All Chapters of PRISONER of HEAVEN: Chapter 11 - Chapter 20
65 Chapters
Chapter 10
Matthew berjalan dengan gontai memasuki apartementnya. Akhir-akhir ini lebih menghabiskan banyak wkatu di rumah sakit, bahkan sempat tak pulang selama 3 hari. Tanpa menyalakan lampu, ia berjalan dengan begitu lemas menuju kamar tidurnya. Sungguh yang ia inginkan saat ini adalah istirahat.Ia baru magang namun kesibukkan berasa ia sudah menjabat jadi dokter. Bagaimana jika ia menjadi dokter sungguhan? Apakah akan ada yang mau menjadi pendamping hidupnya jika ia sesibuk ini?Tunggu, apa saja yang baru ia pikirkan?Dengan sisa tenaga yang ada, ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dengan air hangat. Sungguh jika bukan aktifitasnya di rumah sakit, ia lebih memilih tak akan mandi dan langsung tidur. Namun ia pulang dengan berbagai macam virus yang menempel di badannya, sebab itu ia perlu lekas mandi setelah itu bisa beristirahat. (.) “Madam, apakah aku bepergian cukup lama?” tanya Lynelle yang baru
Read more
Chapter 11
“.. Secara keseluruhan rumah sakit telah jauh lebih unggul mulai dari penyediaan kebutuhan medis, dokter spesialis, makanan untuk pasien, dan pelayanan walaupun masih kurang sekitar 20% sebab masih ada beberapkali terjadi kelalaian saat shift malam. Tapi tenang saja, rumah sakit tersebut memiliki progress yang selalu meningkat setiap saatnya.”Presentasi yang di bawakan oleh Matthew merupakan presentase trakhir dan menutup kegiatan presentasi kegiatan awal bulan untuk fakultas mereka. Para mahasiswa dan dosen fakultas mulai beranjak meninggalkan aula untuk melanjutkan kegiatan mereka.“Presentasi yang bagus dude,” ucap Benneth kepada Matthew. Matthew sendiri hanya menanggapinya dengan senyum.“Kapan kalian akan berangkat?” Tanya Carl kepada Benneth dan yang lainnya.“Tentu saja besok” ucap Natha.“Bersamaan?”“Tentulah bodoh, kau dan Matthew harus bersyukur, untung saja han
Read more
Chapter 12
The Plough Pub and Restauant yang berlokasi di The Green, Upper Wolvercote, Upper Wolvercote, Oxford OX2 8BD Inggris menjadi pilihan Fleur untuk makan malam sederhananya bersama Matthew. Setelah pertemuan mereka yang tanpa di sengaja beberapa waktu yang lalu membuat hubungan mereka makin hari makin membaik. Saat masih berada di rumah sakit, Matthew beberapa kali datang ke ruangan mereka, sekedar memeriksa ataupun hanya menjenguk. Kadang pula ia menawarkan diri untuk bergantian menjaga sang adik apabila Matthew kebetulan tak terlalu sibuk agar Fleur bisa beristirahat dan menyegarkan dirinya sejenak.Bahkan setelah keluar dari rumah sakit pun mereka masih kaling berhubungan melalui chat atau menelpon. Terkadang juga Matthew menemani Fleur untuk berbelanja ataupun mengantarnya ke sebuah tempat lalu melanjutkan perjalanannya ke rumah sakit.Jika di pikir Matthew dan dirinya terlihat seperti pasangan kekasih, mereka terlihat seperti tengah balikan dan kembali meraj
Read more
Along You ; Chapter 13
3 tahun kemudian… 4 staff UGD berlarian keluar sembari mendorong ranjang pasien. Di depan baru saja tiba sebuah mobil ambulan dengan seorang pasien yang tengah di tangani di belakang bersama perawat lainnya. Pintu belakang terbuka dan pesien segera di turunkan ke ranjang lalu kembali di bawa masuk ke dalam UGD untuk segera di tindak lanjuti. Bersamaan dengan itu seorang pria dengan seragam dokter dan stetoskop yang mengantung di lehernya menghampiri pasien tersebut. “Dokter, pasien di duga melakukan percobaan bunuh diri dengan mengkonsumsi obat secara berlebihan” ucap salah satu perawat wanita di sana. Pria itu dengan segera memeriksa tanda-tanda vital passion. “Obat apa saja yang di konsumsi?” tanya pria tersebut. Perawa itu lalu memberinya sebuah bungkusan berwarna biru dengan beberapa jenis obat yang tersisa hanya bungkusannya saja. “Kami sudah menghubungi pihak keluarga untuk mengabari keadaan  pasien juga menanyakan
Read more
Chapter 14
Siapa sangka jika toko roti kecil milik Noah dan keluarga kecilnya akhirnya berkembang dengan pesat yang mengharuskan orang-orang kota datang hanya untuk menikmati roti di N’ Bakery sembari melakukan healing dengan menginap di desa Edensor. Hal itu patut di syukuri yang membuat desa mereka menjadi sedikit lebih terkenal dan memiliki banyak pasukan akibat banyaknya wisatawan yang datang untuk menikmai keindahan di desa tersebut. Rumah-rumah tua dan beberapa tempat penginapan yang dulunya kosong melompong akhirnya bisa terurus dan kembari beroprasi. Walaupun yang datang hanya beberapa orang saja, akan tetapi semanga, tata karma dan pelayanan yang baik tetap di berikan bagi mereka yang berkunjung ke sana. Masih seperti biasa, Lynelle dengan setia membantu tuan Ethan dan nyonya Alda di toko juga di bantu oleh beberapa karyawan baru dan juga Noah.. ya, akhirnya Noah kembali setelah 3 tahun lamanya ia berusaha untuk menyelesaikan study-nya. “Wah, sangat ramai hahah
Read more
Chapter 15
