Lahat ng Kabanata ng Married With The Badboy: Kabanata 41 - Kabanata 50
50 Kabanata
Bab 41
"Makasih ya Al?" Allisya merasa tenang, apalagi Alvian akan selalu menjaganya. Lain halnya dengan Aris yang sibuk dengan dunianya sendiri. Alvian mengangguk. "Iya, sama-sama. Yuk pulang," Alvian menautkan jemarinya pada tangan Allisya sangat pas dan mungil. ***Alvian memang serius menjaga Allisya, terbukti cowok itu menjemput Allisya untuk ke sekolah bersama. Selena tampak terkejut dengan kehadiran Alvian. Terlihat asing. "Kamu siapanya Allisya ya?" seperti biasa, Selena akan kepo dengan cowok yang dekat dengan Allisya padahal sudah ada Aris. "Masa sih tante lupa saya aku? Alvian, sahabat Allisya sejak kecil yang suka main bola dan basket. Punya rumah pohon tempat dimana aku dan Allisya bermain basket disana. Memangnya Allisya belum cerita ya?" Selena baru ingat, owalah ternyata sahabat masa kecil. "Kamu tambah ganteng aja. Alvian ya?" Allister duduk di sebelah Alvian, sudah beres mand
Magbasa pa
Bab 42
Sesampainya di rumah Allisya, sangat kebetulan sekali ada Selena dan beberapa tante-tante arisan yang asik bergosip ria. Terutama saat Allisya turun dari motor Aris. Semua itu tak luput dari perhatian Selena dan teman tante-tantenya. "Itu siapanya Allisya? Pacarnya kan?""Ganteng e pean le." (Ganteng banget kamu 'le' untuk panggilan anak laki-laki). "Itu calon suaminya Allisya," ucap Selena memperkenalkan calon mantunya itu. "Kapan nikah?" "Setelah Allisya lulus, doain aja semuanya berjalan dengan lancar," wajah Selena terpancar kebahagiaan, apalagi Aris sudah di ketahui teman arisannya. "Aaamiinn semoga lancar.""Kita doain yang terbaik aja deh Sel.""Mama, aku pulang," Allisya salim pada sang mama. "Pingin deh mama cepet-cepet ya punya cu-""Mama! Aku masih sekolah. Bukan kebelet nikah," sela Allisya kesal, selalu saja mamanya itu menginginkan seorang cucu. 
Magbasa pa
Bab 43
"Maaf ya om, tante. Saya gak mau lama-lama, pasti ayah bakalan nyari juga," ujar Aris berpamitan pada Selena dan Allister. "Kirain mau disini lebih lama. Tapi gak apa-apa deh," Selena tak rela Aris pamitan secepat itu. "Allisya, kamu jangan begadang ya? Jam sembilan langsung tidur, gak usah nonton drakor. Apalagi yang espisodenys gak kelar-kelar," nasehat Aris serius, Allisya langsung berubah masam dan cemberut. "Kakak aja begadang, kenapa ngelarang aku?" Allisya bersidekap dada menatap Aris sengit. "Itu namanya udah sayang sama kamu sya. Aris gak mau kamu sakit," sahut Allister. Setelah Aris pergi, Allisya melangkahkan kakinya ke kamar. Setelah makan begini, enaknya belajar. Sangat pas untuk kembali berpikir. ***Markas Cakrawala. Tepat pukul 6 malam, Gavin menyuruh semua anggotanya berkunpul di markas. "Ada apa sih vin? Mau tawuran lagi? Udah kelar kali," celetuk Udin set
Magbasa pa
Bab 44
