Dua perempuan yang kini berbincang di sudut kafe. Sore hari, jam 3. Keduanya membuat janji untuk membicarakan suatu hal yang sangat penting. Salah satunya adalah Luna.
"Lo kelas duabelas kan sekarang?" tanya Luna pada adik kelasnya itu, termasuk sangat dekat dengan sekolahnya dulu sebelum pindah karena Daniel.
"Iya. Kenapa? Langsung ke intinya deh. Gue gak mau lama-lama disini. Masih ada urusan lain," jawabnya ketus.
Cewek berlensa biru dengan bibir merah muda dan kulit putihnya itu kesal dengan Luna.
"Gue minta lo pindah ke sekolah itu. Sekolah gue yang sekarang. Gampang kok, asal berduit aja. Gak perlu pinter. Penampilan lo menarik, cocok buat ngehancurin Allisya sama Alvian dan Aris. Gue hanya ingin Allisya di benci sama dua cowok itu."
"Terus? Gue mesti ngapain?"
"Sekolah disana. Tugas lo cuman merebut Alvian dan Aris. Nih, fotonya," Luna menyodorkan dua lembar foto Alvian dan Aris.
"Kenapa gak dari d
Di kantin, meskipun tempat duduknya sudah penuh dan terisi, Zahra tetap keukeuh untuk makan satu meja dengan Alvian. Bahkan ia telah mengambil satu kursi punya tukang bakso lebih tepatnya meminjam."Kasihan kursinya di ambil, terus pembelinya mau duduk di tanah gitu?" ujar Kaila menyindir Zahra."Gak apa-apa, nanti juga gue balikin kok. Yang penting, bisa makan bareng sama Alvian. Ya kan sayang?" dengan berani dan percaya dirinya memanggil Alvian sayang.Reaksi Alvian hanya diam saja, tak menganggap kehadiran Zahra.Merasa di abaikan Zahra menawarkan siomay-nya. Menyuapkannya pada Alvian ketika mulut cowok itu terbuka.Zahra tersenyum puas saat Alvian menerima suapannya."Gimana? Pasti enak dong, apalagi di suapin sama cewek cantik kayak aku," ucap Zahra penuh percaya diri.Kaila berdehem. "Gimini? Pisti inik ding. Gak enak! Al, mending muntahin aja deh.""Kai, mana bisa ah. Udah gue ma
Seorang gadis yang baru saja keluar dari kamarnya, ia adalah Allisya. Hari ini adalah dimana ia harus menjalani MOS juga meskipun kelas 11.Selena yang melihat putrinya menuruni tangga mengajaknya sarapan. Namun Allisya menolaknya dengan beralasan akan membuang waktu dan terlambat nantinya."Tapi kalau kamu gak sarapan, nanti sakit. Sedikit aja ya?" pinta Selena mengoleskan selai kacang di roti gandum itu. Ia sangat perhatian pada Allisya, apalagi anaknya itu sering maag dan muntah-muntah jika telat sarapan sehari saja. Selena tak ingin Allisya sakit.Allisya menggeleng, langkahnya bersiap pergi tapi berpamitan dulu pada mama dan ayah."Gak ma. Nanti telat, kan sarapannya di kantin."Allister menatap Allisya tajam, seketika anak semata wayangnya itu duduk di meja makan. Akhirnya berhasil juga membujuk Allisya untuk sarapan."Allisya," ucap Alister memperingati. Jika dirinya yang angkat suara, Allisya pasti akan langsung menurut.Allisya pun ter
Daniel menatap Allisya lekat."Kenapa diem? Apa kamu malu iya?" sudah satu tahun ini selama berpacaran Daniel tidak pernah mengantar-jemput Allisya. Jemput di depan rumahnya? I'm brave not afraid."A-aku em-" Allisya bingung mau mengungkapkan-nya. Ia takut kalau sang mama memarahinya karena di sekolah berpacaran, mama-nya sangat melarang keras. Entah apa alasannya tapi Allisya mengerti kalau mama hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.Daniel menghela nafasnya. Membuang emosinya jauh-jauh ke planet pluto lalu ceres. "Pokoknya aku anterin kamu pulang," Daniel menarik tangan Allisya menuju parkiran sekolah.'Duh, gimana nih? Kan aku gak boleh bawa cowok ke rumah, pacaran aja gak boleh. Di nikahin iya,' gerutu Allisya dalam hatinya. Sungguh pilihan yang sulit, kalau Selena tau sudah habis ia di ceramahi lalu berujung membahas pernikahan. Allisya tidak mau nikah dini apalagi di usia muda, menikmati masa remaja saja belum lama.Daniel sudah menaiki motorn
