All Chapters of Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!): Chapter 31 - Chapter 40
54 Chapters
Aku Menyayangi Mbak Gina dan Anak-anak
"Terima kasih, Mas Ammar tadi sudah menolongku," ucapku. "Sudah seharusnya begitu, Mbak. Mas Satya sudah keterlaluan. Maaf bukannya aku ikut campur, sejak Mbak mengandung Cantika mereka sudah menyakiti Mbak. Sekarang jangan biarkan mereka menyakiti Mbak lagi!" Aku tidak menyangka jika Mas Ammar akan membelaku seperti tadi, Mas Satya sampai mengepalkan tangannya menahan emosi. Namun, aku tahu Mas Satya tidak akan melawan karena pada posisinya memang Rena yang salah. Semenjak Mas Satya dan Rena menikah ini pertama kalinya Brama me-time bersama ayahnya. Perasaanku sebenarnya was-was, takut jika Brama tidak nyaman pergi bersama Rena. "Tidak apa-apa, Mbak. Brama kan pergi bersama ayahnya, Mas Satya juga gak akan diam kalau Rena macam-macam pada anaknya," ucap Mbak Ivi. "Jika Brama mengadukan hal macam-macam katakan padaku, Mbak. Biar Mas Satya
Read more
Diusir dari Ruko
Tiga hari setelah menikah aku dan Mas Ammar masih sibuk mengurus perintilan ini-itu, hingga kami lupa dengan mal*m pertama kami. Sekali lagi, Mas Ammar memang lelaki yang baik, melihatku begitu lelah ia sama sekali tidak menggangguku. Saking baiknya suamiku ini membawa anak-anak tidur bersama kami dimalam pernikahan. Setelah menikah banyak sekali yang harus kubenahi, aku tidak bisa selama 24 jam mengurus ol-shop miliku. Sekarang ada suami yang harus aku prioritaskan, bahkan jika Mas Ammar memintaku berhenti aku harus ikhlas melepaskan semua yang selama ini sudah aku bangun. Aku membagi pekerjaan dengan karyawan yang lain agar semuanya lebih mudah. Mempercayakan keluar masuk barang pada Mbak Ivi karena sekarang aku hanya akan pergi ke ruko beberapa kali saja dalam seminggu. Meskipun Mas Ammar tidak melarangku bekerja aku akan membiasakan bekerja jarak jauh, dengan hanya memantau para pekerja dari depan laptop.&nb
Read more
Penyesalan Satya
Aku sangka pernikahanku dengan Rena yang saat itu sangat kuinginkan akan berujung bahagia. Ternyata aku salah, usia belia Rena membuat aku harus berkali-kali lipat bersabar dan menahan emosi. Semakin besar usia kehamilan Rena aku semakin repot, selain mengerjakan semua pekerjaan rumah aku juga harus memasak dan belanja ke tukang sayur. "Kok belanjanya berdua, Mas? Romantis sekali Mas Satya mau mengantar istrinya belanja," kata ibu pedagang sayur. Aku hanya tersenyum bingung juga harus menjawab apa. "Ceu Minah ini gak tahu ya? apan istrinya Mas Satya aya dua, nu kolot mah balanja nyalira nu ngora dipangbalanjakeun," sahut Ceu Icih. (Ceu Minah gak tahu ya? kan istrinya Mas Satya ada dua, yang tua belanja sendiri, istri yang muda dibelanjain). Ibu-ibu tetangga yang usil suka menggodaku dan Gina saat berbelanja sayuran bersamaan, jujur aku ma
Read more
Rena tak Sadarkan Diri
"Kamar mama yang mana, Sayang? Mama mau simpan barang-barang," tanya mertuaku. "Lihat-lihat saja dulu yang mana yang nyaman. Nanti boleh pakai kamar yang mana saja, terserah mama." Setelah melihat-lihat akhirnya mama memilih kamar yang berada di samping kamar Brama dan Cantika. "Gak usah minta izin sama Gina, Ma. Ini kan rumah Mas Ammar, anak mama. Mama jangan sungkan nanti Gina malah gak enak," terangku. Sekarang aku tahu kenapa Mas Ammar begitu sopan dan penuh perasaan ternyata lekakiku itu mewarisi perilaku sang mama yang penuh kelembutan.  Sambil membantu mama membereskan pakaian ke lemari aku dan mama mengobrol ditemani anak-anak yang sedang bermain. "Mama senang sekali di rumah ada anak-anak jadi gak kesepian ada teman bercanda, kalau mau gak apa-apa mama yang antar Brama sekolah," tawar mama.