Akhirnya Aris sampai di restoran yang Allisya tunjukkan. Matanya menyapu sekeliling, mencari sosok kecil dengan rambut yang tergerai seperti biasanya. Matanya menangkap sosok Allisya yang duduk sendirian. Aris menghampiri Allisya, entah bagaimana ia membuka obrolan. Apalagi kalau sudah lupa dengan janji. "Allisya? Kamu disini udah lama ya nungguin aku?" Allisya beralih menatap Aris, matanya terlalu fokus dengan lalu-lalang kendaraan yang melintas. Allisya menyipitkan matanya, memandangi wajah Aris lekat. Ada beberapa lebam dan darah yang mengering disana. Apa Aris tawuran lagi? "Kak?" panggil Allisya serius. Rasanya sudah lelah memberikan nasehat berkali-kali pada Aris masalah tawuran. "Iya sya? Kangen? Tau kok, tiap hari kamu juga bilang gitu di chat," Aris hanya menanggapi seadanya. Ia tak tau Allisya tengah khawatir sekarang. "Kak Aris tawuran lagi? Kenapa? Memangnya itu gak sakit? Aku aja
Magbasa pa
Bab 45
"Apa? Javas sekarang ada di rumah sakit? Ok ok, makasih banget kabarnya," Gavin tersenyum miring. Ia mendapat telepon dari orang terdekat, dan diantara Aris. "Kenapa gue baru tau sekarang kalau Javas sekarat? Haha, gue terlalu fokus buat kabur.""Javas, ucapkan selamat tinggal pada dunia," Gavin tersenyum penuh arti. Ia punya rencana cemerlang untuk mencelakai Javas. "Dan kekalahan geng gue, bukan berarti kebahagiaan buat geng lo Aris," hati Gavin merasa tak terima, Aris bermain curang dengan membawa pasukan banyak demi mengalahkan jumlah dan melumpuhkan pasukannya. ***"Rif, lo pulang aja. Biar gue aja yang jagain Javas. Ris, lo juga. Pasti bokap lo nyariin. Biarin aja Javas sekarang jadi tanggung jawab gue," ucap Gibran mantap. "Titip ya? Gue juga udah ngantuk banget nih. Pingin peluk bantal sama guling," Arif menguap setelahnya, menunggu Javas sadar akhir-akhir ini membuat punggungnya terasa pegal. "Ok
Magbasa pa
Bab 46
Malam minggu, moment yang pas untuk berjalan dengan pasangan. Apalagi Aris dan Allisya, keduanya menikmati semilir angin yang dingin dengan suara bisingnya kendaraan. Ya, mereka masih naik motor. "Emangnya kamu gak dingin sya?" tanya Aris menatap Allisya di kaca spion motornya, senyum lebar itu sangat terlihat bahagia dan ceria, Aris ikut senang melihatnya. Allisya menggeleng. "Ini itu sejuk banget kak. Gak kayak di rumah, panas. Apalagi mama selalu nyalain AC, aku kedinginan tau," jawabnya sedikit kesal. Aris mengangguk faham. "Kalau kamu pake AC terus yang ada masuk angin lagi," Aris sangat tau Allisya tak menyukai angin elektrik yang di salurakan dari listrik pasti akan berakhir masuk angin. "Aku di rumah kan pakai sweater kak," tapi Allisya juga tak nyaman memakai sweater setiap harinya, terlalu tertutup dan hangat. Ia ingin sesekali merasakan udara dingin. Akhirnya mereka sampai di sebuah pasar malam. Allisya mena
Magbasa pa
Bab 47
Pagi ini Allisya datang ke sekolah dengan semangat, Aris mengantarkannya. Sebelum Allisya keluar dari mobil, Aris selalu memberikan bekal buatannya. "Gak pedes kok, daripada kamu jajan sembaran di kantin. Yang pinter dan kosentrasi ya?" pesan Aris seperti seorang bapak kepada anaknya. Allisya mengangguk. "Siap! Kak Aris semangat ya kuliahnya."Aris tersenyum. Melihat Allisya se-ceria ini saja membuat hatinya berdesir tak karuan. "Makasih. Aku pergi dulu ya? Maaf nanti gak bisa jemput, langsung ke kantor ayah. Kamu bareng sama Gibran aja ya?"Allisya merasa asing dengan nama itu. "Gibran siapa kak?" "Itu temenku, dia senior sya di geng."Allisya mengangguk. "Iya kak. Aku ke kelas dulu ya? Bye," Allisya melambaikan tangannya. Aris melajukan mobilnya, awal pagi melihat Allisya membuat semangatnya nge-jreng. Di kelas, Allisya menatap horor Kaila dan Aqila. Tapi Al
