All Chapters of Damai dalam Poligami: Chapter 21 - Chapter 30
84 Chapters
Bab 21
~//~ FlasfbackRuang keluarga bernuansa klasik dengan banyak kayu berukir khas Jepara di setiap sudut ruang menjadi saksi kehangatan keluarga Sarah. Pak Wiryo Adi dan Bu Sukamti hanya memiliki dua anak yang semua perempuan. Anak pertama, Salma dibawa ke luar Jawa oleh suaminya setelah menikah dan sangat jarang pulang atau berkunjung setelah menetap di sana. Wajar jika Sarah sangat disayang dan dijaga serta diusahakan kebahagiaannya. Nasihat terus diberikan oleh dua orang yang sangat menyayanginya seperti gerimis yang bertabur lembut di luar sana. Hatinya pun jadi terenyuh hingga mengeratkan pelukan dibahu Sang Bapak. “Jangan main-main sama perasaan, Nduk. Hati manusia gampang terbujuk rayu syetan oleh hal-hal duniawi.” Tiba tiba perasaan Sarah menjadi takut. Benarkah suaminya seperti yang bapaknya umpamakan? Tekadnya semakin bulat untuk segera pulang dan membuktikan sendiri bagaimana kirakira kelanjuta
Read more
Bab 22
‘Bang, Sarah ada di rumahku sekarang’ Pesan singkat Zubaidah pagi ini adalah buncahan bahagia sekaligus ketegangan. Pertemuan dengan Sarah kali ini bisa dibilang soal hidup matinya pernikahan mereka berdua. Fadhil tak membuang waktu segera meluncur kerumah Zubaidah selepas mengantar anak-anak sekolah. Baju kantor telah melekat rapi di tubuh seperti hari-hari biasa  selalu mengurus diri dan anak, mengantar mereka lalu melanjutkan perjalanan ke kantor. Kabar keberadaan Sarah di rumah madunya membuat dada tak berhenti bertalu. Kerinduan yang sangat dan entah rasa apa lagi, bercampur menjadi satu. Fadhil tidak membawa kendaraan karena mobil telah dibawa oleh Anton sahabatnya. Kemungkinan hari ini dirinya akan ijin tidak masuk saja demi bisa segera menyelesaikan urusan keluarganya. Sambil berjalan tatapannya terus  ke arah pintu. Langkahnya menjadi semakin berat. “Assalamualaik
Read more
Bab 23
Sarah melangkah mendekati suaminya setelah menumpahkan segala kecewa atas abai Fadhil selama dirinya berada di rumah orang tua. Sang suami yang duduk menunduk mengepalkan tangan. Berkali menarik napas untuk mengurai sesak. Buku jarinya nampak memutih menandakan begitu kuat kepalannya. “Kau salah kalau mengira aku menikmati kebersamaan sebagai suami untuk Zubaidah jika nyatanya keluarga utama yang kuperjuangkan hancur. Aku sadar bukan suami yang baik untukmu.Bukan ayah terbaik untuk anak-anak kita. Aku menyadarinya ketika kau begitu mudah berbagi.” Sarah, “….” Sarah tak bisa bicara lagi bahkan kemarahannya lenyap entah ke mana. Untuk beberapa saat mereka berdua terdiam dengan pikiran masing masing. Fadhil sedang menguatkan hati dan menyusun kata untuk istrinya agar tidak salah bicara. “Aku menunggu, Sayang ... jika kau merasa lebih
Read more
Bab 24
‘Zubaidah, Mas izin menemani Sarah lebih dulu ya ... selesai ngajar langsung pulang jangan kelayaban’. Caht Sang Suami membuatnya tersenyum lega. Apa pun bahkan jika waktu kunjungannya dikurangi untuk Sarah yang sedang mengandung, Zubaidah ikhlas. Bayangan akan perpisahan dan mengubur kenangan indah saat bersama, terlalu berat untuk ditanggung. Pipi Zubaidah memerah membayangkan masih ada kesempatan mengulang semuanya. Dalam hati dirinya berjanji akan berhati-hati menjaga hubungan dengan suami, madu juga keluarganya. ‘Ya, Sayang. Baidah akan sabar menunggu giliran. Berbahagialah! Jaga dan bahagiakan Sarah. Kita harus sadar, bahagianya adalah bahagia kita. Semoga Allah ridho’. Sand. “Wah, Bu Baidah senyum senyum sendiri kenapa nih?” tanya Bu Winda teman Zubaidah mengajar di sekolah. SD Permata adalah sekolah cukup elit berbasis Isla
Read more
Bab 25
Rahasia jodoh tak ada seorang pun yang tahu. Contohnya Zubaidah yang telah begitu lama menanti jodoh hingga berusia empat puluh tahun. Untaian doa yang tak putus juga ikhtiyar yang terus dilakukan hingga rasanya hampir putus asa. “Mungkin jodohku disimpan di surga sana,” gumamnya selalu untuk menenangkan diri. Sujudsujud panjang dilakukannya dengan berderai air mata di waktuwaktu orang lain tengah bergulung dengan selimut yang hangat juga mimpi indah. Kemudian lewat perantara Laras Sang Adik, akhirnya doa terkabulkan meski harus menjadi yang ke dua. “Istikharah dulu ya, Kak … baru diputuskan. Semoga Allah pilihkan yang terbaik,” kata Laras sambil menepuk punggung kakaknya lembut saat itu. Ketika akhirnya Zubaidah menerima pinangan Fadhil untuk menjadi istri keduanya, justru Pak Ali yang seorang duda setelah istrinya meninggal juga bermaksud menjadikannya istri. Jika Fad
Read more
Bab 26
