All Chapters of Bukan Calon Kakak Ipar: Chapter 21 - Chapter 30
133 Chapters
21. Ujian Sebelum Pernikahan (2)
Saat aku bersiap-siap akan pulang kulihat Rian menghampiriku. "Selamat ya Na, semoga lancar pernikahannya.""Makasih Yan. Semoga kamu juga dapat calon istri yang baik.""Tapi bukan kamu, Na.""Cinta gak bisa dipaksakan. Maaf.""Baiklah." Saat Rian akan pergi dari ruanganku, aku memanggilnya."Yan, lain kali kalau kamu serius sama cewek, jangan hanya beri dia harapan tanpa kepastian, itu saranku."Rian diam, tapi kemudian dia menyahut."Jadi kalau dulu aku ngajakin kamu nikah kamu mau sama aku?" ucapnya dengan mata berbinar."Mungkin jika aku suka kamu iya, tapi sekali lagi maaf cinta gak bisa dipaksakan."Rian kembali cemberut, "Baiklah akan aku pertimbangkan usulmu kalau besok aku suka sama cewek. Sekali lagi semoga bahagia ya.""Makasih."Aku sudah berada di parkiran, saat aku menyadari ada seseorang menungguku disana."Bisa kita bicara berdua, Nasha."*****Aku tengah menyeruput minumanku, menunggu s
Read more
22. Hari H
Tanganku sedang dihias hena cantik oleh Mbak Diah. Hasil rekomendasi dari Seina. Akad nikah dilaksanakan di Sokaraja karena rumah lama kami akhirnya dibeli Huda. Lagian kata Ayah aku juga dapat jodoh orang Purwokerto jadi mending rumah Jatilawang dijual saja. Malam ini aku ditemani oleh Jeni dan Leo. Maklumlah sahabat kentel gitu loh. Dimana ada Jeni disitu ada Leo walaupun mereka seringnya berantem daripada diem. Seina jelas gak bisa ikut menemani kan lagi hamil muda. Gita apalagi, anaknya butuh dijaga. Sedangkan Lusi dan Dino datang besok siang bersama keluarga masing-masing.Acara resepsi akan dilaksanakan malamnya di Hotel Aston menimbang karena kenalan Om Surya sangat banyak dan rata-rata orang kaya. Maklumlah kan beliau Arsitek dan kontraktor jadi kenalannya oke punya. Belum lagi kenalan anaknya. Sedangkan Akad nikah dan prosesi adat Jawa dilakukan di rumahku. Bersyukur Ayah dulu bisa membeli rumah deket jalan raya tapi berhalaman luas dan memang sud
Read more
23. Dia Istriku
POV Rayyan.Aku masih ingat pertemuan pertamaku dengan dia... Istriku. Mungkin sekitar 11 tahun yang lalu. Seorang remaja berusia 15 tahun. Saat itu aku sedang menjemput adikku Raisa yang tengah ikut try out ujian nasional di SMA 2 Purwokerto. Harusnya sekarang dia kelas 1 SMA tapi karena pernah sakit tipes parah sehingga ia harus mengulang kelas 1 SMP-nya. Karena alasan itulah aku memilih kuliah di kedokteran. Entah kenapa gadis remaja SMP itu begitu memikat mataku. Sebenarnya hampir semua teman-temannya cantik juga tapi mungkin karena penampilannya yang tomboy membuat dia berbeda. Remaja tinggi langsing berhidung mancung dan berkulit putih dengan alis tipis melengkung indah menghiasi mata bulatnya. Satu yang menarik perhatianku adalah pipi chubbynya yang membuat setiap orang merasa gemas ingin mencubitnya termasuk diriku.Selama menunggu pengumuman hasil try out, mataku tak pernah lepas dari gerak gerik si gadis tomboy. Ini diluar kebiasaanku, aku t
Read more
24. Ranjang Mewah
Akhirnya resepsi pernikahan kami akan berlangsung juga. Sekali lagi aku harus didandani seperti pagi tadi. Aku menahan malu saat Bu Titik tengah meriasku. Dia dengan telaten meriasku meski beberapa kali terlihat seulas senyum terbit dari bibirnya. Ah, ini semua karena ulah suamiku. Bisa-bisanya dia memberiku tanda cinta dileher. Haish... Untungnya hasil make up Bu Titik mampu menyamarkan noda tersebut. Hingga setelah selesai dirias, aku menatap takjub diriku di cermin. Wow, apa ini aku? Aku kok kayak princess ya? Aku masih mengagumi penampilanku lewat cermin besar. Hingga aksiku terhenti karena suara pintu kamar yang terbuka."Gimana Na, udah sele..." Mas Rayyan masuk ke kamar rias yang sengaja di sewa di Aston.Kulihat mata Mas Rayyan memancarkan kekaguman dan senyum terbit dari bibirnya. Aku pun tersenyum kearahnya."Eh Mas Rayyan, duh yang udah gak sabar mau belah duren. Jangan dicicip dulu ya Mas. Kasihan, nanti dandannya lama lagi," kelakar Bu Titik.
