All Chapters of Heartless: Chapter 1 - Chapter 5
5 Chapters
1
ARION ANDERSON membelah keramaian pesta dengan percaya diri. Melihat banyaknya tamu yang diundang pasangan pengacara sukses ibu kota untuk merayakan ulang tahun pernikahan yang kesepuluh, Arion seperti menemukan berbagai kesempatan untuk memperluas bisnis. Namun sebelum mengurus tentang uang, dia harus membereskan dulu masalah pelik yang memaksanya terbang ke Bali dan menghadiri acara membosankan ini. Sebuah pengkhianatan kecil yang dilakukan sang ayah. Arion berjalan di tengah keramaian, mengangguk singkat ke beberapa wajah yang dia kenal tetapi tidak dengan nama sebagai bentuk kesopanan. Dia juga melemparkan senyum tipis, tetapi menolak berbagai sentuhan fisik yang coba dilakukan orang-orang. Lelaki ataupun perempuan. Terutama perempuan. Saat empat sampai lima perempuan mencoba menghentikan langkah dan menyeretnya ke obrolan tidak penting, dia menolak tegas. Misinya terlalu penting buat ditunda demi perempuan-perempuan haus uang. Ketik
Read more
2
 "KITA PERLU bicara. Sekarang. Penting!"Davira segera menengadah dari laptop ke wajah sahabat sekaligus atasan dari tempatnya bekerja. Entah kapan pastinya Freya melewati pintu kaca di depan sana, dan kenapa perempuan ini pulang dari Bali? Karena catatan kecil di agenda digitalnya jelas tertulis kapan Freya bakal pulang dari Bali, dan itu minggu depan. Davira menutup laptop dan mengamati wajah Freya yang menjulang di hadapannya, mengingat perempuan itu baru menghabiskan malam di pesta—kemungkinan mabuk sangat besar. Jadi dia mengambil waktu beberapa detik untuk memastikan, tetapi tidak ada tanda-tanda Freya mabuk.Freya gusar. "Frey?""Kita punya klien baru." Freya menjawab. "Arion Anderson," lanjut Freya sebelum Davira sanggup mengungkapkan kesenangan mendapatkan klien baru, bos sekaligus sahabatnya itu mengambil iPad dari samping laptop, lalu mengembalikan lagi benda itu kepadanya setelah mengotak-atik beberapa
Read more
3
  “SELAMAT datang dan senang bertemu langsung dengan anda," sambut Arion, sesaat setelah pijakan terakhir si perempuan mendarat di depan meja kerjanya. Sebelum memulai pembicaraan menarik, Arion lebih dulu memberi kode kepada Zeline untuk segera keluar. Walau seketarisnya itu sudah bekerja lima tahun, berada di daftar tiga orang paling bisa dia andalkan dan percaya, tetapi bahan diskusi antar Arion dan Davira terlalu berbahaya didengar siapa pun. Kalau sampai bocor, dia bakal rugi paling banyak. Ketika Zeline menghilang dan pintu super tebalnya tetutup rapat, Arion keluar dari meja lalu menyandarkan bokong di ujung kiri meja. Memandang lebih jelas Davira dari ujung kaki sampai kepala. Perlu usaha keras dari Arion untuk menahan tawa saat menemukan garis-garis kepanikan menghiasi wajah oriental perempuan itu. Berbanding terbalik dengan posisi berdiri Davira, yang meneriakkan kepercayaan diri seluas ruang kerja pribadi Arion. "Saya
Read more
4
LELAKI ITU menggeleng, lalu menyuarakan ketegasaan yang membuat Davira meremang. Namun Davira tidak berminat mengalah, dia semakin semangat melawan semua rasa gelisah yang mengganggu sejak lutut mereka bertemu beberapa saat lalu. Dia semakin tinggi membangun tembok pertahanan, menyembunyikan setiap kecemasaan—tidak sudi terlihat lemah di depan si lelaki walau sedikit saja. Menguatkan tekad apa pun yang terjadi dia tidak mau terjebak bersama lelaki bajingan lagi. Cukup satu bajingan, dengan segala kekacauan yang membuatnya sakit kepala.Ketika Arion melangkah maju sembari menyorotkan tatapan mengitimidasi, Davira buru-buru mundur dan coba menepis bayang-bayang Lukman saat menginginkan sesuatu darinya. Selama dua tahun terakhir, dia berhasil menghalu kenangan Lukman--hal-hal gila yang diperbuat lelaki itu. Belum pernah terlintas sekalipun dalam benaknya, dia bakal terje
Read more
5
TIGA HARI berlalu setelah pertemuan Arion dan Davira, tetapi rasa kesal akan penolakan perempuan itu tak kunjung mereda. Walaupun Arion memahami ketakutan Davira, tetap saja jawaban tidak dari perempuan itu terasa menjengkelkan. Bisa-bisanya Davira menolak mentah-mentah ide cemerlang Arion, win-win solution bagi masalah keduanya.Sambil menempelkan satu tangan yang terkepal di jendela kaca, Arion mengamati lalu lintas ibu kota yang padat di jam makan siang begini. Di saat pekerjaan tidak hilir mudik di benaknya, bisikan setan yang diabaikan sejak melihat Davira meninggalkan kartu namanya di meja—kembali terdengar. Membongkar begitu banyak pilihan cara buat mendapatkan jawaban iya dari Davira. Dia tahu semua kesusahaan perempuan itu, bahkan yang terkecil sekalipun—seperti: Davira rela makan dua kali saja demi penghematan, bekerja sebagai bartender di salah satu club malam elit di Jakarta demi mengumpulkan rupiah. Namun kalau dia menggunaka
Read more
DMCA.com Protection Status