All Chapters of Kampung Lamuna: Chapter 11 - Chapter 20
104 Chapters
Tugas Kuliah
Hari ini aku pergi ke kampus dan bertemu dengan Rafael. "Ayuna!" Kata Rafael."Rafael!" kataku. "Kamu datang sendiri?" tanya Rafael."Benar karena aku membawa mobil." Kataku. "Besok aku saja yang mengantar kamu ke kampus." kata Rafael. "Tidak perlu." kataku. "Harus." kata Rafael. "Terserah kamu saja, kamu pasti akan datang ke rumah meski aku tidak membolehkan kamu datang." kataku. "Itu kamu tahu. Ayo kita masuk ke kelas." kata Rafael. "Tunggu dulu." kataku. "Tunggu apa lagi?" tanya Rafael. "Hari ini hari ujian sejarah kemarin sudah diumumkan di maling depan kampus. Bagaimana kalau kita ke depan kampus? Aku penasaran berapa nilai aku. Aku harap nilai aku tidak di bawah rata rata." Kataku. "Apa? Nilai ujian sejarah kemarin sudah diumumkan." kata Rafael sambil terkejut. "Kenapa kamu terkejut? Apa kamu takut dengan hasi
Read more
Mencari Keberadaan Kampung Lamuna
Tiba tiba suasana berubah aku dan temanku berada di suatu tempat yang sepi dan angker. Angin bertiga sangat kencang dan terasa sangat dingin. Banyak pohon yang menutupi tempat ini. Seakan tidak ada sinar matahari yang menerangi tempat ini. Aku merasa seperti kebingungan dan merasa sedikit takut. Padahal aku tidak pernah merasa takut padahal tidak ada apa pun di tempat ini. Lalu, mereka semua bertanya kepada aku. "Di mana kita berada?" tanya Vita sambil ketakutan. "Aku juga tidak tahu ini tempat apa." Kataku. "Aku belum pernah ke tempat ini. Di sini suasana terasa sangat menakutkan." Kata Daffa. "Benar, aku juga tidak pernah merasakan sensasi seperti ini." Kata Rafael. "Kita harus menjadi jalan ke luar. Menurut aku ini tempat yang tidak memiliki aura positif. Aku merasa kita akan dalam bahaya." Kata Ilham. "Kamu jangan berkata seperti itu, Ilham. Aku takut sekali." Kata Vita. "Maafkan aku Vita,
Read more
Menemukan Pasar Aneh
Mereka bertiga menghampiri tempat itu. Ternyata itu adalah semacam pasar banyak yang menjual makanan dan minuman. Pembeli juga sangat ramai. "Ternyata ini pasar." Kata Rafael. "Benar sekali, ayo kita beli makanan." Kata Daffa. "Ayo kita beli sekarang!" Kata Ilham. Setelah mereka melihat tas mereka bertiga. Tidak ada uang yang mereka miliki."Apa kamu memiliki uang?" tanya Daffa. "Tidak, ini sangat aneh. Aku tidak pernah pergi tanpa membawa uang. Apa aku lupa membawa uang? Yang benar saja ini." Kata Rafael. "Bagaimana ini aku juga tidak membawa uang?" tanya Ilham. "Apa mereka semua akan memberikan kita makanan?"tanya Daffa. "Tentu saja tidak, kamu gila atau bodoh." Kata Rafael. "Benar, kita tidak saling kenal. Mereka pasti tidak akan memberikan makanan secara gratis kepada kita." Kata Ilham. "Tapi kita tetap harus mencoba karena ini satu satunya car
Read more
Mencari Makanan
