" Kenapa? "
" Kenapa apanya? "
" Kenapa kamu menyelamatkan ku? "
Hening sesaat, " apa aku perlu alasan untuk menolong temanku sendiri? "
Andara berdiri di belakang Juan dan menatap tak suka pada Kerta Putra. kepala Kerta Putra menunduk seraya memeluk bola itu seakan -akan bola itu adalah nyawanya yang harus dilindunginya dengan sepenuh jiwa.
" Sampai kapan kalian akan terus diam seperti itu, waktu kita sudah tak banyak lagi, lebih baik kita bergegas menuju ketempat selanjutnya. " Andara berkata, berjalan keluar dari dalam gua. Mereka berdua pun mengikutinya dari belakang tanpa kata.
Mereka kini pergi menuju ketempat terakhir, yaitu gunung merapi yang terletak di pulau terpencil, Kerta Putra bergidik ngeri melihat lava yang bergejolak dari dalam gunung itu, " apa kalian yakin, akan memasuki tempat itu? " Kerta bertanya.
Terdapat lima jenis kujang di dunia ini yaitu kujang tembaga, perunggu,logam, perak dan emas. Kujang tembaga memiliki unsur udara, kujang perunggu memiliki unsur tumbuhan, kujang logam memiliki unsur air, Kujang Perak memiliki unsur tanah dan Kujang emas memiliki unsur Api, kelimanya memiliki unsur bumi yang begitu kuat, seperti kujang emas yang berada di depan mata Juan, kujang itu mengeluarkan aura yang begitu kuat, meski berbeda dengan element dasarnya namun kujang emas itu sep seakan-akan memanggilnya, detak jantung nya terus berdegup kencang bahkan tanpa sadar, Juan melangkahkah kakinya ke lava itu hingga Andara menyadarkan nya dengan menarik tubuhnya menjauh dari tebing. " Juan, apa kamu lakukan? !" pekiknya, Juan pun terlonjak kaget lalu tersadar, " a-a-aku, apa yang terjadi? " " Kamu baru saja akan melompat kedalam lava itu, untung saja Andara sadar dengan sikap mu yang tiba-tiba menjadi aneh, dan secara tepat waktu menghentikan
Mereka berdua pun mulai menyerang iblis api itu, Gentala berusaha menciptakan ombak yang besar dari air yang mengelilingi gunung itu, yang akan dia gunakan untuk memadamkan api pada tubuh iblis api itu, sedangkan Juan membantunya memblokir serangan yang di layangkan iblis api itu, ombak itu secara perlahan terbentuk melebihi tinggi tubuh iblis api itu. Menyadari sebuah ombak datang menghampirinya, iblis api itu langsung memasang penghalang dengan apinya, yang bahkan lebih besar dan lebih tinggi dari ombak yang di ciptakan Gentala, jarak antara air dan api itu semakin dekat, hingga air dan api itu saling bertubrukan menciptakan hawa panas serta kabut yang begitu tebal hingga menutupi seluruh area pulau serta menelan tubuh Gentala dan monster api itu. Tubuh Juan sedikit terhempas, beruntung, Widura berhasil memblokir udara panas itu. Perlahan Juan membuka kedua matanya dan menundukan pandanga
Juan pun langsung melayangkan beberapa serangan dengan kekuatan yang baru di dapat nya dari tombak itu, menyerangnya dengan jutaan jarum es. Jarum es itu meluncur dengan cepat kearah iblis itu dan mengenainya, namun, bagaikan memiliki kulit sekeras baja, serangan yang Juan layangkan tak berdampak sedikitpun pada tubuh iblis api itu , bahkan tubuh iblis api itu masih berdiri kokoh dengan lava yang masih melapisi seluruh tubuhnya, Juan tertegun sesaat, bagaimana bisa iblis api itu bisa menahan serangan yang di layangkannya? tak ingin menyerah begitu saja, dia pun menggunakan tombaknya untuk membuat tsunami, namun seakan tahu pergerakan lawan selanjutnya, iblis api itu terus menerus melayangkan seranganya kepada Juan dengan bola-bola apinya, mau tak mau Juan pun bersusah payah menghindari dan memblokir bola api itu agar tak mengenai tubuhnya.Berkat serangan yang terus di layangkannya, membuat pergerakan Juan menjadi terbat
