Semua Bab Mas Duda, I Love You: Bab 31 - Bab 40
47 Bab
31. POV Rosi
POV Rosi kembali ** Saat sedang asyik makan pizza, hatiku tergelitik ingin menanyakan sesuatu. "Mas, bisa ceritakan kenapa Vina bisa tahu Mas sudah masuk kerja?" "Itulah aku juga bingung. Seolah ada orang yang selalu jadi informan buat Vina. Makanya sekarang aku mau turun tangan, ikut  bertempur di Medan perang," sahut Ridwan kalem.  Medang perang, embahmu! Aku membatin. Tumben-tumbenan Ridwan sekarang jadi makin lucu dan hobi menggombal. Ternyata kedatangan Vina ada efeknya juga. Ridwan jadi makin romantis ..tis..tis.. "Mas punya orang dicurigai?"  "Ada. Nanti saja Mas buka rahasia. Sekarang mau jadi detektif Conan dulu."  Aku mengangkat bahu sambil mengangkat alis.  Apa katanya ? Detektif Conan? Sekarang Ridwan malah  makin konyol. "Mas jadi daftarin si kembar ke Day care?" Aku mengalihkan topik pembicaraan  daripada membuat Ridwan tambah konyol. "Sepertinya aku harus
Baca selengkapnya
32. Kedatangan pengasuh
** Pak Ahmad masih terlihat bingung didesak  Ridwan.  "Jujurlah, Pak. Saya sudah lama mempercayai Bapak selama ini. Apakah Bapak tega menghancurkan kepercayaan saya seperti ini?" Suara Ridwan mulai melunak.  Pak Ahmad menunduk, lalu dia menghela napas panjang. "Saya terpaksa melakukan ini, karena terdesak kebutuhan uang. Anak saya harus operasi caesar. Tetapi kami tak punya biaya. Kebetulan Meyda memintaku jadi mata-mata Tuan dengan bayaran besar. Saya akhirnya mau," papar Pak Ahmad. "Maafkan saya, Pak." Pak Ahmad nampak pasrah dan menyesal. Ridwan menghela napas dalam lalu terdiam sejenak.   "Kenapa pak Ahmad tak minta tolong pada saya?" tanyanya kemudian.  "Tadinya saya mau bicara pada Pak Ridwan, tapi keburu ditawari Meyda. Akhirnya saya ambil itu. Pekerjaan saya tak berat hanya memberikan jadwal pekerjaan Bapak pada  Non Vina. Dan mengompori Bu Joana bertengkar dengan Bu Rosi. Bahkan menga
Baca selengkapnya
33. Pengasuh itu antik
Setelah panjang lebar bercerita banyak, Kajol terengah-engah kecapekan, seperti habis lomba marathon. "Udah ya Kajol cerita panjang lebar, sekarang mau istirahat dulu, Nyonyah. Takut bengekku kambuh." katanya sambil mengatur napas.  Dalam hati geli sendiri, siapa suruh dia ngoceh melulu dari tadi. Makanya dia ngos-ngosan tuh.  "Ya, sudah. Masuk dulu aja. Tunggu di kursi tamu. Saya mau panggilkan suami dulu, ya."  Aku persilakan makhluk antik itu masuk dan menunggu di ruang tamu.  Aku lalu beranjak ke kamar dengan niat membangunkan Ridwan.  Ternyata Ridwan baru saja keluar dari kamar mandi. Wajahnya basah setelah mencuci muka.Aku menghampirinya.  "Mas, ada tamu tuh."  "Siapa?" tanya Ridwan sambil mengelap wajahnya dengan handuk kecil.  "Katanya calon pengasuh. Dia sudah hubungi Mas, dan katanya suruh langsung ke sini."  "Oh, yang tadi telepon." Ridwan mengangguk. "Suru
