All Chapters of PRISONER of HEAVEN: Chapter 41 - Chapter 50
65 Chapters
Chapter 40
Hamparan kota yang kerlap kerlip menjadi fokusnya dari balik dinding kaca pada lantai 8 sebuah gedung bangunan yang berlokasi di Jenewa, Swiss.Seharusnya hari saat ini ia sedang dalam perjalanan pulang, namun terdapat sedikit kendala dalam meeting perusahaan ayahnya yang membuatnya harus menunggu hari esok.Ia kembali meneguk alkoholnya.Hah, ia benar-benar merindukan wanitanya.Namun ia juga harus menahan diri kali ini. Ini demi kita, kalimat sederhana itu menjadi pengingatnya kala ia sudah merasa tak tahan untuk membuka pintu kamar dan memeluk lalu mencium wanitanya.Ia berputar menghadap ke meja kerjanya, meletakkan minumannya dan beralih pada ponselnya. Ia menekan tombol panggil pada kontak di sana.“Bereid de auto alstublieft voor. Ik wil een cadeau kopen voor mijn geliefde” (tolong siapkan mobilnya, aku ingin membeli sebuah hadiah untuk kekasihku)Tak ada salahnya berharap jika saat pulang nanti, L
Read more
Chapter 41
Tetes demi tetes cairan infus itu terun dan mengalir masuk kedalam tubuh Lynelle yang masih terbaring dengan Matthew yang setia berada di sampingnya, menggenggam lembut tangannya yang tak terinfus dan mengelusnya dengan lembut. Matthew membawa tangan kecil itu menempel pada pipinya dan mengecupnya berulang kali.Semua akan baik-baik saja, bisiknya.Tapi sesungguhnya semua tidak baik-baik saja. Ada hal yang entah Matthew harus menjelaskan bagaimana saat Lynelle akan membuka mata indahnya. Dirinya sendiri masih sulit menerima kenyataan bagaimana dengan Lynelle?2 jam yang lalu“Maaf tuan,” ucap dokter tersebut. Dari situ Matthew sudah tak yakin apakah akan sanggup untuk mendengar kalimat selanjutnya. Matthew memilih diam tak berkomentar apapun, membiarkan dokter kembali melanjutkan kalimatnya yang menggantung.“Janin dalam kandungan istri anda tidak bisa di selamatkan. Usia janin masih berusia sekitar
Read more
Chapter 42
Matthew memakirkan mobilnya dengan manis dan berjalan dengan gontai masuk kedalam mansion. Keadaan di dalam sangat sepi dan gelap. Tentu saja, mengingat dirinya baru pulag pada pukul 3 pagi. Siapa yang masih terjaga pada waktu seperti itu? Matthew menyeret dirinya menuju dapur, menyalakan lampu dan membuka lemari pendingin. Matthew mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga setengah untuk membuatnya sedikit sadar. “Matthew?” Suara lembut itu membuatnya melihat kearah sekitar dan menemukan Lynelle yang berdiri di dekat tangga dalam kegelapan. Lynelle bergerak menghampiri Matthew yang masih terdiam di sana. Dari jarak sedekat ini, Lynelle bisa mencium aroma menusuk alcohol yang menempel pada Matthew. “Kau mabuk?”“Kembalilah ke kamarmu, aku tahu kau tak tahan dengan aroma alcohol” Mendengar Matthew mengusirnya membuat hatinya begitu perih. Matthew kembali meneguk air mineralnya hingga habis dan hendak pergi dari sana menuju ruanganny
Read more
Chapter 43
Sepertinya Matthew sangat tahu apa yang Lynelle tak suka dan apa yang di sukainya. Pria itu bahkan mengingat semuanya dengan detail yang bahkan Lynelle sediri lupa kapan ia mengatakannya, sebab ia hanya bercerita ringan akan tetapi siapa sangka jika pria di sampingnya ini masih sempat menghapal dan mengingatnya. Menakjubkan. Seperti sekarang, Matthew membawaku ke Rappedswill atau kota bunga mawar setelah sebelumnya berjalan santai di sekitar danau Zurich yang begitu terkenal. Rappedswill yang berada di ujung timur danau Zurich itu benra-benar memiliki bunga mawar yang sangat banyak. Lynelle sampai mengira-ngira, berapa jumlah kesuluhan mawar di sana? “Kau penasaran berapa banyak bunga mawar yang ada di sini?” tanya Matthew seolah-olah bisa menebak apa isi pikirannya. “Rappedswill memiliki sekitar 15.000 bunga mawar yang tediri atas 600 jenis”“600 jenis? Wah, aku baru tahu jika mawar memiliki jenis sebanyak itu” Matthew tersenyum tipis melihat kehe
Read more
Chapter 44
Dalam perjalanan menuju hotel, Matthew dan Lynelle sama sekali tak bertegur sapa. Matthew tengah fokus mengemudi sedang Lynelle tengah membuang muka ke arah jendela dengan bertopang dagu. Tetapi siapapun juga tahu bahwa pikiran mereka tengah kacau balau begitupun dengan hati yang tengah rapuh.Sebenarnya Lynelle sama sekali tak tahu jika mereka akan menuju hotel saat ini—atau lebih tepatnya hanya Lynelle dan Matthew hanya mengantar—membuat Lynelle kembali di buat bingung dengan Matthew yang berhenti tiba-tiba di salah satu hotel berbintang ini.“Ada apa?”“Turunlah”Tanpa berniat bertanya lagi, Lynelle keluar dari mobil dan langsung di sambut oleh Carl, Nathan dan Benneth yang ternyata sudah berada lebih dahulu di sana.“Kalian..”“Kau dan mereka akan bermalam di sini malam ini. Jarak dari hotel Storchen ke bandara hanya sekitar 13 menit. Jika macet mungkin sampai sekitar 20 menit paling lama
