All Chapters of Mas Duda, I Love You: Chapter 11 - Chapter 20
47 Chapters
Ancaman Joana lagi
  "Valentina Rosi, memang hobinya nyalip!" gerutu Ruri begitu aku menjejakkan kaki di kantor. "Lho, ada apa ini?" tanyaku bingung melihat wajah Sida dan Ruri yang serius. "Ada bakwan...udang...tempe..tahu.." ucap Sida konyol sambil mulutnya  mengerucut."Cmiw!" "Kenapa nggak bilang bahwa kamu ini calon istri si investor ganteng itu?" cetus Ruri dengan muka ditekuk. "Gue kira dia free. Free style. Freedom. Pokoknya free choice. Ternyata udah ada cap di jidatnya. Yang ngasih capnya elu lagi, Rosi!"Aku kaget juga Ruri tahu tentang aku dan Ridwan. "Sejak kapan kamu jadi calon istri mas Anang eh mas  duda ganteng itu?" Aku serasa didemo dan dinterogasi pagi-pagi begini di kantor. Dua makhluk ceriwis ini beneran demo besar-besaran. Sampai pintu ruanganku diboikot, dihalangi tubuh mereka yang pendekar. Pendek dan kekar. Hampir satu strip pendeknya sama aku. Hihi."Kamu
Read more
12. Bukan Mimpi
  ** Aku ambil ponsel, tapi sebelum telpon tersambung, ada  ide yang tiba-tiba melintas di otak.  Aku harus pancing Joana alasan dia mau mengambil hak asuh. Aku yakin niatnya tidak tulus demi anak-anak. Namun, demi memiliki Ridwan lagi. "Katamu dulu malas mengurus anak-anak, cape dan memilih untuk hidup bebas. Kenapa sekarang jadi ribet ingin mengasuh anak-anak?" pancingku sambil  pura-pura menekan nomor ponsel Ridwan. Padahal menekan tombol record juga. Joana menyeringai. "Kamu pintar. Aku tak mau ribet ngurus anak, tapi aku mau Ridwan balik padaku!" ucapnya lugas.  Bingo! Aku berseru puas dalam hati. Pasti Ridwan mendengar ucapan Joana dan sudah kurekam. "Hallo,  Iya, Rosi  Ada apa ini?" terdengar sapaan dari seberang telepon.  Karena aku menekan  loudspeaaker jadi suara Ridwan  didengar Joana. "Iya,  Mas. Bisa kita ketemu sekarang? Ada hal penting yang harus dibi
Read more
13. Horee...kawin
"Kenapa menikahnya lebih cepat lagi? Udah kayak kereta api super ekspress!" ucap Emak ketika Ridwan mengantarku pulang ke rumah. "Emak harus siapkan makanan buat menjamu tamu dulu nanti." "Gak usah, Mak. Saya sudah pesan online dari restoran berikut kue-kue," ucap Ridwan sambil tersenyum. "Maaf mendadak, Mak. Karena ini darurat. Joana bermaksud menggagalkan pernikahan. Dan takut membawa kabur si kembar!" "Joana sudah seperti demit saja. Kadang ngilang, kadang muncul!" gerutu Emak. "Dia tidak kasihan apa, sama anak-anak diambil gitu saja kayak barang!" Ridwan menghela napas. "Seperti itulah Joana asli, Emak. Saya juga tidak menyangka sifatnya." "Ya, sudah. Kamu pulang dulu ke rumah. Jagain si kembar dulu!"  "Iya, Mak. Tadi saya sudah suruh satpam kantor berjaga di depan rumah." "Genting banget, ya. Kayak ada serangan rudal jahat!" celetuk Rasya yang ikut menyimak.  "Serangan kolong Wewe yang gondol anak!" Risa ikut nim
Read more
14. Malam Pertama
  *** Akhirnya emak juga menyuruhku ikut Ridwan malam itu.  Jantung seakan berlomba lari marathon. Pontang panting dan gedebukan tak karuan. Membayangkan ini malam pertamaku dengan Ridwan. Ya, Ampuun! Aku pulang terpisah di mobilku, yang di setiri Ridwan. Ada si kembar empat di jok belakang, yang terkantuk-kantuk seperti biasa. Baby sitter aku suruh di mobil rombongan satu lagi yang mengangkut banyak keluarga. Malas rasanya, dari tadi melihat wajahnya ditekuk kayak onta.  Apa Meyda itu cemburu, aku menikah dengan bapaknya si kembar? Dia mengaku sudah berkorban merawat si kembar  dari bayi. Mungkin Meyda menghalu dirinya jadi ibu beneran si kembar.  Pukul 11 malam, aku sudah sampai di rumah Ridwan. Kali ini Ridwan tidak menggendong si kembar. Mereka bisa bangun sendiri, ketika terdengar pintu mobil dibuka.  "Kamu bisa berganti baju di kamarku, Rosi," ucap Ridwan melihatku masih berkebaya. "Aku sudah siapkan
Read more
