Semua Bab Bukan Calon Kakak Ipar: Bab 71 - Bab 80
133 Bab
71. Sesion 3 : 7. Musuh Bebuyutan
Fiqa cs sedang memilih baju untuk dibeli sebagai hadiah untuk keluarganya di rumah. Saat tengah asik memborong baju, HP-nya berdering.Mr. Rese calling"Ya Mas? Kenapa?""Ini ada temen kamu dia bilang namanya Aya Chagi.""Apa? Beneran?" teriak Fiqa. Wajahnya menampakkan kebahagiaan."Jangan teriak-teriak Fiqa, mas gak mau jadi budeg.""Maaf. Suruh dia tidur di kamarku Mas. Besok Fiqa pulang."Klik.Fiqa masih tersenyum melihat ke arah HP. Astaga ternyata musuh bebuyutannya plus salah satu sahabat karibnya sejak kelas 3 SMP datang. Okelah, Fiqa akan membelikan beberapa daster untuknya. "Fiq. Gak salah kamu?!" tanya Linda tampak bingung."Kenapa?" Fiqa balik bertanya."Sejak kapan kamu suka pake daster model beginian?" tunjuk Linda."Ini terlalu feminim buat kamu loh. Bukan kamu banget. Kamu kan tomboy," terang Sofia ikut bingung."Buat temen aku kok," sahut Fiqa pendek."Oooo," sah
Baca selengkapnya
72. Sesion 3 : 8. Bertemu Lagi
Sudah tiga bulan ini Rafiqa magang di sebuah lembaga hukum milik seorang pengacara terkenal bernama Ibu Dr. Sukarni, M.H. Setelah mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPD) selama tiga bulan dan lulus ujian PKPD akhirnya Fiqa bisa magang juga. Fiqa membutuhkan waktu magang sekitar dua tahunan sebelum akhirnya bisa mempunyai lisensi sebagai pengacara sungguhan."Fiqa!" panggil Aldo, senior Fiqa yang bekerja di tempat yang sama dengannya."Fiqaaaaa ...!" pekik Sasa seperti biasanya, gadis magang anak kandung Ibu Sukarni. Usianya sepantaran dengan Fiqa."Hem," jawab Fiqa.Mereka kemudian berjalan bersama menuju ke dalam gedung kantor."Fiq, kamu lihat kasus tabrak lari yang lagi terkenal itu gak?" kata Sasa."Owh ... yang pelakunya merupakan anak salah satu anggota DPRD kan?""Betul, lagi rame banget tahu. Videonya udah viral tapi sayangnya dia punya pengacara joss, ingat Bapak Haris kan? Nah, itu. Kemungkinan besar kayaknya bisa
Baca selengkapnya
73. Sesion 3 : 9. Makan Siang Romantis
Di kediaman Fiqa. Elang disambut hangat oleh Nasha dan Rayyan."Elang." Nasha langsung memeluk hangat Elang. Bagi Nasha, Elang sudah seperti putra kandungnya."Hai, Tante Nasha. Makin cantik aja deh. Pantes Elang makin cinta sama Fiqa."Fiqa melotot ke arah Elang sedangkan Rayyan dan Nasha tertawa."Ya ampun El, masih belum move on juga nih dari anaknya om." Rayyan kini yang bersuara."Gak bisa Om. Udah kadung masuk ke jantung sampai pembuluh darahnya juga," ucap Elang lebay."Hahaha. Bisa aja kamu. Oke semangat ya. Semoga putri om yang jutek mau nerima kamu.""Pasti Om, besok aja kita mau langsung ke KUA."Plak. Fiqa memukul bahu Elang keras."Gak usah ngomong asal deh Mas. Gak lucu tahu.""Lah, aku kan serius. Kalau kamu mau, besok kita nikah.""Gak. Fiqa masih mau kerja dulu. Cari pengalaman.""Hem ... berarti kamu belum siap nikah nih?""Iya.""Tapi kalau udah siap, langsung nikah,
Baca selengkapnya
74. Sesion 3 : 10. Jarak yang Terputus
