All Chapters of Mas Duda, I Love You: Chapter 21 - Chapter 30
47 Chapters
21. Joana mati kutu
Hari pernikahan pun tiba. Dari subuh aku sudah didandani perias. Ridwan terpisah kamar ikut juga berdandan. Ada ibu tiri Ridwan, Airin dan Baby sitter ikut di dandani di ruangan belakang. Ziyan dan Zidan didandani memakai jas lagi, malah bawahnya pakai kain.  Kembali aku pangling dalam balutan kebaya warna broken white, disanggul dengan banyak melati. Kali ini make up-nya lebih glamour karena langsung bersambung dengan resepsi. Akad nikah  juga mengukuhkan yang telah dilakukan tiga hari lalu.  Meskipun sudah akad, tetap saja aku gemetaran kala acara sakral itu lebih banyak disaksikan orang. Kedua keluarga besar kumpul semua berikut teman-teman kantor aku datang. Pak Abda juga tak ketinggalan hadir.  Ridwan kembali tampan dalam balutan jas tradisional pengantin Sunda, warnanya  senada broken white. Dengan bendo di kepala dan kalung melatinya. Masya Allah, dia seperti pangeran dongeng yang kembali menjelma  nyata.. Bersih dan
Read more
22. Jebakan
Akhirnya waktu resepsi hampir selesai. Tamu-tamu yang menyalami mulai jarang. Hingga akhirnya habis.  Aku terduduk lega di kursi pelaminan. Telapak kaki serasa copot karena pegal, berdiri terus, menyalami para tamu yang  memakai selop tinggi. Rahang terasa kaku karena terus menyunggingkan senyum. Keadaan Ridwan juga sama. Tubuhnya bersandar pada kepala kursi. Memijat-mijat telapak tangannya.  Setelah selesai  memijat telapak tangannya, lalu Ridwan  meraih telapak tanganku dan  mulai memijat buku-buku jari dan punggung tanganku.  "Pegal, ya?" ucapnya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk. Kubiarkan Ridwan memijat tanganku. Tangannya lincah menekan dan memijat kakiku  menjadikan sensasi menggedor di hatiku. Aku kembali tersenyum dengan perhatian Ridwan. So sweet banget. Tak salah aku telah sah memilihnya jadi suami, pendamping dan pasangan hidupku.  *** Akhirnya aku dan R
Read more
23. Kepercayaan di uji
Ketika mengintip dari celah pintu, sosok baby sitter sudah tidak ada di ruangan belakang, rupanya dia keluar melalui pintu teras ke taman belakang.  Aku mendapat firasat yang tidak enak, ketika kaki melangkah ke ruang belakang   Lalu aku melongokkan kepala keluar pintu teras, terlihat Airin juga ada di taman belakang. Rupanya baby sitter itu menghampiri Airin. Aku tak berani keluar, hanya memandangi mereka dari celah pintu yang terbuka.  Tak berapa lama, aku juga melihat pak Ahmad, tukang kebun sekaligus sopir kantor Ridwan berjalan  dari arah kolam renang.  Jantungku berdetak lebih kencang. Kolam renang? Mengingatkan aku pada kejadian saat aku didorong seseorang jatuh  ke kolam itu.  Ternyata dari kejauhan, dalam keadaan terang di waktu siang, diantara tanaman bunga, pohon palem, juga rumput hijau,  terdapat pintu keluar. Terbuat dari kayu yang warna catnya sama dengan tembok, berwarna hijau muda. Sekil
Read more
24. Memilih percaya
  ***Ridwan terdiam mendengar sindiran Joana  bahwa aku matre, mengincar harta Ridwan dengan denda satu miliar.  Aku dan Ridwan hanya saling menatap. Biarlah hati kita yang bicara.  Apakah aku.bisa mempercayai Ridwan kali ini?  Melihat fakta, Ridwan lumayan lama di rumah Joana, bahkan ditemukan di kamar Joana. Namun, akal sehatku mengatakan, Joana itu licik, dia bisa menggunakan berbagai cara untuk membuat siasat dan perangkap. supaya Ridwan bisa kembali padanya dan tidak menjadi milik wanita lain. Kemon, Rosi. Berpikirlah jernih! Batinku berteriak.  Akhirnya setelah berpikir jernih dan cepat,  kuputuskan dengan  tegas. "Aku percaya pada suamiku. Dia tak mungkin mau sama kamu lagi, Joana! Kenapa aku harus meragukannya? Kalau mau, dia bisa  mundur dari awal, tidak terus mempertahankan aku, bahkan menikahiku!" Aku memantapkan hati untuk mempercayai Ridwan, menepis tuduhan  dan siasat Joana.
