Damai dalam Poligami

Damai dalam Poligami

By:  Wening  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
38 ratings
84Chapters
14.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Adalah Sarah. Seorang ibu tiga anak yang kecewa dalam pernikahannya. Hidupnya jadi penuh warna ketika dirinya memutuskan memberikan izin pada sang suami untuk menikah lagi. Sayang, semua tak selalu berjalan sesuai harapan. Berbagai konflik rumah tangga dalam berbagi suami, mertua dan anak menjadi kerikil tajam yang harus dilaluinya.

View More
Damai dalam Poligami Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Bella
...️...️...️...️...️
2023-03-26 06:04:01
1
user avatar
Mardiah Jamal
mana kelanjutan cerita nya, ceritanya bagus
2022-06-07 12:48:23
2
user avatar
Adang Taofik
lanjutan nya mana???
2022-03-12 22:43:55
1
user avatar
Lilis Setiati
lanjutan nya, bagus ya jd bikin penasaran
2022-02-05 09:04:56
1
user avatar
ngaisatul Lutofah
ditunggu lanjutannya
2021-12-31 08:12:23
2
user avatar
ngaisatul Lutofah
ditunggu lanjutannya
2021-12-31 08:12:06
1
user avatar
Norma Aminya Davina
udh sarah kuat semangat utk janin dan ank2 mu, tinggalin aja suami yg ga bs bersikap adil juga madu yg ga tau diri.. please thor happy ending buat sarah yaaaa
2021-11-19 22:06:14
1
user avatar
Rai Seika
Kasihan ya Sarah. Berikan happy ending thor untuk dia yang telah banyak mengalah. Semangat buat author
2021-11-19 08:30:23
1
user avatar
Minara Sora
Semangat ka updatenyaa
2021-11-18 15:45:09
1
user avatar
Nila Zulkifli
Lanjuttt terusss, ditunggu upnya thoorr
2021-11-18 15:40:15
1
user avatar
Rezquila
kisah bawang inih tuh pasti...
2021-11-18 15:38:49
0
user avatar
Saturnus uranus1
ditunggu kelanjutannya kak
2021-11-18 15:33:06
0
user avatar
Nur Ahayati
Ceritanya bagus tapi semakin hari Sarah semakin terketepi. Damainya hanya Sarah yang pasrah dan madu serta suaminya semakin egois. Semangat menulis thor...
2021-11-09 21:03:32
1
user avatar
Mama Gusvara
kisah yang inspiratif
2021-10-21 21:09:53
1
user avatar
Ani Sugiharto
terima kasih dukungannya teman2
2021-10-14 17:29:34
0
  • 1
  • 2
  • 3
84 Chapters
Suami yang Pelit
Sarah terkantuk di ruang tv. Kehamilan ketiga membuatnya tampak malas dan tak bertenaga. Usia Sarah memang tidak muda lagi. Demi merindukan seorang anak perempuan Sarah  memaksakan diri berusaha hamil lagi. Beberapa kali gagal tidak membuatnya kapok menahan sakit oleh tindakan dokter setiap  keguguran. Walaupun tak yakin benar-benar akan melahirkan anak perempuan, Sarah bahagia menjalani hari-hari kehamilan.“Tak apa... kalau memang laki-laki lagi, asalkan sehat pasti itulah yang terbaik Allah berikan padaku,” katanya legowo.Sarah bahkan tidak mau dokter memberitahukan perkiraan jenis kelamin yang terbaca saat di-USG.“Biarlah buat kejutan, Dok, yang penting sehat.”Tidak seperti Sarah yang bahagia dengan kehamilan itu, keluarga besar Sarah justru menatapnya prihatin.“Sarah ... untuk dua putra saja kau berjuang keras. Suamimu bukan lelaki yang berpikir dewasa mengikuti usianya. Bagaimana kau bisa berpikir m
Read more
Sulitnya Berbagi
