Semua Bab Dilema Arini: Bab 11 - Bab 20
53 Bab
Kebersamaan
Kehidupanku berjalan seperti biasa, hari-hari kulalui lebih banyak aku jalani sendiri bersama ibu dan Lasmi dan Ratih. Suamiku tidak selalu hadir menemani masa kehamilanku, dia pulang tidak tentu sebulan sekali bahkan kadang dua bulan sekali. Dia sibuk dengan urusan pekerjaannya. Aku berusaha mengerti dan menerimanya.Kini usia kehamilanku sudah menginjak delapan bulan,  menurut perkiraan satu bulan lagi aku akan melahirkan. Aku duduk melamun di dalam kamar sambil menunggu Kedatangan suamiku. Hari ini suamiku mengatakan akan pulang, dia berjanji besok siang akan mengantarku periksa dan membeli baju dan perlengkapan bayi.Deru suara mesin mobil membuyarkan lamunanku. Aku bangun dari rebahanku, untuk melihat siapa yang datang. Saat akan berjalan adikku Lasmi mengatakan kalau suamiku sudah pulang.“Mbak, itu suami kamu sudah pulang,” kata Lasmi.Aku berjalan ke luar kamar menyambut kedatangan suamiku. Kulihat suamiku tampak letih. Aku mengha
Baca selengkapnya
Kelahiran
Aku memikirkan suamiku yang nomornya tidak aktif, padahal hari perkiraan lahir tinggal satu hari lagi, aku ingin memberi tahunya kalau anaknya akan lahir. “Aduh, perutku rasanya mules, apa aku akan melahirkan sekarang, ya, tapi perkiraan lahirnya menurut dokter Hana besok tanggal dua puluh” batinku. Ibu masuk ke kamarku dan melihat keadaanku yang meringis kesakitan. “Kamu itu kenapa, Rin?” tanya ibuku. “Perutku mules, Bu,” jawabku. “Apa jangan-jangan kamu akan melahirkan, bukankah tanggal dua puluh besok perkiraannya,  Rin!” bisa jadi maju, Rin,” kata ibuku. “Aku tidak tahu, Bu, mungkin saja,” kataku. “Ya sudah, ayo kita ke klinik sekarang, aku akan menyuruh Lasmi mengantarkanmu nanti ibu menyusul,” kata ibu. Ibu memanggil-manggil Lasmi. “Lasmi ... Lasmi ...!” “Iya, Bu, ada apa?” jawab Lasmi. “Ini antar kakakmu Arini ke klinik sekarang, kayaknya mau kelahiran.” “Oh, ya, ayo kak,” kat
Baca selengkapnya
Minta tolong om Hadi
Aku semakin gelisah, keberadaan suamiku belum ada titik terang, padahal dia seharusnya tahu kalau aku sekarang sudah melahirkan.“Apa mas Badrun, kenapa-napa ya,” batinku.Pikiranku terus melayang-layang.“Semoga dia di beri keselamatan dan tidak terjadi apa-apa,” doaku dalam hati.Hari ini ibuku berencana menemui adik iparnya yaitu om Hadi, dia sengaja tidak memberi tahuku.“Mau ke mana, Bu?”“Ini mau ke pasar, ada sesuatu yang ingin ibu beli, kamu mau titip apa?” jawab ibuku.“Enggak, Bu, Ibu pergi ke pasar sama siapa?” kataku.“Sama Lasmi,” kata ibuku.Ibu kemudian berangkat, sampai di perjalanan meminta Lasmi untuk mengganti arah.“Belok kanan, ya, Las! Pinta ibu.“Loh kok belok kanan, Bu, katanya mau ke pasar,” kata Lasmi.“Sudah Kamu nurut saja kata ibu!“Iya, Bu,” kata Lasmi.