Seminggu rasanya begitu cepat tiba. Tepat hari ini Matthew bersama rombongan lainnya tengah menyusuri jalan yang akan memakan waktu sekitar 3 jam dari kota menuju lokasi tujuan mereka. Matthew memilih untuk menggunakan kendaraan pribadinya serta memberikan tumpangan ke beberapa temannya agar tidak berdesak-desakkan di mobil rumah sakit yang di dalamnya juga menampung cukup banyak peralatan mereka selama berada di sana nanti. Sebenarnya mereka sedikit terlambat dalam memulai perjalanan. Rencana awalnya start pukul 08.00 pagi agar bisa tiba sekitar pukul 12.00 siang tepat pada saat makan siang, namun dokter David—salah satu dokter yang terpilih di antara mereka—dengan sangat merasa bersalah, tiba pukul 10.00 sebab sang isri mendadak mengalami kontraksi yang pada akhirnya ia tak jadi berangkat dan akan menyusul beberapa hari kedepan. Jika tahu seperti itu, mereka tak akan membuang-buang waktu menunggu dan langsung berangkat saja. Tapi ya, sudahlah, mau di apa l
Read more
Chapter 16
Matthew sendiri bukan tipikal seseorang yang akan bangun di pagi hari walaupun itu hari libur. Tepat seperti dugaannya, tempat ini layakya surga di pagi hari. Ia tengah menyeruput kopi yang mengepul di cangkir aluminiumnya sembari menikmati matahari terbit yang sangat indah itu di luar rumah. Ini menjadi aktivitas rutin di pagi harinya selama berada di sini dan ini sudah terhitung hari ke-5 nya berada di Edensor. “Sepertinya kau sangat menikmatinya dokter Matthew?” ujar dokter Steven yang baru saja keluar dari rumah. Matthew meilhat ke arah dokter Steven sekilas dan tersenyum “Sangat sulit mendapatkan suasana seperti ini. Ku anggap ini sebagai liburan untukku” balas Matthew. Matthew dan dokter Steven mengobrol santai sampai tuan Ethan yang berjalan menuju toko tak sengaja melihat keduanya dan menghampirinya. “Oh selamat pagi dokter, sedang menikmati matahari terbit?” ucapnya.“Selamat pagi tuan. Ya, seperti itu. Dokter Matthew sangat tergila-gila dengan su
Read more
Chapter 17
Tak biasanya. Ini sudah tak terhitung hari ke berapa notifikasi dari seseorang yang ia tunggu tak kunjung tampil di layar ponselnya. Apakah sesibuk itu? Pikirnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat. Sejujurnya ia ingin menanyai terlebih dahulu namun rasa gengsi yang ia miliki cukup tinggi saat ini. Ia menatap lekat ponselnya berharap sebuah notifkasi tiba-tiba muncul, namun sayang harapan itu tak terpenuhi. Baru saja ingin menyimpan kembali ponsel di saku jasnya, 1 deringan muncul yang membuatnya tersentak dan langsung buru-buru melihat ponselnya. Sial, umpatnya. Yang ada hanya pesan dari operator yang membuatnya menggerutu. Rasanya seperti ia ingin membanting ponselnya saja. “Sepertinya harimu sangat suntuk akhir-akhir ini dokter Belva” Seorang dokter wanita berusia 34 tahun menghampirinya yang tengah duduk santai—lebih ke melampiaskan moodnya yang buruk—di koridor
Read more
Chapter 18
Untuk pertama kalinya Belva mengemudi dengan jarak dan waktu tempuh selama ini. Sangat di luar dugaan, Matthew benar-benar membuat Belva melakukan hal yang sama sekali tak pernah ia lakukan sebelumnya, sedikit terpikirkan olehnya tak pernah. Cukup melelahkan untuknya mengemudi selama 3 jam lebih yang pada akhirnya dirinya sampai di Edensor, tempat tujuannya. Ia mengakui, tempat itu sangat menyejukkan dan indah, tapi tujuannya datang kesana bukan untuk menikmati pemandangan di sana, tetapi untuk menemui Matthew. Heels merah yang ia kenakan membuatnya sedikit kesulitan berjalan dengan benar dan pada akhirnya menimbulkan luka lecet tepat di tumitnya. “Permisi, apakah kau mengenal dokter Matthew?” tanya Belva kepada salah soerag warga yang ia temui di sana. “A-aku tak begitu tahu nama mereka. Tapi jika kau mencari mereka, kau bisa langsung menuju ke pusat kesehatan desa. Tinggal belok kiri setelah ini, lurus dan belok kiri lagi begitu mendapat r
Read more
Chapter 19
Matthew meminta izin untuk pulang terlebih dahulu kepada dokter Agler. Ini hari jum’at dan memang tak begitu ramai dari hari sebelumnya. Sedari pagi juga Matthew tak melakukan apapun selain mengecek laporan dan membantu mendata obat-obatan yang baru masuk. Dokter Agler tanpa ragu mengijinkan Matthew yang membuatnya meninggalkan pusat kesehatan dengan girang. “Matthew...” Sempat lupa dengan keberadaan Belva pagi tadi, kini Matthew kembali tersadarkan begitu Belva yang berada di depan pintu memanggilnya yang baru saja hendak masuk ke rumahnya. Dengan berat hati, Matthew menghentikan gerakannya sejenak. “Ada apa?” tanyanya. Belva beranjak dari depan pintu rumah sebelah menghampiri Matthew. “K-kaki ku terluka akibat menggunakan heels. Bisa tolong obati?” pintah Belva. Matthew mantap kaki Belva dan memang benar wanita di depannya tengah berdiri tanpa alas kaki yang baru Matthew sadari juga. Dapat terlihat luka-lika lecet dan bebera
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status