Mereka terdiam dan tidak menjawab apa pun saat kami tanah tentang apa yang terjadi. "Kenapa kalian diam saja? Apa yang terjadi tadi?" tanyaku. "Benar, kenapa kalian sangat ketakutan sekali?" tanya Vita. "Kita.." Kata Ilham yang terhenti karena Daffa dan Rafael melarang dia. "Kenapa kalian melarang Ilham untuk berbicara?" tanyaku. "Katakan apa yang terjadi!" Kata Vita. "Bagaimana ini? Mereka tidak akan berhenti bertanya jika kita tidak menjawab." Kata Ilham. "Baik, mereka tidak akan berhenti. Kita beritahu saja mereka berdua." Kata Daffa. "Kalian yakin? Nanti mereka akan ketakutan." kata Rafael. "Tidak apa apa, kita akan menjaga mereka. Penjual itu juga tidak dapat mengejar kita ke hutan ini. Jadi kita akan aman di sini." Kata Daffa."Jadi, kami sedang mencari makanan. Dan kami masuk ke pasar setan." kata Rafael. "Saat kami memasuki tempat itu. Bany
Read more
Sampai di Ujung Jalan Arah Kanan
"Tentu saja, Ayuna itu juga seorang wanita. Apa salahnya jika dia merasa takut?" tanya Rafael. "Sudah, aku tidak takut hanya saja aku memiliki perasaan yang tidak enak. Mungkin saja kalian benar." kataku. "Tentu saja, kita akan terus berjalan sampai ke ujung jalan arah kanan." Kata Vita. "Benar, supaya kita cepat menemukan jalan keluar dari hutan ini." kata Daffa. "Baik, aku akan mengikuti kalian semua." Kata Ilham. Aku dan yang lain terus berjalan dan setelah lama berjalan akhirnya kami bisa melihat ujung jalan arah kanan itu. Suasana terasa berbeda dari arah kiri itu. Di pasar setan, kita masih bisa melihat cahaya tapi di sini terasa sangat gelap dan dingin. Jauh lebih buruk dari pada di hutan. Aku merasa perasaan aneh ini menjadi nyata. Tapi aku harus mengikuti mereka semua supaya kami dapat menemukan jalan keluar dari tempat aneh ini. Aku sudah lelah berada di sini. Aku ingin kembali ke tempat aku. "Ke
Read more
Bertemu Dengan Kakek Tua
Ketika kami semua memasuki tempat itu suasana langsung berubah yang tadinya hening menjadi banyak suara burung hantu. Burung hantu itu tidak berhenti bersuara seakan ingin memberikan peringatan kepada kami semua. Keanehan semakin terjadi ketika semua hewan berkata merah bermunculan di tempat ini. Aku merasa ini bukan tempat yang baik dan ingin berusaha mengajak semua teman aku untuk keluar dari tempat ini. "Teman teman, kita sebaiknya.." kataku yang terhenti karena Vita berbicara. "Ada apa ini? Kenapa semua terasa aneh dan menyeramkan di tempat ini?" tanya Vita. "Aku juga tidak tahu Vita, yang pasti ini bukan hal yang baik." Kata Daffa. "Sebaiknya kita pergi dari tempat ini." Kata Ilham. "Tadi kamu ingin berbicara apa, Ayuna?" tanya Rafael. "Sama seperti Ilham, menurut aku juga kita harus keluar dari tempat ini." Jawabku. "Benar aku juga merasakan hal yang sama, ini terlalu banyak keanehan yan
Read more
Menuju Kampung Lamuna
Aku berhenti sesaat dan mereka semua bertanya. "Kenapa? Apa kamu lelah?" tanya Rafael."Tidak tapi aku merasa aneh dengan tatapan kakek tua itu. Apa kita berhenti saja dan kembali ke hutan lagi?" tanyaku. "Sudah hentikan!" teriak Vita sambil marah. "Apa maksud kamu berteriak kepada Ayuna?" tanya Rafael. "Aku bosan mendengar kalian semua bertanya hal itu terus. Aku juga tidak memaksa kalian ikut dengan aku." Jawab Vita. "Benar, Vita dan aku tidak memaksa kalian bertiga." Kata Daffa. "Ayuna hanya ingin kita semua dalam keadaan selamat saja." Kata Ilham. "Sudah tidak apa apa, aku memang salah karena banyak bertanya terus. Aku tahu itu pasti mengganggu kalian semua. Maafkan aku." Kataku. "Tidak perlu minta maaf, kamu tidak salah." Kata Rafael. Aku berhenti bicara supaya tidak terjadi pertengkaran. Kami semua harus kompak supaya dapat mencari jalan keluar dengan tep
