengar mereka akan menikah karena Rosi hamil dan orangtuanya meminta pertanggungjawaban Feri. Syukurlah kalau mereka akhirnya menikah. Aku sudah tak pernah berhubungan dengan mereka berdua. Bahkan semua gengku pun sudah lama tak menyapa Rosi semenjak ketahuan merebut pacar eh ralat mantan pacarku.Dino pun sepertinya sudah kembali ceria. Aku tahu dia juga sangat patah hati. Perjuangan cintanya sia-sia. Semoga kamu dapat pengganti yang lebih baik Dino. Doaku untukmu. *****Hari ini aku menemani ayah ibu mengunjungi rumah sakit tempat mbak Nisha kerja selama ini. Kami baru sempat mengambil semua barang mbak Nisha yang masih tertinggal. Selain itu bermaksud menemui pimpinan untuk mengucapkan permohonan maaf dan ucapan terima atas semua kebaikan beliau untuk keluarga kami.Karena kebelet pipis. Aku ijin ke kamar mandi dulu. Ayah dan ibu langsun
Read more
10. Tempat Baru
*Lima Tahun Kemudian*Aku berjalan menelusuri koridor Puskesmas Sokaraja II. Aku ditempatkan di sini setelah lulus tes CPNS, dua tahun lalu.Ayah dan Ibu memutuskan ikut denganku. Ayah membeli rumah di Sokaraja. Karena toh Ayah sudah pensiun dari kerjaan beliau sebagai guru. Sedangkan Ibu cuma ibu rumah tangga. Sehingga mereka malah dengan senang hati mengikutiku yang kini menjadi anak semata wayang mereka.Rumah di Jatilawang ditempati Huda untuk sementara waktu sampai dia punya rumah sendiri. Usia Huda sepantaran Mbak Nisha. Dia sudah menikah dan punya satu putri yang cantik. Kalian mau tahu siapa istrinya? Dia tak lain dan tak bukan adalah drg. Sagita Prastika hahaha. Yap, salah satu sahabatku, Gita. Entah bagaimana mereka jatuh cinta, tahu-tahu nikah aja. Dino dan Lusi juga sudah menikah dengan pilihan mereka. Sedangkan Leo, Jeni dan aku, kami masih asik sendiri."Pagi dr. Nasha," sapa Suster Mira yang bertugas menemaniku di poli gigi."Pagi Suster Mira,
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status