Acara yang lancar siang tadi membuat Fadhil lega. Namun malam pertama ternyata membuatnya gelisah. Bayangan Sarah tak lepas dari kepala. Bukan. Bukan hanya karena secara fisik Sarah jauh lebih bisa membangkitkan hasrat walaupun telah memberinya anak-anak. Fadhil sadar bahwa cinta perlu proses. Begitupun dirinya dengan Sarah di waktu dulu. “Kenapa, Mas? Kau baik baik saja?” tanya Zubaidah lembut. Fadhil tergagap. Panggilan ‘mas’ dari Zubaidah membuatnya merasa tak nyaman. “Em, tak ada apa apa. Anu, kau bisa memanggilku, Abang. Bagaimana?” Dahi Zubaidah berkerur. “Kenapa?” “Tidak. Sarah sudah memanggilku begitu,” kata Fadhil ragu. “O, baiklah.” Wanita yang kini tak menggunakan hijabnya di depan sang suami hanya tersenyum maklum. Sungguh istri yang penurut tanpa banyak protes. Fadhil berteka
Read more
Sulitnya Adil
Sarah menyadari perubahan sikap Fadhil. Kalau dulu suaminya cenderung padanya, kini sebaliknya. Fadhil kerap berlaku curang pada jatah kunjungan padanya. Lebih sering tidur di kamar anak dengan dalih kangen atau di depan tv sambil nonton bola kesukaan dan tertidur hingga pagi. Sarah tak punya waktu untuk merayunya pindah ke kamar karena kesibukan siang hari sudah menyita tenaganya hingga tertidur lelap saat menemukan bantal di ranjangnya. “Sibuk.” Begitu alasan yang di dapat saat Sarah minta penjelasan. “Kau, kan juga sibuk sama anak-anak, nanti kecapekan kalau aku sering pulang ke rumahmu dan minta jatah lebih,” katanya sambil tersenyum tengil menutupi kesalahannya. Sarah ingin membantah dan mengingatkan kembali agar suami berlaku adil. Namun Sarah memilih diam. Percuma mengajak diskusi suami yang pasti akan berakhir dengan naiknya temperamen masing masing. Pembagian waktu bergilir antara Zubaida
Read more
Sebuah Pengorbanan
Fadhil melangkah pelan-pelan menuju rumah Sarah. Ia menyusupkan tangan ke saku celana. Udara malam mebuatnya merasa sejuk. Sampai depan pagar dirinya tertegun. Suasana sangat sepi. Tak seorang pun terlihat di luar rumah. Hari memang sudah larut. “Ah, iya, kuncinya. Aku lupa di mana menyimpannya.” Fadhil hanya bisa terpaku menatap rumah. Pandangannya menyapu ke seluruh bagian di area depan rumahnya. Bangunan yang menjadi saksi perjuangannya bersama Sarah. Saat dirinya hanyalah pegawai lapangan dengan gaji mingguan yang sangat minim untuk mencukupin kebutuhan keluarga, Istrinya masih bisa menyisihkan untuk ditabung sampai terbeli sebuah rumah sederhana yang bangunannya telah rusak di sana sini. “Kita bangun rumah ini dengan keringat dan akrab sama lapar demi satu sak semen.” Fadhil menyentuk ujung matanya yang basah. Baru disadari rumah  itu lebih asri dari sebelumnya. Tana
Read more
Ego
Di rumahnya, Zubaidah bersimbah air mata. Kepalanya dipenuhi bayangan sang suami. Selama di tanah suci kemarin Fadhil khusuk beribadah. Bersikap dingin padanya dan tidak banyak bicara. Berbeda sekali dengan awal rencana keberangkatan yang disambut dengan suka cita . Hingga pulang ke tanah air, lelaki yang kini telah merampas utuh seluruh hatinya itu tak bersemangat di setiap acara yang digelar di rumah istri keduanya. Hanya  kata seperlunya saja yang keluar jika dimintai pendapat dan bantuan. Cukup dikerjakannya saja apa pun yang diminta Zubaidah tanpa banyak suara. Terakhir menyelinap pergi diam-diam saat keluarga besar sang istri masih berkumpul dan berbincang hangat. Sekarang telah dini hari tanpa kabar dan juga enggan menjawab panggilan. Hal itu jelas meresahkan hati dan pikirannya. “Ada apa kak?” Laras yang malam itu menginap tengah menidurkan anaknya di kamar tamu, mendengar isak tanggis kakaknya.