Baca selengkapnya
34. Bisakah Joana berubah?
**Joana terdiam mendengar ucapanku yang tegas, kalau mau masuk rumah ini harus dijaga etikanya, karena sekarang aku nyonya rumah ini.  "Aku mau protes." Joana menatapku dengan berani. Aku mengangkat alis. Mau apa lagi wanita sinting ini protes?  "Emang kamu mau protes apa, Joana?" "Aku protes keras baby sitter Meyda diganti sama si kucluk ondel-ondel ini! Aku yang harus memutuskan, siapa yang berhak jadi pengasuh anak-anakku." ucap Joana pongah. "Aku ibu kandung mereka yang lebih berhak, bukan kamu yang cuma ibu tiri, Rosi. Aku juga punya hak bertemu anakku kapan saja!" Aku menghela napas berat mendengar protes Joana ini. Dia sekarang mulai bertingkah mengatasnamakan ibunya si kembar, yang berhak memutuskan apa pun untuk anak-anaknya.  Kuakui memang kedudukannya kuat sebagai ibu dibanding aku yang ibu tiri . Namun, bukankah aku melakukan apa pun  atas dukungan Ridwan, sebagai bapaknya si kembar?  "Ada R
Baca selengkapnya
35. Biang kerok
Ah, ada-ada saja tingkah si Kajol  Di rumah juga dia tak ada kerjaan. Rumah memang kosong kalau semua penghuninya keluar. Tugas si Kajol, menyiapkan baju dan perlengkapan si kembar, menemani dan mengawasinya bermain, pokonya yang berkaitan dengan si kembar  Selebihnya kalau nganggur,  Kajol sering bernyanyi dangdut sambil joget-joget. Lumayanlah bisa sebagai hiburan gratis konser dangdut  Terkadang ia juga  main sulap yang ditonton anak-anak. Sepanjang perjalanan  menuju Kantor, seraya menyetir,  Ridwan bercerita banyak hal, terutama tentang hidupnya yang merasa tenang sekarang. Tentang harapan dan mimpinya. Aku hanya sebagai pendengar yang baik tanpa menyela semua ceritanya  "Aku ingin suatu hari punya anak darimu, Rosi," ucapnya tiba-tiba, yang membuatku hampir terlonjak kaget.  Anak? aku seolah disadarkan satu hal, bahwa sekarang aku sudah punya suami. Sudah jadi istri yang utuh, bukan Rosi yang gadis dan yang s
Baca selengkapnya
36. Vina dikerjain
Vina sedang memancing amarahku. Dengan mengucapkan kata cinta untuk Ridwan. Istri mana yang tahan jika ada wanita lain terang-terangan mengatakan cinta?  Namun aku mencoba menahan diri.“Aku paham sekali," sahutku. Lalu menoleh ke arah Ridwan. "Ada yang ngucapin cinta, Mas. Bagaimana jawaban Mas Ridwan?" Sengaja berbicara dengan nada suara keras supaya  jelas terdengar Vina. "Tolong bilangin, Ridwan yang ini  sudah disegel halal oleh orang lain. Suruh cari Ridwan yang lain, stoknya masih banyak beredar bebas di luaran sana!" Jawaban Ridwan sangat kalem tetapi manampar hati Vina.Aku tertawa mendengar jawaban kalem Ridwan. "Nah, sudah jelas kan jawabannya, Vina? Banyak Ridwan lain beredar luas di pasaran, kamu pilih saja, siapa tahu salah satunya cocok untukmu. Kalau Ridwan yang ini, sudah disegel dan bersertifikat negara dan agama,  tak bisa sembarangan diambil!" Aku jadi ikut tertawa. Entah bagaima
Baca selengkapnya
37. Mulai melawan
