Semua Bab Bukan Calon Kakak Ipar: Bab 81 - Bab 90
133 Bab
81. Sesion 3 : 17. Isyarat
"Ayo kembali!" titah Rafiqa.Namun sebelum mereka kembali mereka sudah dihadang oleh seseorang yang berjalan secara terpincang-pincang bersama beberapa anak buah yang mengarahkan senjatanya ke tiga sekawan."Gak mungkin. Kamu?!" lirih Sasa tak percaya.Fiqa tak kalah kaget, sedangkan Aldo seperti sudah tahu sehingga ekspresinya datar. Nampaknya justru momen ini yang sedang ditunggu oleh Aldo.Fiqa mengepalkan tangannya dan hendak menerjang Pandu. Namun, sebuah remasan pada lengan kanannya membuat niatnya tertunda.  Fiqa menoleh ke arah Aldo. Aldo menggelengkan kepalanya sebagai isyarat agar Fiqa jangan gegabah karena percuma saja. Mereka kalah jumlah dan musuh pun memiliki senjata. Fiqa membenarkan isyarat Aldo. Iya, mereka kalah jumlah dan hampir semuanya membawa senjata."Ini maksudnya apa, Mas Pandu?" tanya Sasa."Hahaha. Siapa Pandu?""Apa maksud kamu?" Sasa semakin bingung."Oh. Perkenalkan, namaku Athala Putra Qaiser
Baca selengkapnya
82. Sesion 3 : 18. Jantung Hatiku
Elang menatap semua bukti yang telah dikumpulkan oleh Aldo. Rupanya selama berkenalan dengan Elang, Aldo mengikuti perkembangan tentang Mr. Q juga. Bahkan dia memberi Elang beberapa foto-foto Pandu alias Athala saat berada di rumah sakit. Luar biasa. Dia bahkan memberi sesuatu, sebuah alat penghubung dua arah dimana yang satu ada di amplop sedangkan yang lain masih dibawa oleh Aldo. Dan dari alat itu lokasi mereka sudah terkunci berada di daerah perbatasan Purwojati dan Cilongok.  "Siap El." "Siap Jo. Kita mulai." Jovan memimpin pasukan khusus dibantu Kapolres Banyumas serta kaplosek Purwojati. Mereka bergerak menggunakan pakaian biasa agar tak mencolok. Bahkan pergerakan mereka sudah dimulai dari kemarin agar tak membuat curiga Athala dan anak buahnya.  Mereka terus bergerak hingga semua sudah berada di posisinya masing-masing. Athala tinggal di sebuah rumah mewah yang terletak di pemukiman padat penduduk. Sungguh pintar sekali mere
Baca selengkapnya
83. Sesion 3 : 19. Raja Tidur Ayo Bangun
"Cepat-cepat!"Dua buah ranjang disiapkan untuk dua korban, salah satu korban langsung dibawa ke ruang IGD sedangkan yang lainnya langsung menuju ruang operasi.Rayyan, Nasha, Ayana dan Wisnu langsung menuju ke rumah sakit begitu mendapat telepon dari Royyan.Tindakan pertolongan langsung dilakukan pada Fiqa, beruntung sekali Fiqa memakai rompi anti peluru. Entah sejak kapan gadis itu memakainya, rompi yang dipakai adalah jenis rompi berbahan tipis tapi mampu menahan tembakan. Ketidaksadaran gadis itu lebih diakibatkan karena syok dan kurangnya asupan makanan dan minuman. Sedangkan luka-luka di tubuhnya tidak terlalu parah namun tetap harus diperiksa lebih lanjut.Sementara di ruang operasi, Elang tengah bertaruh nyawa. Dua tembakan bersarang pada punggungnya. Peluru harus segera diambil. Kondisinya yang kehilangan banyak darah juga harus segera diatasi. Beruntung golongan darahnya O persis seperti ayahnya, Nasha dan Ayana. Sedan
Baca selengkapnya
84. Sesion 3 : 20. Elang VS Elang KW
"Suster ...," teriak Fiqa.Semua orang yang ada di luar langsung kaget. Rayyan langsung masuk dan melakukan tindakan RJP untuk Elang menggunakan alat pacu jantung atau defribrilator.1 2 3 tekan. Tubuh Elang terguncang, namun indikator detak jantung masih garis lurus1 2 3 tekan. Masih sama.1 2 3 tekan. Masih sama.Rayyan terus berusaha menolong Elang, Fiqa sendiri sudah menangis tersedu-sedu dan tengah ditenangkan oleh Royyan."Sabar Dek. Sabar. Istighfar. Istighfar." Royyan berusaha menenangkan adiknya.Nasha dan Ayana saling memeluk. Wisnu tengah dipapah menuju kursi oleh Jovan. Sementara yang lain masih was-was."Bismillah. Elang berjuanglah, kamu gak boleh ninggalin anak om, dengan cara seperti ini," lirih Rayyan.1 2 3 tekan. Dug dug dug."Alhamdulillah." Rayyan mengucap hamdallah. Dokter Andi baru datang karena habis mengoperasi pasien. Dia melihat Rayyan tengah membereskan alat pacu jantung.