Read more
After You ; Chapter 45
Takk.. takk..Suara heals terdengar saat mulai masuk ke sebuah restaurant ternama membuat semua mata tertuju kepadanya. Terlebih lagi saat ia melepaskan kacamata hitam yang bertengger pada pangkal hidung kecilnya, membuatnya semakin terlihat terpesona dengan wajah mungil cantiknya.Tanpa menghiraukan pandangan tersebut, ia berjalan menuju ruangan VIP yang sudah di pesan oleh seseorang yang berada di lantai 2 di temani oleh seorang pelayan.Di sana, ada sepasang kekasih yang sudah menunggu kedatangannya. Ia bahkan sempat melihat adegan mesra mereka yang membuatnya sedikit iri dan juga memberikan smirk nya sebelum benar-benar masuk dan menginstrupsi pasangan tersebut jika ada sosok lain di antara mereka.“Hah, untuk keberapa kalinya aku mengganggu kalian” keluhnya.“Maaf” ucap wanita yang berbeda 8 tahun di atasnya.Ia menarik kursi di depannya, duduk dan langsung beralih pada segelas wine yang sudah di sia
Read more
Chapter 46
Flashback..Masa anak-anak merupaka masa yang paling menyenangkan bukan? Bagaimana kita bisa melakukan segala hal yang kita inginkan tanpa perlu repot memikirkan resiko setelahnya. Bagaimana kita bisa bermain dengan puas tanpa perlu memikirkan bebas hidup dan masalah-masalah lainnya. Yang kita ketahui hanya hidup senang, tertawa dan bebas. Jika kita tak mendapatkan itu, menangis dan mengamuk akan menjadi jurus ampuh untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tanpa perlu memikirkan keegoisan.Ya, seperti itu seharusnya, tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk anak yang berusia 8 tahun itu. Disaat orang-orang seusianya tengah bergembira bermain, dirinya lebih memilih untuk duduk di bangkunya dan menikmati teman-temannya yang bermain dengan seru di sana.Bukan karena ia tak ingin, hanya saja ia tengah dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.Ingatan itu kembali. Ia tengah berupaya untuk melupakannya, namun tetap saja.“Oh Seung hun!&rdqu
Read more
Chapter 47
“Jadi bagaimana perasaanmu kembali menginjak London?”Matthew mendudukan dirinya pada sofa empuk yang berada di ruang utama depan tv. “Ku rasa kau mengerti bu” jawabnya.“Ibu” panggil Matthew untuk seseorang yang berada dalam panggilan telpon dengannya. “Terima kasih sudah menjadi ibuku”“Hah, Matthew..” Dwyne menghela napas, mencoba mengontrol perasaannya, namun ini terlalu haru sehingga membuatnya menangis. Matthew sendiri tak mencoba menenangkan dan hanya diam menikmati setiap isakan Dwyne di ujung sana.“Terima kasih sudah menjadi putraku yang tampan, Aku sangat menyayangimu”“Aku juga bu. Aku sangat menyayangimu, ku harap ayah tidak cemburu mendengar ini”Isakan Dwyne seketika berubah menjadi kekehan yang menular ke Matthew juga,“Isirahatlah, ibu akan segera menyusulmu”“Apa ibu berangkat s
Read more
Chapter 48
Flashback..2 tahun yang lalu..Seperti dugaan awalnya bahwa dirinya akan terluka begitu Lynelle meninggalkannya. Ah tidak, lebih tepatnya ia sudah terlihat seperti orang sekarat dengan meringkuk memeluk sebuah dress milik Lynelle yang masih tertinggal di mansionnya.Seperti hari-hari sebelumnya, Matthew membuka matanya—yang lingkaran hitamnya semakin jelas—dan menatap kosong seolah-olah setiap hari yang ia lalui adalah hari yang sangat mengenaskan.Matanya mengarah pada dress milik Lynelle yang sudah kusut akibat selalu di peluknya dan tersenyum pahit di sana, “Selamat pagi Ly, tidur mu nyenyak?” ucapnya seorang diri.Ia benar-benar seperti orang gila saat ini, mengobrol pada sebuah baju kusut dan tersenyum bodoh di sana. Matthew kembali memeluk dress tersebut dengan erat dan menghirup aroma Lynelle di sana yang semakin hari semakin menghilang.Tetapi hari ini sepertinya lebih parah dari biasanya, i
Read more
Chapter 49
Matthew melempar kasar jaket kulit yang ia gunakan sebagai outer setibanya di rumah. Ia lalu menuju dapur, mengambil sebotol mineral dingin dan langsung meneguknya dengan begitu rakus. Tubuhnya terasa panas dan masih terasa panas bahkan setelah ia meneguk habis air minralnya dan meremas botol tersebut hingga menjadi remuk dan penyot.Rahang yang mengeras hingga membuat urat-urat pada wajahnya nampak menunjukkan bahwa pria ini sedang tidak baik-baik saja.Tentu, bagamana tidak saat melihat Carl dan Lynelle di restaurant yang sengaja Matthew datangi untuk memantau mereka, Carl dengan entengnya melayangkan kecupan mesra pada punggung tangan Lynelle membuatnya terbakar api cemburu.Ia tahu, Carl sedang mencoba memanas-manasinya dengan berkata bahwa akan melakukan kencan dengan Lynelle di restaurant tersebut saat mereka tengah bersantai di rumah Nathan sore tadi.Carl bahkan menyadari keberadaannya di sana sebab Carl sempat melayangkan tatapan meremehkan kepad
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status