 Lewat tengah hari jalan raya begitu panas menyengat ketika Zubaidah pulang mengajar mengendarai metik hitam kesukaannya. Helm dan sarung tangan yang dikenakan seolah tak mampu melindunginya dari rasa yang menyengat. Hiruk-pikuk pengendara lain yang tidak sabar memainkan klakson memekakkan telinga. Zubaidah mengeluh dalam hati. Andai saja dirinya bisa meminta suami menjemput seperti pasangan lain, pasti jalanan panas ini tak akan terasa menyiksa. “Bu, jangan melamun di jalanan bahaya!” Zubaidah tergagap mendengar pengendara di sampingnya berteriak mengimbangi deru suara banyak kendaraan. Postur jangkung dengan motor besar dan helm yang menutupi sebagian wajah masih bisa dengan jelas dikenali. “Ayo jalan!” Lelaki itu kembali berteriak. Pak Ali seperti sengaja mendampingi Zubaidah. Sebelum melajukan kendaraannya tatapan khawatir sempat tertangka
Read more
Bab 27
Ahad pagi Zubaidah sudah rapi dan wangi dengan riasan tipis di wajahnya. Hari ini memang hari libur tapi baginya ini adalah awal dirinya harus bekerja keras. Suaminya akan datang nanti malam untuk mengawali pekan gilirannya. Mengenakan pakaian santai wanita menginjak empat puluh tahun itu mengunjungi salon langganan untuk melakukan perawatan rutin. Kegiatan yang baru dilakoninya setelah beberapa waktu menjadi seorang istri. Kesadaran bahwa perawatan diri sangat penting bagi seorang wanita terlebih dirinya yang harus bersaing mendapatkan tempat di hati suami dengan Sang Madu. “Silakan Bu, diisi dulu paket perawatan yang mau diambil kali in,” kata seorang wanita cantik dengan senyum ramah. Zubaidah hanya membalas senyum sambil menerima selembar kertas lalu mengambil pena untuk menyoretkan beberapa hal. Matanya focus pada apa yang ada di tangannya menghiraukan lalu-lalang pengunjung lain. Rata-rata mereka bersam
Read more
Bab 28
Rumah yang rapi, makan malam lezat dan camilan favorite suami sudah tersedia juga tubuh wangi dengan riasan wajah tipis yang mempesona. Rasanya lengkap sudah persiapan menyambut suami tercinta hari ini. Teringat saat konsultasi siang tadi dokter memberikan motivasi yang menjadikannya semangat memulai perjuangan panjang untuk mendapatkan seorang buah hati. “Ibu sehat dan bugar meski telah berusia menginjak rawan untuk mengandung tapi peralatan medis juga sudah canggih sekarang.Ibu tidak perlu khawatir, karena kami akan selalu membantu memberikan pelayanan terbaik yang kami miliki. Tugas ibu adalah berusaha bahagia dan berdoa agar diberikan yang terbaik oleh Allah.”*Tak sadar Zubaidah justru meneteskan air mata. Sedikit ketakutan hadir dalam hati. Bagaimana jika suaminya tak ingin dia hamil? Bagaimana jika usaha kerasnya nanti tak membuahkan hasil? Berbagai kemungkinan melintas membuatnya semakin khawatir.
Read more
Bab 29
Allah memang Maha Baik. Tidak perlu melakukan program hamil yang rumit apa lagi aneh-aneh, Zubaidah berhasil mengandung. Kebersamaannya kembali dengan suami setelah masalah Sarah selesai membuatnya cepat hamil. “Pada dasarnya Ibu Zubaidah memang tidak bermasalah sama sekali selain usianya,” kata Dokter Irma menjelaskan. Zubaidah mengangguk dengan senyum tak lepas dari bibir. Tangannya bergelayut mesra pada Fadhil yang kali ini ikut mendampingi. Perasaannya membuncah dan merasa menjadi wanita paling bahagia sedunia. Hamil dan bersama suami tercinta mengkonsultasikan berbagai hal tentang calon buah hati, sungguh sesuatu.  Dirinya merasa begitu sempurna.“A-anu, Dok. Soal usianya tidak masalah kan untuk anak kami?” tanya Fadhil ragu. “In Sya Allah tidak, Pak. Kita jaga sama-sama, ya … jadilah suami siaga.” “Suami siaga?” tanya Fadhil sam
Read more
Bab 30
Mendung bergelayut di ufuk barat. Beberapa hari ini  selalu saja turun hujan di sore hari hingga malam bahkan kadang sampai pagi. Niat Fadhil ingin jalan sore-sore untuk menghibur istrinya urung dilakukan. Terlihat Zubaidah asyik di depan TV sambil memeluk bantal kotak untuk menghangatkan diri. “Sini peluk abang saja,” kata Fadhil sambil meraih tubuh istrinya dalam pelukan. Zubaidah hanya diam menurut apa pun perlakuan suaminya tanpa protes meski hatinya sedikit enggan tapi tubuhnya bereaksi berbeda. Pelukan Fadhil sungguh membuatnya nyaman. “Kau ingin tahu apa yang kupikirkan?” Zubaidah mengangguk. Fadhil terdiam memilah kata yang tepat untuk mengutarakan keresahan hatinya sementara Zubaidah masih menunggu sambil menatap suaminya lekat. Pandangan mereka terkunci. Gejolak lelaki tiba-tiba timbul melihat bibir Sang Istri yang setengah terbuka. Namun menyadari gestur tubuh
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status