Read more
25. Keromantisan Pasangan Baru
Aku menggeliat, samar-samar mendengar suara dengkuran halus. Aku masih belum sadar sepenuhnya hingga kusadari ada sebuah tangan yang melingkar di perutku. Aku kaget dan benar-benar membuka mataku. Hah... Kok ada Mas Rayyan? Butuh waktu beberapa lama untukku menyadari kalau aku sudah menikah dan yang tidur disampingku sekarang bergelar suami. Aku menepuk jidatku sendiri.Kulihat jam di dinding pukul 04.30. Haduh untung gak telat bangun. Jadi masih bisa sholat subuh. Aku belum beranjak dari kasur. Tatapanku masih terfokus pada wajah tampan disana. Wajah yang kukagumi saat pertama kali melihatnya, dialah cinta dalam diamku. Ternyata dia bukan calon kakak iparku tetapi justru menjadi suamiku. Takdir yang aneh, mungkin inilah cara Tuhan menyatukan kami. Lewat Mbak Nisha. Aku percaya disana dia sudah bertemu dengan jodohnya. Dan Mas Rayyan adalah jodohku insya Allah di dunia dan akherat.Aku memutuskan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Cukup lama aku mencoba
Read more
26. Awas! Nenek Sihir
Dua minggu selama pernikahan merupakan hari-hari yang membahagiakan. Mas Rayyan romantis banget terutama kalau lagi berduaan di kamar. Hahaha. Aku sendiri menjadi istri super manja kalau bersamanya. Sesuatu yang membuat Ayah dan Ibu tercengang karena bagi mereka aku ini terkesan cuek dan mandiri. Ternyata kemanjaanku bisa keluar kalau ketemu pawangnya. Dan jangan lupakan Mas Rayyan pun memiliki sisi manjanya tersendiri yang hanya dikeluarkan jika bersamaku. Mungkin saingannya Mamah. Kata Mamah, Mas Rayyan itu seneng banget bermanja-manja pada beliau. Rania sering jengkel pada kakaknya kalau acara bermanjanya padaku digagalkan sama Mas Rayyan. Udah aku bilang kan Mas Rayyan kalau diluar dingin bin datar tapi kalau sama keluarga atau sahabat huh jahilnya gak ketulungan. Rania dan aku sudah sering jadi korbannya. *****"Kamu mau curhat apa, Jen?""Aku lagi kesengsem sama dokter ganteng.""Siapa namanya?""Dokter Wijaya pemilik klinik
Read more
27. Teror Si Nenek Sihir
Ucapan Leo tentang Mbak Hilda terbukti adanya. Hampir setiap malam dia selalu mengirim chat manja bahkan tak segan-segan menelpon Mas Rayyan. Mas Rayyan yang kesal berniat memblokir nomernya namun aku mengatakan percuma. Andaikata Mas Rayyan ganti nomer pun pasti Mbak Hilda akan dengan mudah mendapatkan nomer Mas Rayyan yang baru. Jadi kami memutuskan, Mas Rayyan tak akan menggubris telepon dari Mbak Hilda."Capek Mas," aku menyalami suamiku dan dia mencium keningku mesra plus bibir sekilas. Aku mencebik takut dilihat orang. Kami pun menuju ke kamar. Namun, bukan Mas Rayyan namanya kalau tidak usil. Dia menyeringai jahil dan bermaksud menggodaku lagi."Hop, bau asem. Sana! Mandi dulu, baru boleh pegang-pegang.""Oke, tungguin ya? Dandan yang cantik. Pake yang maroon." Dia masuk ke kamar mandi sambil mengedip genit. Astaga suamiku ini, makin cinta kan akunya.Selesai menukar baby doll yang tadi kupakai dengan kalian tahulah uhuk... Lingerie. Aku mendeng