Read more
25. Rosi membalas
 Sepuluh menit kemudian, aku sudah berada di Mall dan mencari keberadaan Ridwan di cafetaria. Dari jauh nampak si kembar sedang makan dengan lahap. Ada burger dan pizza di meja mereka. Beberapa pinggan es krim berjejer di meja. Pantas si kembar badannya agak subur, mereka gembul sekali, hanya Jane saja  yang kurus, tapi tetap juga makannya banyak.  Aku tersenyum kecil saat Ridwan melambaikan tangannya menyuruhku duduk di dekatnya.Aku pun ikut bergabung makan bersama Ridwan dan si kembar. Perut mendadak lapar sekali sampai beberapa potong pizza sudah tandas dihabiskan. "Lapar apa  doyan, Rosi. Sudah habis berapa potongan pizza itu?" goda Ridwan. Dia sendiri hanya makan satu burger. Irit."Doyan, Mas." sahutku cuek. Aku merasa senang sudah membuat Joana dan Airin jengkel, jadi nafsu makanku menggila. Aku cueki Ridwan yang menatapku sambil senyum dikulum. Terus saja melahap makanan lezat itu.
Read more
26. Wanita misterius
.  "Sepertinya, posisi baby sitter harus kita bicarakan lagi deh, Mas. Apa kita masih membutuhkannya atau tidak. Si kembar beranjak besar dan sekarang ada aku sebagai ibunya mereka."  Ucapanku telak membuat paras Meyda memucat. Aku bersorak dalam hati. Siapa suruh dia memusuhiku  terus! Meyda hanyalah pegawai. Tanggung jawabnya hanya sebatas pekerjaan sebagai baby sitter. Kalau tidak diperlukan lagi, bisa saja  dipecat. Meyda harus tahu diri dan sadar diri. Ridwan tersenyum kecil mendengar ucapanku. Dia mengangguk "Ya, sudah nanti bicara lagi. sekarang  anak-anak mandi, ya. Nanti diawasi sama Tante Rosi."  Si kembar tidak membantah, mereka satu-satu mulai mengambil handuk dan antri mandi.  Meyda diam seribu bahasa. Dia mau protes gimana? Aku sekarang nyonya rumah! "Aku juga  kayaknya mau mandi, deh. Badan lengket."  Ridwan juga mulai  beranjak ke kamarnya. Akan tetapi, tiba-tiba dia ber
Read more
26. Tak ada ampun
Aku hampir berteriak saat satu tangan melingkar di pinggangku. "Sedang apa?" bisiknya, terasa dia mencium pucuk kepalaku.  "Malam-malam lihat apa?""Sst .."desisku sambil menyimpan telunjuk di bibir. "Jangan berisik!" "Ada apa?" bisiknya lagi, kepala Ridwan terasa dekat di telinga. Hembusan napasnya hangat menggelitik."Mas lihat wanita yang membelakangi itu? Aku sedang mengintip pembicaraannya di telepon." Aku masih berbisik. Konsenku agak pecah, karena Ridwan masih memeluk pinggang dari belakang dan pipinya menempel di pipiku. Jangan sampai dia mendengar degup jantungku yang menggila."Siapa dia?" bisiknya."Entahlah!""Ya, sudah. Kita gerebek langsung!""Tapi kita harus tahu duduk masalahnya. Dengan siapa dia telepon. Bagaimana kalau berkelit? Wanita itulah yang kukuntit, waktu malam aku jatuh di kolam renang."Ridwan manggut-manggut, dia terlihat sibuk berpikir."Sekarang dengarkan saja dengan