"Nih."Elang menerima berkas yang diberikan oleh Jovan, temannya. Dia itu seorang intel yang bekerja di Kepolisian."Rupanya Arfan memang sudah mengganti semua aset Eyang Aditya atas namanya." Elang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya."Kok bisa Eyangnya Aya percaya banget sih sama Arfan?" komentar Jovan."Entahlah, kami saja bingung. Katanya sih dulu Amar Rajendra adalah sahabat yang membantunya waktu awal-awal mendirikan usahanya. Makanya ngotot agar Aya nikah sama Amir.""Hahaha. Untung Aya itu cerdas, dia bisa memanfaatkan Arfan agar pernikahannya gagal cuma ya ... kamu tahu sendiri cara Arfan gimana?" lanjut Elang."Hehehe. Iya sih, terlalu ehmm ... apa ya? Sadis." Jovan menimpali.Jovan menyulut sebatang rokoknya kemudian mulai menghisapnya."Kamu gak mau coba, El?" Jovan menyodorkan rokoknya."Gak, makasih.""Dih, yang hidupnya lurus bener.""Apa sih Jo, biasa ajalah. Emang aku gak suka merokok lagi
Baca selengkapnya
75. Sesion 3 : 11. Saingan
Fina tengah berjalan menggandeng kakak dan calon kakak iparnya. Pokoknya kalau yang lihat seperti melihat potret keluarga bahagia dah."Mas El ... ke timezone ya?" pinta Fina."Oke."Mereka bertiga akhirnya bermain di timezone hampir dua jam lamanya. Setelah dari timezone mereka menuju ke area foodcourt karena Fina mengeluh lapar. Mereka menikmati makanan sambil sesekali bercanda. Fiqa lebih banyak mendengarkan dan tertawa melihat tingkah lucu Fina yang dijahili Elang terus-terusan."Rafiqa." Seseorang menyapa mereka."Pak Arkan," sapa Fiqa dengan muka datar."Kamu ada disini?""Iya, Pak.""Siapa mereka?""Ini adik saya Fina dan ini ....""Elang, calon suami Fiqa," jawab Elang mantap dan mengulurkan tangannya kepada Arkan.Arkan sedikit terkejut mendengarnya. Kemudian berusaha menormalkan mimik wajahnya kembali. Sayang perubahan mimik mukanya sudah bisa ditangkap oleh Elang."Oh, perkenalkan nama say
Baca selengkapnya
76. Sesion 3 : 12. Mr. Q
Elang tengah berfikir tentang kasus yang menimpa Ayana. Sudah sebulan lamanya namun belum juga dapat diselesaikan. Karena Arfan menghilang bak ditelan bumi."El.""Oh, hai Jo."Jovan duduk di sofa yang ada di ruangan kerja Elang. Wajahnya tampak kusut sekali."Kusut amat.""Iya nih, pusing aku. Si Arfan belum ketemu.""Gak ada orang yang bisa diinterogasi apa?""Nah itu masalahnya, Amar Rajendra sendiri tidak tahu dimana cucunya. Sekarang dia di rumah sakit. Serangan jantung karena sang cucu jadi tersangka percobaan penculikan, tersangka pembunuhan dan mucikari prostitusi artis.""Tunggu, tersangka pembunuhan?" tanya Elang terkejut."Otak pembunuhan Amir Rajendra.""Astaga! Ternyata memang kematian Amir sebuah rekayasa.""Iya dan yang membantu membunuhnya adalah wanita yang sama dengan yang akan menculik Ayana."Elang memijat pelipisnya. Seminggu ini dia sudah meminta bantuan kepolisian untuk selalu
Baca selengkapnya
77. Sesion 3 : 13. Kecurigaan
"Baik.""....""Baik."".... " "Baik akan saya laksanakan!" Jovan menutup sambungan teleponnya."Gimana?""Lolos. Padahal dia sudah terluka kena timah panas pada tulang kering sebelah kiri. Benar-benar hebat bukan.""Kamu benar. Berarti dia sedang bersembunyi di suatu tempat." "Iya. Entah dimana dia bersembunyi.""Oh iya, aku mau jemput Vivian dulu," sambung Jovan."Hem.""El.""Iya.""Kamu sama Fiqa .... ""Kita serius kok, pasti kita nikah. Aku gak pernah suka dan gak pernah kasih harapan apapun sama Vivian. Kalau kamu merasa gak percaya sama aku harusnya kamu gak membiarkan Vivian kesini," sinis Elang."Bukannya ada Humaira yang justru lebih berbakat dari pada Vivian. Tapi aku lupa, Humaira bukan anak dari seseorang yang berpangkat," tambah Elang.Jovan hanya mampu memberikan senyum kepada Elang. Elang benar, kalau secara kecakapan di bagian intel