Read more
Mereka yang Berharga
Laras meninggalkan rumah Zubaidah tanpa pamit. Kakaknya itu berdiam di kamar sampai siang. Setelah perdebatan bersama kakaknya hingga pagi, Laras tidak tidur lagi. Ia menguping segala yang terjadi di luar kamar. Laras tahu, kakaknya sangat sedih dan menyesal. Laras bertahan pura-pura mengabaikannya. “Kakak harus belajar.” Tekadnya bulat untuk membantu jangan sampai kakaknya itu salah jalan. Cinta dan kecemburuan memang acap kali membuat kecerdasan seseorang tiba tiba menghilang. Sebagai seorang guru di sekolah yang berbasis dakwa, Zubaidah sebenarnya sangat paham akan hukum agama juga hokum pernikahan poligami yang dilakukannya. Sayang ego dan napsunya membuat ilmu yang tinggi tak berfungsi sebagaimana mestinya.~Sore hari Laras membawa anaknya mengunjungi Sarah. Langkahnya pelan sambil menimbang, apa yang perlu disampaikan pada sahabatnya. Ada rasa bersalah akan sikap kakaknya. Bagaimanapun dirinyalah yang mendoro
Read more
Wanita yang Baik
Suasana pagi dimana orangorang tengah sibuk dengan segala aktifitas, Zubaidah masih saja mondar mandir di tengah ruang keluarga di rumahnya. Bahkan lupa dengan pekerjaannya sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah. “Aku tidak bisa memaafkan diri kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya.” Dia bergumam panik. Zubaidah tidak bisa ikut kerumah Sarah bersama Fadhil. Juga tidak bisa menjenguknya di rumah sakit. Zubaidah berharap, suaminya cepat memberi kabar. Suara ponsel mengagetkannya. Disambarnya segera mengira Sang  Suami yang menelephon tapi segera saja kekecewaan hinggap. Sekolah tempatnya mengajar yang menghubungi karena ketidak hadirannya hari ini. Zubaidah mulai panic. “Ya ampun, lupa izin!” pekiknya.~Di rumah sakit Sarah segera ditangani oleh seorang dokter. Setelah diperiksa dengan teliti, dokter kembali mengalihkan perhatian pada wajah tegang
Read more
Mari Berdamai
Sepekan lamanya Sarah berada di rumah sakit. Selama itu pula Fadhil berada di sampingnya tanpa sehari pun pulag ke rumah  Zubaidah.Tak mengapa bagi wanita berkulit langsat yang kini tampak lebih hidup setelah menikah. Meski menjadi yang kedua dan harus berjuang keras untuk mendapakan cinta Sang Suami, Zubaidah sangat menghargai pernikahannya. Dengan kerendahan hati dirinya juga akan menerima konsekuensi dari  sebuah keputusan menerima seorang pria beristri sebagai seorang suami yang membuatnya harus terus mengalah pada yang pertama. Pagi hari ketika  Zubaidah tengah menikmati sarapan pagi sendirian dikejutkan oleh sebuah pelukan hangat dari belakang  tubuhnya. Aroma yang  kini telah familiar di hidungnya dan sangat dirindukan di harihari belakangan ini membuat perasaanya membuncah. Bisikan di telinga dengan deru napas yang menghangatkan di area sensitive  leher belakang  membuatnya membeku. “Aku merin
Read more
Bab. 9
  Pesawat membawa Fadhil pulang dari daerah Kepulauan kembali ke kota dimana diri dan keluarganya tinggal. Kelelahan baru dirasakannya ketika tubuh menyentuh kursi penumpang yang nyaman. Demi tak ingin berlama lama meninggalkan keluarga dirinya memaksimalkan waktu mengurus pekerjaan agar selesai segera.   Fadhil menyelesaikan semua dalam waktu sepekan saja. Tawaran bersantai menikmati wisata local ditolaknya dengan halus beralasan keluarga sudah menunggunya saat ini. Binar terpesona tampak pada beberapa rekan wanita mengingat langkanya pria yang mengutamakan keluarga dari sebuah kesenangan. Terlebih saat baru saja berjibaku dengan kepenatan pekerjaan.   Tanpa mengabari siapa pun Fadhil menarik koper di bandara dan memanggil taksi untuk membawanya pulang ke rumah Zubaidah. Istri ke duanya itu merasa surprice ketika mendapati Sang Suami menjulang di depan pintu yang baru saja terbuka. Jemari panjang sedikit kurusnya terangkat menu
Read more
Bab.10
Aroma kopi menggelitik hidung dan membangunkan tidur Fhadil. Pagi tadi lelaki berambut ikal itu kembali jatuh tertidur di sofa begitu istri keduanya pamit mengajar setelah sarapan bersama. Sesaat direnggangkannya tangan dan menghidu aroma kesukaan lebih kuat.   “Siapa yang membuat kopi?” gumamnya.     Memutar kepala, Fadhil memindai seluruh ruang kosong yang  terasa sangat luas ketika sendirian. Rumah Zubaidah memang selalu sepi. Tiada sesiapa tinggal kecuali mereka berdua dan akan kosong ketika Siang hari saat keduanya berkegiatan di luar. Tanpa sadar dirinya menghela napas menyadari betapa Zubaidah telah begitu sabar menjalani hidup sendirian dalam kesepian. Sebersit rasa kasihan melintas begitu saja.   “Kenapa melamun? Nanti kopinya keburu dingin.”   “Baidah. Bukannya kamu tadi …”   “Iya aku sudah pamit ngajar tadi tapi izin setelah selesaikan jam pertama pelajaran.
Read more
DMCA.com Protection Status