Read more
28. Martabak Manis
POV RayyanTak terasa hampir dua bulan Nasha menjadi istriku. Aku bersyukur memiliki istri seperti dia. Dia sangat mandiri sekali tapi bisa menjadi sangat manja kalau bersamaku. Dan aku suka. Aku pikir dia gak bisa masak, kan istriku tomboy tapi ternyata hasil masakannya tak kalah enak seperti Ibu mertua dan almarhum Nisha.Meski terkadang kami bertengkar tapi masih kategori wajar, kami lebih sering bercanda dan berakhir di ranjang. Hahaha. Aku sekarang tinggal di tempat mertua tapi setiap hari Sabtu Minggu kami menginap di rumah orang tuaku."Masih ada pasien Sus Hera?" tanyaku."Tidak ada Dok, cuma dokter nanti ada jadwal operasi jam tiga sore," jawab Suster Hera yang membantuku."Operasi apa Sus?""Sesar dok.""Oke."Huft akhirnya bisa sedikit beristirahat. Aku menuju ke mushola untuk sholat dan akan lanjut ke kantin untuk makan siang. Setelah selesai sholat, aku menuju ke kantin dan bertemu dengan Aryo yang sudah duduk manis.
Read more
29. Gara-Gara Mie Ayam
POV NasyaBelakangan ini aku gak tahu kenapa mudah sekali merasa lapar. Bahkan selera makanku meningkat drastis. Tadi malam saja aku menghabiskan tiga porsi martabak manis sendirian. "Kamu kenapa Na?" tanya Seina melihatku gelisah."Aku pengen makan cilok Sei?" Aku merasakan air liurku berproduksi sangat banyak ketika aku mengucap kata cilok."Hah... Tumben. Minta Pak Aji beliin sana!" saran Seina.Aku pun mengikuti anjuran Seina meminta tolong pada pesuruh Puskesmas. Tak lupa kuberi ongkos sebagai pengganti bensin. Saat cilok sudah ditangan langsung kueksekusi. Ugh... Enaknya. Aku langsung memakannya dengan sangat lahap. Seina sendiri menatapku dengan tatapan heran."Kamu doyan apa laper sih Na," sesekali Seina mengelus perutnya yang nampak membuncit. Usia kandungannya sudah 5 bulan."Laper tapi juga doyan. Hehehe.""Ibumu katanya ikut tinggal sama kamu Sei?" tanyaku untuk mengalihkan perhatian Seina. Aku merasa risih diperhatikan terus
Read more
30. Hamil?
POV RayyanSemalaman aku berusaha membujuk istri cantikku. Astaga hanya karena mie ayam dia ngambek gak ketulungan pake acara nangis segala. Akhirnya mau tak mau aku mencari si mas-mas penjual mie ayam dan pesan lagi."Tolong bungkus dua ya Mas," pintaku."Loh Pak Dokter bukannya Bu Dokter tadi udah pesen dua ya?" "Owh, ada kedua adikku minta dibeliin mie ayam," sahutku asal. Gak mungkin aku ngomong yang sebenarnya kan?Setelah menunggu hampir lima belas menit akhirnya mie pesananku jadi."Ini Pak Dokter." Mas penjual mengulurkan kantung kresek berisi dua bungkus mie ayam padaku."Makasih Mas, berapa?""Dua puluh ribu Mas.""Ini.""Makasih Mas.""Sama-sama saya duluan ya Mas."Aku pun segera pamit dan kembali ke rumah.Aku berharap Nasha luluh dan gak nangis lagi. Aku takut Ayah dan Ibu mengira aku ngapa-ngapain anak mereka.Aku membangunkan Nasha yang tertidur, menyuruhnya makan mie yang baru aku beli. 
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status