Magbasa pa
Bab 48
Mengantuk, itulah yang di rasakan penghuni kelas 12 Ips 2 sedang berlangsung live streaming pelajaran Sejarah. Tidur, mencatat hal yang penting di sampaikan oleh guru, bertanya jika kurang mengerti, ada yang sekedar memperhatikan saja. Kaila menguap, lama-lama bosan juga. "La," panggil Kaila berbisik. Aqila menoleh dengan wajah suntuknya. "Lo pernah gak sih merasa kalau cowok yang kita sukai itu menjauh?" tanya Kaila sekedar iseng, hanya ingin tau bagaimana tanggapan Aqila si otak cerdas. Aqila mengernyit, Kaila sedang galau rupanya. Aqila menggeleng. "Kak Javas gak pernah gitu. Dia selalu ngasih kabar kok. Emangnya lo ada masalah apa sama kak Arif? Apa dia udah nyerah sama lo?"Kaila menggeleng lemah. "Gak tau la. Meskipun terkadang gue bales chatnya galak dan cuek, tapi notifikasi dari dia itu udah bikin hati gue seneng banget."Aqila mengusap bahu Kaila memberikan ketenangan. "Sabar aja ka
Magbasa pa
Bab 49
Dua perempuan yang kini berbincang di sudut kafe. Sore hari, jam 3. Keduanya membuat janji untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting. Salah satunya adalah Luna. "Lo kelas duabelas kan sekarang?" tanya Luna pada adik kelasnya itu, termasuk sangat dekat dengan sekolahnya dulu sebelum pindah karena Daniel. "Iya. Kenapa? Langsung ke intinya deh. Gue gak mau lama-lama disini. Masih ada urusan lain," jawabnya ketus. Cewek berlensa biru dengan bibir merah muda dan kulit putihnya itu kesal dengan Luna. "Gue minta lo pindah ke sekolah itu. Sekolah gue yang sekarang. Gampang kok, asal berduit aja. Gak perlu pinter. Penampilan lo menarik, cocok buat ngehancurin Allisya sama Alvian dan Aris. Gue hanya ingin Allisya di benci sama dua cowok itu.""Terus? Gue mesti ngapain?""Sekolah disana. Tugas lo cuman merebut Alvian dan Aris. Nih, fotonya," Luna menyodorkan dua lembar foto Alvian dan Aris. "Kenapa gak dari d
Magbasa pa
Bab 50
Di kantin, meskipun tempat duduknya sudah penuh dan terisi, Zahra tetap keukeuh untuk makan satu meja dengan Alvian. Bahkan ia telah mengambil satu kursi punya tukang bakso lebih tepatnya meminjam. "Kasihan kursinya di ambil, terus pembelinya mau duduk di tanah gitu?" ujar Kaila menyindir Zahra. "Gak apa-apa, nanti juga gue balikin kok. Yang penting, bisa makan bareng sama Alvian. Ya kan sayang?" dengan berani dan percaya dirinya memanggil Alvian sayang. Reaksi Alvian hanya diam saja, tak menganggap kehadiran Zahra. Merasa di abaikan Zahra menawarkan siomay-nya. Menyuapkannya pada Alvian ketika mulut cowok itu terbuka. Zahra tersenyum puas saat Alvian menerima suapannya. "Gimana? Pasti enak dong, apalagi di suapin sama cewek cantik kayak aku," ucap Zahra penuh percaya diri. Kaila berdehem. "Gimini? Pisti inik ding. Gak enak! Al, mending muntahin aja deh.""Kai, mana bisa ah. Udah gue ma
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status