Kesadaranku telah kembali ketika masuk ruang operasi meski semua terlihat samar. Berbagai peralatan membuat jantung berdebar tapi untungnya dokter anestesi yang berada dekat di kepalaku sangat ramah dengan suara yang merdu di telinga membuatku tenang. “Berdo’a dulu ya, Bu … operasinya mau dimulai,” katanya lembut sambil menyuntikkan sesuatu di tangan sebelah kiriku yang terentang. Aku memejamkan mata untuk mengurangi gugup meski rasanya badan ini terus bergetar. Kuingat sesuatu yang indah-indah dalam hidup juga bibir yang terus berdzikir. Hidup dan mati terasa begitu tipis jaraknya. Tak kudengarkan segerombol petugas medis di bawah sana yang tengah melakukan sesuatu pada tubuhku. Tak ingin kupikirkan seperti apa tindakan mereka itu. “Dingin ya, Bu? Gemetar terus ini,” kata dokter anestesi dengan suara ceria. Aku seperti melihatnya bicara sambil tersenyum lebar. Senyum itu pun menular padaku. “Iya, Dok, dingin banget.” “Tuh anaknya sudah dikeluarkan, Bu … perempuan.” Suaranya
Last Updated : 2021-11-28 Read more