Read more
Berharap Dapat Kembali Pulang
"Kamu benar Ilham,  kita tidak boleh menyerah." Kataku. "Itu benar." Kata Ilham. "Bintang masih bisa terlihat meski tertutup oleh langit. Itu ungkapan yang sangat indah menurut aku." Kataku."Benar, terkadang keindahan bisa berada di depan mata kita." kata Ilham sambil melihat aku. Ilham melihat ke arah aku saat berbicara seperti itu. Aku merasakan sesuatu yang tidak biasa dan aku ingin tersenyum. Mungkin karena Ilham adalah teman yang sangat baik dan dia terkadang bisa menjadi sangat bijak. Meski semua orang melihat dia bukan seperti pria sempurna. Tapi menurut aku dia keren sldnegan cara dia sendiri. Dia pandai dan bijak, terkadang pemikiran kami menjadi sama."Kenapa kamu diam saja, Ayuna?" tanya Ilham. "Tidak apa apa, aku hanya berpikir apa kita harus pergi ke kampung Lamuna. Aku tidak tahu kenapa tapi perasaan aku tentang kampung itu sangat buruk. Seperti kampung itu lebih buruk dari pasar setan. Aku tahu ak
Read more
Selamat Datang di Kampung Lamuna
Setelah kami menelusuri jalan, kami sampai di sebuah perkampungan yang terasa sangat berbeda. Di sini terasa seperti menakutkan dan juga sangat sepi. Seperti tidak ada tanda kehidupan dan membuat kami terus merasaa aneh. Kami berjalan masuk dan di depan jalan terdapat tulisan di papan kayu yang sudah lama dan tidak kokoh."Selamat datang di Kampung Lamuna." Kata Vita sambil membaca tulisan papan kayu itu. "Ternyata ini kampung Lamuna." Kata Daffa. "Kenapa jantung aku terus berdebar?" tanyaku. "Sama Ayuna, aku juga merasa seperti itu." Jawab Rafael. "Mungkin ini hanya karena kita terlalu lelah berjalan dan banyak berpikir." Kata Ilham. "Kenapa kamu berpikir seperti itu Ilham?" tanyaku. "Kita harus berpikir baik supaya sesuatu yang terjadi kepada kita juga baik." Jawab Ilham. "Benar yang dikatakan oleh Ilham, kita harus tenang." Kata Rafael. "Baik." Kataku. "Ayo
Read more
Rumah Kuhar
"Banyak sekali makanan di sini." Kata Vita. "Tentu saja, ini semua untuk kalian." kata Kuhar. "Apa? Kita baru saja saling bertemu dan mengenal satu sama lain, tidak mungkin kamu sudah menyiapkan semua makanan ini untuk kami semua." Kataku. "Benar, kita belum pernah bertemu sebelumnya." Kata Rafael. "Aku sudah mengetahui akan ada yang bertemu ke rumah jadi aku menyiapkan ini semua." Kata Kuhar. "Yang benar saja ini, aneh sekali." Kata Ilham. "Benar Ilham ini, memang aneh." Kataku. "Kalian terlalu banyak curiga, kita harus memakan ini semua supaya kita tidak mati kelaparan." Kata Daffa. "Benar itu." Kata Vita. "Tapi aku.." kataku. "Kalau kamu tidak ingin, tidak perlu makan saja." Kata Vita. "Baik, aku akan percaya dengan kamu dan Daffa." Kataku. "Tentu saja, kamu harus percaya kepada kami. Ini memang sudah waktunya untuk kita makan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status