Baca selengkapnya
85. Sesion 3 : 21. Kisah Yang Sebenarnya
"Fiqa ...!" teriak Elang Putra."Fiqa. Kamu Fiqa, 'kan? Akhirnya kita ketemu lagi. Beberapa kali aku pengin ketemu sama kamu. Maria bohongin aku, dia gak hamil. Dia bohongin kita. Aku sudah cerai sama dia, Maria udah aku jeblosin ke penjara. Dia berusaha membunuh anakku dengan .... " Elang Putra terdiam, dia hampir saja keceplosan."Jangan bilang, kamu nanem benih sembarangan lagi Elang Putra Danendra," sahut Fiqa dingin. Sedangkan pria yang duduk di kursi roda hanya diam mengamati."Bukan begitu Fiq ... ceritanya rumit."Elang Putra Danendra menceritakan semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Fiqa merasa jengah namun Elang memberinya kode untuk mendengarkan. Mau tak mau Fiqa manut sama calon imamnya."Jadi begitulah Fiq. Hidupku hancur," keluhnya."Kamu hancur karena ulah kamu sendiri. Kalau kamu mau menerima Maria dan memperbaiki semuanya pasti gak akan mungkin kayak gini jadinya," tutur Fiqa dengan mimik muka datar."Dan sekarang m
Baca selengkapnya
86. Sesion 3 : 22. Ujung Penantian
Menunggu itu perlu kesabaran. Menunggu itu sungguh membosankan. Menunggu itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Itulah yang dialami oleh Fiqa dan Elang. Tujuh bulan lamanya mereka harus menunggu untuk mencapai kata halal. Rasanya nano nano pokoknya, ditambah lagi si biang resek Royyan yang selalu mengompori mereka dengan kemesraan bersama sang istri. Tambah merana kan jadinya. Sudah tahu menuju halal banyak ujian dan godaan malah digoda terus. Hadeh. Dasar Royyan.Ingin rasanya Elang dan Fiqamenimpuk kepala Royyan. Kalau perlu bawa dia ke kutub utara atau antartika biar jadi temennya Reihan. Eh ... kan emang kembaran Reihan yah? Halah. Ckcck.Untungnya baik Elang dan Fiqa memiliki mental baja, sabar dalam menunggu, saling percaya dan selalu giat berdoa.Lebih beruntung lagi mereka itu bukan pengangguran. Mereka punya kesibukan yang menguras fisik dan tenaga sehingga kalau malam bawaannya capek dan pengin rebahan. Jadi rasa galaunya bisa sedikit terobati.