Read more
Pengemudi Ojol itu Mas Satya
Pasca Rena melahirkan aku dan Mas Ammar sempat menjenguk Rena dan bayinya. Perawatan bayi dan ibunya dipisah karena kondisi Rena semakin tidak memungkinkan. Kondisi kejiwaan Rena pasca melahirkan sangat mengkhawatirkan. Jangankan untuk mengurus dan menyusui bayi yang dilahirkannya, mengurus dirinya sendiri saja Rena sudah tidak bisa. Aku tidak mengerti apa yang menyebabkan Rena seperti sekarang. Mungkin karena dia membenciku atau entah apa? yang jelas setiap dia histeris yang diteriakkannya adalah namaku "Gina". Sebaliknya pada Mas Satya, sekarang Rena sama sekali tidak mengenali Mas Satya. Sedih sekali, melihat kondisi Rena yang tak kunjung membaik. Yang dikhawatirka nanti siapa yang mengurus bayi mereka jika terus-terusan begini? Mas Satya juga sudah mengeluhkan perihal keuangan karena biaya perawatan di Rumah sakit selama ini lumayan menguras tabungan mereka. Akibat banyak izin Mas Satya juga
Read more
Fitnah Mertua
Rumah megah milik suamiku itu sudah tak senyaman dulu, seperti ada dua kubu yang berseteru di sana. Kasihan anak-anak yang harus menjadi korban perubahan sikap mama. Aku kadang bingung, bagaimana harus memberi pengertian pada anak-anak jika neneknya sudah berbeda dan tidak sehangat dulu. Kamar dimana anak-anak biasanya bermain bahkan menginap kini hampir tak pernah terbuka dan selalu tertutup  rapat. Bramma mungkin faham, perlahan anak laki-lakiku itu mengaatur jarak dengan mama mertua tapi Cantika terlalu polos untuk memahami semuanya. Menghindari kesalahfahaman yang semakin membuat jemu aku memutuskan untuk setiap hari pergi mengelola online shop seperti dulu. Sambil mengantar Bramma aku lanjut berangkat ke rumah yang kusulap menjadi kantor sekaligus gudang tempat aku mencari rejeki. Cantika selalu kubawa, Bramma sengaja aku suruh pulang ke tempat kerja. Kemanapun aku selalu membawa baju
Read more
Kepergian Mas Ammar
Takdir dan jalan hidup seseorang adalah sebuah misteri. Sekarang senang besok belum tentu, sekarang sehat besok mungkin sakit. Semua ketentuan Allah kita tak bisa menebak apalagi mengetahui apa yang ditakdirkan untuk kita sekarang ataupun nanti.  Seperti takdir bahagia Mas Ammar bertemu dengan abanya setelah dewasa. Kesuksesan karierku setelah bercerai dan perjalanan hidup Mas Satya setelah bercerai denganku kemudian menjalani dunia baru bersama Rena. ******* Setelah memberanikan diri untuk melepas kontras*psi dan berniat memberi Mas Ammar keturunan, tak butuh waktu lama, sebulan kemudian aku terlambat datang bulan. Berharap doaku terkabul agar Mas Ammar senang jikalau hasil tes kehamilanku positif. Pagi sebelum Shubuh aku bangun lebih awal, menampung air se*i pagi untuk kemudian dilakukan tes kehamilan. Sambil mengucap bismillah, perlahan aku membuka mata dan m
Read more
Tuduhan Mama
Yang ku ingat tadi sore pulang belanja bersama anak-anak, entah setelah itu apa yang terjadi. Aku terbangun sudah berbaring di ranjang perawatan rumah sakit. Tak kulihat dimana Cantika dan Bramma, yang kulihat terbaring di sofa adalah Mas Satya, mantan suamiku. "Kenapa Mas Satya ada disini?" batinku. Tenggorokan terasa kering aku berusaha meraih gelas yang berada di di atas nakas. Namun, karena tanganku tidak bisa menjangkau gelas tersebut terjatuh sehingga suaranya membangunkan Mas Satya yang tertidur di sofa. "Kamu sudah sadar, Gin? Syukurlah aku hawatir sekali kemarin kamu keserempet mobil, untung aku lewat saat kamu dikerumuni orang-orang yang melintas di jalan," jelas Mas Satya. "Ketabrak?? Aku tidak ingat sama sekali, yang aku ingat aku sedang menunggu taksi online bersama Bramma dan Cantika di pinggir jalan," jawabku. "Iya, kemarin
Read more
Isi Hati Mertua
Drama ibu hamil kembali kualami, jika dulu Rena dibalik semua air mataku kini mama mertuaku yang tiba-tiba berubah bak seorang nen*k sihir. Setelah peristiwa jatuhnya mama, Mas Ammar tidak percaya lagi padaku. Aku tidak diizinkan lagi beraktivitas diluar rumah terkecuali, ke Dokter, berbelanja dan mengantar Bramma ke sekolah. Pergerakanku sangat terbatas, mama sepertinya melaporkan setiap hal yang aku lakukan karena itu meskipun jauh di luar negeri Mas Ammar tetap tahu apapun yang aku lakukan. Setahuku mama mertua hanya diam di rumah tapi banyak mata diluar sana yang beliau bayar untuk memantau seluruh aktivitasku. Aku sama sekali tidak masalah jika harus berdiam diri di rumah, begitupun Bramma, aktivitasnya di sekolah sudah cukup membuatnya senang dan gembira tapi Cantika yang masih kecil mungkin saja merasa jenuh dan bosan tinggal di rumah.  Di usianya yang baru saja 3 tahun harusnya Cant
Read more
Mas Ammar Pulang
Mas Ammar pulang dijemput Fahad meskipun Ameera dan Almeera masih berada di Saudi. Namun, sebagai adik ipar yang baik Fahad berinisiatif untuk menjemput Mas Ammar. Hari ini begitu indah baik untukku ataupun untuk mama, bahagia rasanya melihat mama kembali ceria. Setelah sekian lama tidak bergelut di dapur hari ini Mama juga kembali ke dapur untuk memasak makanan kesukaan mas Ammar. Seperti hendak mengadakan jamuan pesta, mama memasak beragam menu dan tak lupa pudding mangga spesial favorit Mas Ammar. Selesai beres-beres kamar aku melihat pemandangan begitu indah. Mama sudah memandikan Cantika dan memakaikannya gaun berwarna pink, senada dengan gamis yang mama pakai. Begitupun dengan Bramma, yang sudah tampan dengan kemeja pastel couple yang ia miliki, sama seperti kemeja milik Mas Ammar. Seluruh sudut rumah sudah bersih aroma wewangian sudah tercium sejak aku memasuk
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status