Baca selengkapnya
78. Sesion 3 : 14. Teman Hidup
"Hai El."Elang mendongakkan wajahnya, saat ini ia tengah sibuk mempelajari kasus yang akan disidangkan besok. Sehingga dia tak sadar ada yang mngetuk pintu. Ah, mungkin lebih tepatnya main nylonong masuk ke ruangannya."Hai," sahut Elang pendek."Mana Jovan?""Lagi menemui Hakim Darma.""Oh." Elang menutup berkas yang tengah ia pelajari, kemudian berdiri dan berjalan menuju ke arah pintu."Mau kemana?""Menemui Jo, aku ada perlu dengannya." Bohong, lebih tepatnya Elang tengah menghindar dari Vivian.Vivian menatap Elang yang keluar ruangan dengan pandangan sedih. Selalu seperti ini. Elang selalu menjarak darinya. Dulu karena Huda sekarang karena Jovan. Padahal dia memilih putus dari Huda demi bisa mengejar Elang, malah dia menjauh ke Purwokerto. Vivian menatap ruang kerja Elang dan matanya melotot menatap foto dalam pigura kecil tergeletak di meja Elang. Elang tengah di pantai bersama seorang gadis ca
Baca selengkapnya
79. Sesion 3 : 15. Kabut Yang Menipis
"Cepat! Kejar!"Dor. Dor. Dor."Dia menuju pintu belakang, cepat-cepat!"Arfan terus berlari. Sial! Tempat persembunyiannya ketahuan.Grep."Diam! Atau kamu ingin mereka tahu kita disini. Cepat ikut aku!"Arfan mengikuti orang itu. Dalam hati dia bertanya-tanya, siapa gerangan lelaki misterius itu?"Diam disana! Biar aku yang urus."Arfan memilih diam mengikuti petunjuk sang penolong untuk bersembunyi di bagasi mobil. Entah sudah berapa lama dia bersembunyi di bagasi mobil hingga dia merasa mobilnya berjalan. Arfan masih bertahan, hingga mobil berhenti dan bagasi terbuka."Keluar!"Arfan mengikuti orang tersebut untuk memasuki sebuah rumah sederhana. Tapi begitu masuk ke sana, ternyata ada ruang bawah tanah berisi senjata dan narkoba."Mr. Q ...?" lirih Arfan."Hehehe. Tak kusangka aku harus menunjukkan wajah asliku di depanmu. Tapi tak apa, kamu berguna untukku. Ikuti perintahku maka kamu akan selam
Baca selengkapnya
80. Sesion 3 : 16. Jebakan
Rafiqa tengah melakukan perjalanan bersama Aldo dan Sasa ke Banjarnegara. Mereka akan menemui salah satu klien Bu Karni. Kliennya kali ini mengalami tindakan penganiayaan oleh sang suami."Yakin ini rumahnya Mas Aldo?" tanya Sasa."Menurut catatan di kertas ini bener kok. Ini alamatnya. Lagian pas kita tanya alamat ini pada ngasih petunjuk kesini kan?""Masa rumahnya sendirian di tengah kebon sih Mas? Mencurigakan banget," celetuk Sasa.Rafiqa menangkap sesuatu yang tidak beres."Ayo kembali," titah Rafiqa.Namun sebelum mereka kembali mereka sudah dihadang oleh seseorang yang berjalan secara terpincang-pincang bersama beberapa anak buah yang mengarahkan senjatanya ke tiga sekawan."Gak mungkin! Kamu?" lirih Sasa tak percaya.Fiqa tak kalah kaget, sedangkan Aldo seperti sudah tahu sehingga ekspresinya datar. Nampaknya justru momen ini yang sedang ditunggu oleh Aldo.******"Siapkan semua personel, kita akan menuju
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status