Baca selengkapnya
87. Sesion 3 : 23. Serangan Pagi
Royyan membuka kunci dengan pelan-pelan. Seringai jahil tergambar di bibirnya. Oke. 1 2 3. Ceklek."Woi ...." Mata Royyan terbelalak melihat pemandangan di depannya."Astaga! Aku gak percaya. Astaga!Kalian ... kalian ... tidur?" ucap Royyan lirih.Heh. Melorot sudah deh semangat menjahilinya.Royyan langsung keluar dari kamar Fiqa meninggalkan pasangan pengantin baru yang sedang tidur manis sambil berpelukan."Apa-apain sih mereka, ini kan malam pertama mereka. Masa mereka tidur? Astaga! Mereka normal gak sih? Hadeh." Royyan masih menggerutu karena kejahilannya tidak bisa tersalurkan."Kenapa Mas?" tanya Ayana."Mereka tidur.""Apa? Hahaha. Panteslah tidur, habis tamunya dari tadi banyak banget. Masa jam sepuluh malem masih ada tamu. Belum lagi Mas Royyan yang ikut-ikutan jahil. Udah deh Mas dari pada sibuk mikirin pengantin baru sini jahilin Ayana aja. Lagian kata Dokter Farah kita harus pake kiat-kiat terte
Baca selengkapnya
88. Sesion 3 : 24. Aku Benci Kamu
Rafiqa tengah menatap pantai Senggigi dengan penuh takjub. Dia merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara sore dengan pelan.Sebuah pelukan mampir lewat rengkuhan tangan lembut sang suami. Elang memeluknya dari belakang sedangkan Fiqa menyenderkan badannya ke belakang. Sungguh indahnya pacaran setelah halal."Kamu suka?" tanya Elang sambil sesekali mencium pipi cubby sang istri."Suka sekali."Mereka masih menikmati kebersamaan mereka berdua dengan saling memeluk. Walau tanpa kata, tapi keduanya telah menyatu baik jiwa dan raga."Udah sore, balik yuk.""Ayok."Mereka berjalan sambil menyusuri sepanjang pantai sambil bergandengan tangan. Sesekali mereka bercanda. Senyum tak pernah lepas dari bibir Fiqa. Membuat Elang terpesona dan pengin bawa ke kamar saja. Hahaha."Ayok Mas, lari."Elang dan Rafiqa berlarian bersama, Fiqa memainkan deburan ombak dengan kaki telanjangnya.Mereka asik bermain dengan air laut h
Baca selengkapnya
89. Sesion 3 : 25. Sehat-Sehat ya Jantung
Elang tak bisa menyembunyikan senyumnya. Sesekali menatap sang istri dari balik kaca tengah. Sang istri tengah menikmati kuacinya di jok belakang. Fiqa gak mau duduk di samping Elang karena takut kuacinya diambil lagi sama sang suami. Astaga sampai segitunya."Kamu mau makan apa lagi?""Gak ada, Mas.""Oke. Langsung balik nih?""Iya.""Oke.""Eh ... Mas berhenti-berhenti!"Fiqa langsung membuka pintu mobilnya ketika mobil sudah berhenti."Kamu mau ngapain?" teriak Elang.Mau tak mau Elang ikut turun setelah memarkirkan mobilnya. Dan betapa kagetnya dia melihat Fiqa baru saja turun dari pohon mangga setelah memanjat setinggi tiga meter."Makasih Bu mangganya," ucap Fiqa sumringah."Sama-sama Mbak, lain kali suaminya aja ya yang manjat. Hehehe," sahut si ibu pemilik mangga dengan tatapan takjub sekaligus heran kepada Fiqa."Fiq. Kamu kok manjat sih? Bahaya Sayang? Lain kali biar Mas El aja!" Kesal Elan
Baca selengkapnya
90. Sesion 3 : 26. Ketemu Seila
Elang tengah meminum kopi bersama sang papah. Sambil sesekali melirik Fiqa yang tengah nemplok di pohon mangga belakang rumah sambil makan bubur ayam. Awalnya Elang senam jantung melihat ngidam aneh Fiqa namun makin hari dia makin santai menghadapinya. Soalnya dia sudah terbiasa. Lagian Elang juga sudah menempatkan berbagai perlindungan seperti matras penyelamat di bawah pohon mangga. Pokoknya suami siaga dianya."Kayaknya kamu udah biasa aja lihat tingkah istrimu.""Hehehe. Udah biasa soalnya, Pah.""Hahaha. Ntar kalau anakmu udah lahir siap-siap menghadapi tingkahnya yang pasti mirip kamu, pecicilan.""Hahaha, asal penyayang dan setia sama pasangan gak papa, Elang ridho pokoknya.""Dasar bucin," sinis Wisnu."Sama kayak Papah.""Hahaha." Keduanya tertawa.Fiqa yang melihatnya tersenyum tipis. Dia benar-benar merasa bahagia memiliki suami seperti Elang. Meski mereka kerap berbeda pendapat karena sama-sama egois dan keras kepal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status