Di dalam hutan yang rimba, ada sepasang anak dan ayah, juga satu orang paman. Tengah mengintai seekor mangsa buruan mereka dibalik semak-semak belukar. Didepan mereka terdapat seekor rusa yang tengah melahap rumput, tanpa tahu bahwa dirinya tengah di intai oleh orang-orang yang ingin memangsanya.Sang ayah berdiri di belakang tubuh sang putra. " Buka kedua kakimu selebar bahu, tubuhmu harus berdiri dengan tegak, tarik tali busurmu hingga menyentuh hidung, " Juan pun terdiam seraya mendengarkan arahan dari sang ayah dengan seksama, " pastikan kedua bahumu sejajar, dan pertahankan posisimu, bidik target mu lalu. . . . tembak sekarang. " titahnya' Syuuuuut, ' anak panah itu terlepas dari tangannya, dan melesat dengan kecepatan angin. ' jleb ' anak panah itu mengenai tepat di kepala rusa itu, sehingga rusa itu mati di tempat, Ranu dan Ayah Juan bersorak ria atas keberhasilan pertamanya. " Kerja bagus, kamu me
" Guru, bukankah ini sedikit kejam?! " ungkap Juan, seluruh tubuhnya mulai gemetar.Gentala yang tengah menikmati secangkir teh mendelik tajam kearah muridnya, " Coba kamu ulangi lagi perkataan mu tadi. "Bulu kuduknya berdiri, ketika mendengar jawaban dingin dari sang guru membuat mulut Juan seketika bungkam, Gentala pun menghentikan aktivitasnya menikmati teh, menghampiri Juan yang sudah gemetar, " bagaimana ini bisa di sebut kejam? kamu hanya mengangkat batu kecil. tak lebih dan tak kurang. "" Apa batu yang setara dengan ukuran sapi itu terbilang kecil? " tanya Juan dengan susah payah." Tentu saja, aku bahkan dulu bisa menahan beban yang lebih besar darimu, tapi aku tak pernah merengek dan menngeluh seperti dirimu ini sekarang." timpalnya santai, " dan jangan bilang kalau kita berbeda, tentu saja kita sangat jauh berbeda dalam segala hal. Jangan hanya ka
Di Desa Rinjing, terdapat sebuah pertandingan yang selalu mereka adakan setiap tahunnya, yang bertempatkan di balai Desa. Semua warga dari kalangan dewasa sangat menantikan pertandingan itu, apalagi hadiah setumpuk emas yang mereka tawarkan sangat tak main-main bahkan menarik banyak minat bagi siapapun, termasuk Gentala.Sebelum menuju tempat pertandingan, Juan dan Gentala ingin memanjakan diri lebih dulu dengan menikmati jajanan yang dijajakan oleh para pedagang jalanan. Layaknya sebuah pasar, ada begitu banyak jenis makanan yang mereka tawarkan sehingga memenuhi jalanan menuju balai desa, para pedagang menawarkan berbagai makanan yang menarik, salah satunya sate katak hijau.Gentala yang merasa terpanggil menghampiri pedagang itu, katak-katak hijau yang telah dibakar dan di lumuri bumbu spesial berjajar begitu rapih, meski ia sedikit jijik namun rasa penasarannya lebih tinggi dari pada rasa j
Sorak riuh penonton memenuhi aula terbuka balai desa, semua orang di desa berkumpul dalam satu tempat, termasuk kedua orang tua Juan dan memilih tempat duduk di barisan paling depan, mereka sangat antusias menantikan pertandingan putra mereka satu-satunya, sedangkan Juan kini tenah berdiri mematung sendirian." Guru, apa kamu sudah selesai? " tanyanya.' Brak' Gentala memukul keras pintu itu membuat Juan terlonjak kaget. " BISAKAH KAMU DIAM?! " teriaknya lantang seraya memeluk perutnya yang terasa sangat sakit. " aaahhhh perutku, "Sebelumnya." Terima kasih bu, aku yakin setelah ini pasti daganganmu pasti akan sangat laku kerasa, kenapa? karena aku yang tampan ini telah berbelanja di sini, " ucapnya bangga, sang pedagang pun hanya tersenyum simpul, seraya menyerahkan pesananannya, yaitu satu porsi jumbo keripik singkong pedas dengan level iblis,
Seiring berjalannya waktu, sorak sorai penonton semakin ricuh menandakan bahwa tengah berlangsung pertandingan yang semakin sengit, meski Juan ingin sekali melihatnya. Namun, sebagai murid yang baik ia harus menemani gurunya yang semakin meracau parah. " Oh Dewa Agung, tolong ambil saja nyawaku. dari pada aku harus menderita seperti ini, aku tak sudah tak kuat menahannya. " racaunya seraya terbaring memeluk perutnya erat, rona wajahnya semakin pucat. Membuat Juan semakin khawatir di buatnya, ia lalu berjalanpergi mencari air panas untuk gurunya, meski gurunya selalu kejam, dan tak segan memberinya hukuman. Namun, mellihatnya yang lemah tak berdaya seperti itu, membuat hatinya menjadi tak tega membiarkannya merintih kesakitan seorang diri. Setelah mendapat air panas, Juan pun memasukkan air itu kedalam botol, lalu menaruhnya ke perut gurunya. " Guru, minumlah. Ini akan membuatmu lebih