Read more
28. Puing masa lalu
Duda Beranak EmpatPart 22 *** "Kamu mau pergi  sekarang, Meyda? Pergilah, mumpung masih pagi! Jalan belum macet," Aku.mengusir halus Meyda.  "Oh ya, Ridwan berbaik hati memberimu pesangon dan gaji full bulan ini, padahal kamu hanya bekerja seminggu di bulan ini. Tapi tak.apa, hitung-hitung sedekah." lanjutku.  Aku bergegas ke kamar mengambil amplop yang sudah disiapkan Ridwan. Terlihat Ridwan sedang sibuk dengan laptopnya. Beberapa hari tak masuk kantor membuatnya sibuk dengan berbagai laporan. "Aku ambil amplop ini ya, Mas." Aku meminta izin.  "Iya," sahut Ridwan sambil menoleh sekilas. "Atur saja, ya." Lalu matanya kembali sibuk menekuri laptop.  Hari masih pagi. Si kembar belum bangun, demikian.juga ibu tiri dan ayah mertua beserta Airin. Mereka masih di dalam kamar belum keluar. Syukurlah, jadi ketika Meyda harus pergi, keadaan  aman, tak ada adegan rempong dan nyinyir. Aku
Read more
29. Sudut Pandang Ridwan
POV Ridwan***Aku diam-diam memperhatikan Rosi yang sedang tercenung ketika aku sudah bercerita tentang Vina.  Aku tahu dalam hatinya pasti galau, mendengar aku telah lama kenal Vina. Malah lebih lama dari Joana. Harus ku akui Vina memang cinta pertamaku dulu, sejak jaman cinta monyet lalu menjadi cinta Gorilla,  di bangku kuliah. Dulu memang aku sempat mencintainya. Namanya juga orang pacaran. Namun, cinta juga bisa berubah  jika memang keadaannya harus berubah dan harus dilupakan. Aku adalah tipe lelaki setia. Dalam hal ini aku yang malah sering ditinggalkan wanita, bukan aku yang meninggalkan. Buktinya dengan Vina yang telah berpacaran bertahun-tahun, bisa  kandas dan aku ditinggalkan. Pun dengan Joana, sudah menik
Read more
30. The Power of love
Masih POV Ridwan ( di sudut pandang Ridwan)***Aku kaget dengan kenekatan Vina. Tanpa permisi mengambil foto selfie  begitu saja sambil merebahkan kepala di pundak Gila dan nekat! Aku tak percaya, Vina yang dulu lembut dan sangat baik, sekarang berubah sekali menjadi nekat dan  bar-bar. Apa yang dia inginkan sebetulnya? "Vina, hentikan! Aku bisa panggil satpam untuk mengusirmu!" Aku mulai kehilangan kesabaran. "Panggil saja. Foto barusan sudah aku kirim ke WhatsApp istrimu. Kamu kalah cepat!" Vina menyeringai puas. "Untung si Meyda bisa diandalkan. Hingga aku tahu semua cerita tentangmu dan si wanita  bantet yang bergelar istrimu itu."Rupanya Vina sudah gila! Dia benar-benar ingin menghancurkan rumah tanggaku. Dia lakukan pengintaian melalui Meyda, si baby sitter."Sebetulnya apa maumu, Vina?" Aku menggeram kesal."Aku hanya ingin kamu tetap milikku Ridwan. Dulu aku bodoh meni
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status