Baca selengkapnya
Terkuak
Om Hadi datang ke rumahku di pagi hari ketika aku selesai memandikan anakku yang bernama Arsy, mengetahui kedatangan om Hadi ibu segera menyambutnya dan mempersilahkan masuk.“Mbak, hari ini aku jadi mencari keberadaan suami Arini, foto copi ktpnya mana?” kata om Hadi.“Ya, sebentar aku ambilkan,” kata ibu sambil bergegas masuk ke kamar mengambil foto copi ktp suamiku.Aku keluar dari kamar ikut menemui dan menyalami om Hadi.“Kamu jangan berharap terlalu banyak, aku akan berusaha semampuku,” kata om Hadi.“Ya, Om, terima kasih, telah mau meluangkan waktu untuk membantuku,” kataku.“Ini foto copi ktpnya,” kata ibu sambil menyerahkan foto copi suamiku pada om Hadi.Setelah menerima foto copi ktp suamiku, om Hadi kemudian mengamatinya. Tak berapa lama om Hadi berkata.“O, kalau alamat ini ada di luar kota, aku bisa memakan waktu  seharian penuh perjalanan pula
Baca selengkapnya
Dilema
Merasa urusannya selesai tidak ada yang perlu di bahas lagi dan penuh rasa amarah di dalam dada om Hadi pamit. Setelah berpamitan pada pak Badrun suamiku dan pak RT, om Hadi pun pergi meninggalkan rumah suamiku dengan perasaan kecewa dan campur aduk. Dalam perjalanan pulang om Hadi memikirkan bagaimana cara menyampaikan hal ini kepadaku. “Kasihan Arini, bagaimana dia kalau tahu semua tentang hal ini, bagaimana pula caraku untuk menyampaikan pada Arini. Kalau aku tutup-tutupi hal ini, berarti dia sama juga dibohongi suaminya. Tapi kalau aku sampaikan takutnya ada apa-apa dengan Arini kasihan anaknya. Arini pasti amat sangat terpukul bila menerima kenyataan ini. Bagaimanapun juga ini akan kusampaikan pada Arini,” batin om Hadi sambil menginjak pedal gas untuk menambah laju kecepatan mobilnya. Menjelang sore om Hadi sudah sampai di rumahku. Ibu merasa lega ketika melihat mobil om Hadi masuk ke dalam halaman rumahku. Memang ibu semenjak kepergian om Hadi,  u
Baca selengkapnya
Alasan suami Haryati
Bab 16 Hati seorang istri tak akan ada yang rela jika suami yang di cintainya membagi cintanya dengan wanita lain. Apalagi pernikahan yang dibangun bertahun-tahun mesti hancur seketika karena adanya pihak ketiga. Haryarti merasa terpukul mengetahui suaminya Badrun ternyata telah menikah lagi, tanpa sepengetahuannya dengan seorang wanita yang hampir  seusia anak sulungnya dari suaminya. “Tega sekali kamu, Mas!” teriak Haryati.  Badrun hanya diam menunduk dan berkata dalam hati. “Semua rencana yang telah kususun berantakan, aku tidak mengira kalau keluarga Arini akan mencari dan menemukanku di sini, seharusnya dulu waktu aku memalsukan dokumen pernikahan seharusnya alamatnya kuganti juga bukan statusku saja, selama ini aku kira keluarga Arini keluarga yang lugu dan mudah dibohongi sehingga saat aku menghilang mereka tidak akan mencariku, semuanya sudah terlanjur sekarang aku harus cari alasan agar istriku menerima pernikahanku dengan A
Baca selengkapnya
Syarat Arini
Anakku adalah alasanku untuk tersenyum, tertawa bahkan menangis. Dia adalah sumber kebahagiaanku, kekuatanku sekaligus kefrustrasianku. Dia yang membuat jantungku berdenyut bahkan dia adalah orang yang bisa membuat hatiku bersedih dan terluka. Tapi tanpa anakku, aku enggak akan bisa jadi diri aku yang sekarang ini, anakku adalah anugerah terindah yang tuhan berikan padaku. Arini melamun, pandangannya terus menatap anaknya. Kriing ... kriiing ... kriiing! Lamunannya buyar dikagetkan dengan suara dering telepon yang terus berbunyi, saat melihat yang telepon ternyata suaminya, Arini enggan untuk mengangkatnya. Arini merasa sakit hati karena merasa di bohongi suaminya Badrun. Sore hari ketika Arini dan keluarganya saat berkumpul melihat televisi, terdengar deru mobil masuk di halaman rumah mereka. “Seperti ada suara mobil berhenti di halaman rumah, siapa itu, Bu?” kata Arini. “Sebentar ibu lihat,” kata ibunya sambil berdiri dan berjalan ke