Tingkah Vina makin menjadi-jadi. Dia seolah sudah melupakan rasa malunya, terus saja mengejar suami orang. Wanita macam apa dia itu? Dia bisa saja orang kaya, tapi kelakuannya rendahan. Telepon masih tersambung dengan Kajol.  "Kajol, pokoknya kamu  harus hati-hati dan waspada di rumah, ya. Takut nanti ada lagi ulat bulu, ulat keket, pokoknya sejenis ulat-ulatan yang menggangu, harus waspada, ya!" pesanku pada Kajol. "Ulat, Nyonyah? Kalau itu nanti Kajol semprot pake bay*on, Nyonyah!"  "Bukan ulat itu, Kajol. Maksudnya ... biang kerok yang tadi disebutkan!"  "Oh, para kadal buntung, Nyonyah?"  Itu julukan apa lagi dari si Kajol? Kadal buntung? Hadeuh...dasar Kajol! "Iya, terserah namanya apa. Pokoknya yang fotonya dilihatin itu semua kemarin. Kamu harus hati-hati!" "Asiap, Nyonyah!" Telepon pun terputus. Aku garuk kepala tidak gatal. Punya pengasuh absurd dan hobi banget nyerocos, ra
Baca selengkapnya
38. Vina Tak Berkutik
Akhirnya aku bertekad akan menghadapi Vina. Wanita itu seperti monster yang lama-lama semakin mengerikan.[Kita harus bicara baik-baik, Vina. Aku serius] Kubaca ulang chat yang dikirim ke nomor Vina. Setelah aku meminta dengan serius nomor ponsel Vina  pada Ridwan, melalui pesan WhatsApp. Setelah kupikir-pikir. Makin lama, aku merasa tidak tentram. Kenapa hidupku dan Ridwan harus  selalu berurusan  dengan orang-orang yang sudah expired? yang harusnya sudah tutup buku dan dibuang jauh sebagai mantan. Menghuni tos sampah. Lama-lama tak tahan juga kalau mereka berulah. Aku mau hidup tenang."Mas, bisa kita temui langsung Vina ke rumahnya?" tanyaku di telepon. "Makin lama orang itu makin mengganggu saja. Sudah berani menyatroni ke rumah tadi. Kita harus serius menghadapinya sekarang." Aku mulai tegas sekarang Terdengar helaan napas Ridwan. "Baiklah. Kita langsung hadapi. Frontal! Makin lama Vina memang kete
Baca selengkapnya
39. Rosi Hamil
Sebulan telah berlalu. Sungguh menyenangkan karena tidak ada lagi gangguan yang datang. Rupanya semua usaha kita untuk menyadarkan Joana juga Vina mulai membuahkan hasil. Selama sebulan lebih ini, hidupku bersama Ridwan mulai tenang.  Hari pun berganti menjadi minggu. Dua Minggu terlewati, dan menginjak Minggu ketiga, aku heran. Sudah dua Minggu lebih tamu bulananku tidak hadir. Ini bulan kedua aku menjadi istri Ridwan.  Heran, tak pernah biasanya aku telat haid. Biasanya kalau pun telat, itu hanya bergeser  kurang dari seminggu. Ini sudah dua Minggu telat.  Namun, aku belum berpikir serius. Mungkin siklusnya sedang telat, karena bulan kemarin banyak masalah dan banyak pikiran dari mantan-mantan Ridwan yang mengganggu.  Biasanya itu berakibat juga pada emosi kita. Haid pun mungkin telat.  Aku berusaha fokus mengurus si kembar dan Ridwan, selain bekerja. Aku juga sekarang sedang  membantu adikku, Risa, yang mau menika
Baca selengkapnya
40. Ngidam
Rupanya Ridwan mengerti bahwa anak-anak sudah kena toxic Joana. "Zidan, Ziyan, Jihan dan Jane," panggil Ridwan lembut. "Apa selama ini Tante Rosi jahat pada kalian?"  Zidan dan adik-adiknya terdiam.  "Apa selama ini, Tante Rosi sering marahi kalian? Atau memukul dan mencubit kalian?" tanya Ridwan lagi.  "Nggak, Pa," sahut Zidan pelan. "Tante Rosi selalu baik sama kita." "Tante Losi juga pintal masak enak," celetuk Jane.  "Tante Losi juga suka sayang Papa, beliin makanan," timpal Jihan.  "Tante Rosi suka becanda dan ngajak ke Mall." Ziyan ikutan nyeletuk.  "Nah, kenapa kalian takut Tante Rosi jahat kalau punya anak? Itu bakal jadi adik kalian nanti. Ada bayi lucu nanti yang bisa kalian sayang-sayang, gemes-gemesin," terang Ridwan seraya tersenyum.  "Kayak boneka ya, Pa?" celetuk Jihan.  "Lucu, ya?" Jane ikutan bersuara.  "Boneka hidup yang lucu dan meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status