Daniel menatap Allisya."Kenapa sya?" tanya Daniel, Allisya gusar."Aku bosen," keluhnya. Daniel selalu romantis, dan Allisya bosan itu."Ya udah, kita tebak-tebakkan ya?"Allisya mengangguk. "Jangan yang susah.""Gak lah sya. Gampang kok.""Kenapa kambing suka makan rumput?"Allisya berpikir. "Kan makanannya. Kalau kita yang makan rumput pahit!" Allisya pernah kapok mencoba satu helai rumput dan pahit tidak ada manis-manisnya."Itu tau. Kayak aku selain kamu, gak mau," pernyataan kegombalan Daniel membuat hati Allisya berdesir dingin."Sekarang aku."Daniel menatap Allisa menunggu tebakan dari kekasihnya."Jalan laki. Maksutnya apa?"Daniel menjawabnya, ini very easy. "Jalan kaki kan? Tebakan kamu gampang semua,"Dehaan hanya menelan baksonya saja. Menyaksikan itu nanti iri bilang bos.Aris memperhatikan Daniel. 'Kalau di liat-liat pacarnya cantik juga. Gak
Saat mempersiapkan makanan dari lauk, nasi dan minumannya, Andra menyarankan Aris di jodohkan."Betul banget yah, lagian apa gunanya pacaran buang-buang waktu aja. Terus ganggu kosentrasi kamu," ujar Inez setuju dengan permintaan Andra, suaminya.Aris meletakkan sendoknya. "Aris sudah besar, kenapa harus di jodohkan? Aris sudah bisa membuat pilihan sendiri," bantah Aris, zaman Situ Nurbaya sudah berlalu kan?"Aris, perempuan yang kami jodohkan itu baik, dan kamu pasti suka," ucap Andra meyakinkan Aris."Tapi yah, Aris gak suka di jodohin gini," bantah Aris tak mau tau. 'Aku udah tertarik sama dia,' bayangan adik kelasnya yang telat di hari Senin itu."Apa kamu sudah punya pacar?" tanya Andra curiga, Aris jarang membawa perempuan ke rumah."Kalau punya kenapa?""Putusin dia, mending yang pasti aja," ucap Inez, janji terus ngilang lagi sakit hati kan? Sama aja."Dia cantik, manis, ceria. Kamu bakalan suka
Daniel menekan bel beberapa kali. Yap, ia sedang berada di rumah Allisya menjemput cewek itu ke sekolah bersama.Allisya yang mendengar bel berbunyi bergegas membukakan pintu."Kamu?" ekspresi Allisya terkejut, masalahnya mamanya tengah berada di meja makan bisa gawat jika tau Daniel kesini."Ayo sya, berangkat bareng," ajak Daniel meraih tangan Allisya.Allisya menjauhkan tangannya.Daniel terkejut. "Kenapa?" tanyanya khawatir."Aku berangkat bareng ayah."Allister yang baru saja keluar dari kamar melihat Allisya tengah mengobrok dengan Daniel di ambang pintu itu menghampirinya."Kamu barenga aja sama Daniel, sana. Nanti keburu ketauan sama mama loh," Allister mengizinkan.Allisya berpamitan pada ayahnya. "Aku berangkat ya yah. Bilang aja lagi piket."Allister mengangguk. "Sip lah."Akhirnya Allisya bisa berangkat bersama dengan Daniel."Emang ke
Sebuah mobil mewah memasuki kawasan SMA Pelita Bangsa. Seorang siswi keluar dari mobil tersebut. Beberapa pasang mata menatapnya takjub."Siapa tuh? Kaya bener,""Kayaknya anak baru deh,""Tajir juga ya,"Luna, dia adalah siswi baru. Sambil membenarkan bedaknya lagi, Luna mengedipkan sebelah matanya, para cowok yang melihat itu baper kejer."Subhanallah cantik bener,""Paling udah ada yang punya,""Mbak siapa namanya?"Luna melempar senyum ramah. "Hai,"Para cowok kurang asupan itu ikut melambai membalas sapaan Luna.'Daniel, akhirnya aku bisa satu sekolahan sama kamu. Aku kangen,' Luna mencari sosok Daniel, tidak ada."Kelas apa nih?""Minta nomornya!""Jadi pacar gue sekarang!"Kalimat itu sangat menuntut, Luna tak meresponnya. Hatinya hanya untuk Daniel.Langkah Luna menuju ke ruang kepala sekolah, menanyakan kelas barunya. 
Kaila mengetukkan penghapus di papan tulis sebagai penertiban kelas."Semuanya dengerin gue dulu,"Seisi kelas diam. Pasti ada hal penting."Nanti yang piket bersih-bersih kelas. Besok ada lomba kebersihan kelas setiap satu bulan sekali,""Sa, piala bergilir ya?" tanya Ema.Kaila mengangguk. "Iya. Nanti bawa tanaman hias ya dari rumah. Terus botol bekas yang bakalan di jadikan pot,"Aqila memgangkat tangannya. "Terus novel yang di pojok baca di perbarui juga gak? Masa itu-itu aja," hanya 3 novel berjenis romantis se-tebal kamus bahasa Inggris."Kalau punya novel sendiri boleh di taruh pojok baca, sama kamus bahasa inggris dan buku pengetahuan lainnya. Tapi ada yang kurang nih," sebagai bendahara kelas, uang kas akan keluar saat lomba kebersihan kelas tapi sedikit dan sisanya membawa barang dari rumah."Apa?""Udah lengkap tuh kai,""Di bagusin lagi, masa polosan doang?""Ok, kalau tugas d