Baca selengkapnya
Penolakan
Di tengah kebimbangan hati Arini dia pun akhirnya memutuskan ke kamar untuk menyusui Arsy. Di lihatnya Arsy sedang di gendong oleh suaminya dan berusaha untuk menenangkannya. “Bawa sini Arsy biar aku susui,” kata Arini sambil mengambil Arsy dari gendongan suaminya. “Kamu masih marah padaku?” tanya suami Arini. Arini diam tidak menjawab perkataan suaminya. “Maafkan aku, aku membohongimu, kan, untuk menolong kedua orang tuamu, kalau aku tidak lakukan itu kamu pasti tidak mau untuk nikah denganku,” kata suami Arini. Arini tetap terdiam dan masih menyusui Arsy dengan posisi memiringkan tubuhnya menghadap tembok membelakangi suaminya. Setelah Beberapa saat menyusui, tiba-tiba terasa  pundaknya ada yang memijit-mijit ternyata suaminya, yang sudah tidur di belakangnya sambil memijit- mijit bahunya. Arini yang masih merasa marah berusaha melepaskan tangan suaminya yang  berada di pundaknya. “Apaan, sih, Risih! Kata Arini jengkel.
Baca selengkapnya
Berkemas untuk pindah
“Aku bertahan dengan pernikahanku bukan berarti aku lemah dan menyerah, justru aku bertahan karena aku kuat, aku bertahan demi anak-anak dan demi masa depan mereka. Aku tidak ingin jika terjadi perceraian anak-anakku akan menjadi korban dan menjadi pribadi yang tidak percaya diri, aku ingin akan selalu ada untuk mereka. Aku akan berusaha tegar menyambut kehidupanku ke depan,” kata Haryati dalam hati sambil duduk termenung berusaha untuk menguatkan diri sendiri. “Semoga suamiku di beri keselamatan di perjalanan,” batin Haryati. Menjelang sore Badrun sudah sampai di rumah Haryati istri pertamanya. Thok ... thok ... thok ....” mbok Rusmi mengetuk pintu kamar Haryati. “Bu, bapak sudah pulang,” kata mbok Rusmi. “Ya, aku akan keluar, tolong buatkan minum buat bapak dan siapkan air panas  untuk mandi bapak,” kata Haryati. Haryati ke luar kamar dan berjalan menghampiri suaminya yang sedang duduk di ruang tamu. “Gimana, Mas?” tanya
Baca selengkapnya
Berpamitan
“Semoga pindahanku menjadi awal yang baik bagi kehidupanku dan mas Badrun menepati janjinya untuk bertanggung jawab dan menyayangi kami sepenuh hati,” doa Arini dalam hati sambil meneruskan mengemasi barang- barangnya. Sebenarnya barang-barang yang di bawa Arini tidak banyak hanya beberapa Pakaian Arini dan Arsy anaknya, Badrun suaminya telah berpesan untuk tidak membawa barang-barang terlalu banyak, barang-barang keperluan rumah tangga nanti bisa untuk membeli di sana jadi Arini tidak terlalu ribet untuk dirinya pindahan. “Hanya ini, Rin, yang Kamu bawa?” tanya ibunya. “Ya, Bu,” jawab Arini. “Apa, Kamu tidak membawa piring, gelas dan lainya, untuk di gunakan di sana? “Enggak usah, Bu, mas Badrun bilang katanya semua peralatan rumah tangga beli di sana saja, agar tidak ribet nantinya,” jelas Arini. “Rin, sebenarnya ibu berat untuk melepasmu sendiri di sana tapi ini sudah merupakan keputusanmu dan demi kebahagiaanmu. “Aku minta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status