15. Mantan kembali rese
  ** Ketika aku sudah pasrah dan tubuhku makin lemas, tiba-tiba badanku ada yang memeluk dan  serasa tertarik ke atas.  Antara sadar dan tidak sudah ada di daratan "Rosi, bangun! Buka matamu!" Tubuhku serasa di tepuk bagian punggung. Lalu tubuh lemas ini dibaringkan, terasa dadaku ditekan hingga memuntahkan air yang diminum.  Dada yang sesak serasa lega kembali. Aku bisa bernapas tanpa berat lagi.  Perlahan tubuh ini di dudukkan, lalu direngkuh dalam pelukan. "Syukurlah, kamu tak apa-apa, Rosi."  Aku menikmati irama detakan jantung tempatku menyandarkan kepala. Terasa nyaman.  Lalu pelukannya terurai dan wajahku ditangkup dua tangan "Kenapa bisa jatuh ke kolam? Untung aku bisa menemukanmu dan menyelamatkan tepat waktu." Ada kecemasan yang sangat di mata itu.  Aku menggeleng pelan, karena aku juga bingung bisa terdorong jatuh ke kolam. 
Read more
16. Melawan
  Ridwan menghalangi dengan badannya. "Jangan sembarangan ambil anak-anak, Joana! Mereka tanggung jawabku. Kamu sudah  meninggalkan mereka dulu. Ingat?" tegas Ridwan.  Aku segera membawa si kembar ke teras belakang. Mereka nampak ketakutan melihat pertengkaran orang tuanya.  "Meyda! Bantu jaga si kembar! Jangan sampai melihat orang bertengkar!";titahku pada Meyda yang diam terpaku di ambang pintu ruang makan. "Bawa si kembar ke gazebo belakang supaya aman!" Aku segera berjalan dan mengawasi Ridwan yang bersikeras supaya dua orang pria yang dibawa Joana tidak masuk.  Muncul ide untuk memberi bukti jika sesuatu terjadi nanti. Ridwan nampak kewalahan didorong dua pria berotot itu. Tenaganya kalah dengan dua pria tadi. Ridwan sampai jatuh terjengkang karena  didorong. Dua pria tadi merangsek maju mencari si kembar. Aku segera menghampirinya.  "Hei, kalau kalian masuk tanpa permisi di sini, kalian
Read more
17. Pencemaran nama baik
 Hari menjelang sore saat beres acara barbeque dengan anak-anak. Aku membereskan bekas peralatan masaknya. Lumayan juga berkeringat. Saat Ridwan dan si kembar istirahat karena kekenyangan, ponselku terus berbunyi. Beberapa motif pesan terus masuk.Tumben juga banyak pesan masuk, pikirku. Namun, aku belum bisa membuka pesannya karena harus membereskan dulu peralatan bekas pesta barbeque anak-anak. Ada yang lucu. Bikin pesta  barbeque kok siang hari. Namun, biarlah, itu cara Ridwan bikin senang anak-anakSetelah beres mencuci peralatan, segera aku membuka ponsel. Mataku membulat membaca pesan dari Sida dan Ruri yang isinya hampir  sama.[Rosi lihat di beranda FB-mu. Kamu disebut pelakor oleh wanita bernama Joana] Segera aku membuka aplikasi berwarna biru itu. Kembali mataku terbelalak dengan postingan Joana yang mengetag namaku dan mencantumkan fotoku.Judulnya besar-besar caps
Read more
18. Saudara tiri yang dengki
  *** Malam ini aku kembali tidur terpisah dengan Ridwan. Karena si kembar kembali  merecoki terus ingin tidur dengan Ridwan. Akhirnya aku mengalah tidur di kamar tamu. Entah siapa yang mengajari si kembar jadi sering rewel dan gemar recoki Ridwan.  Nanti, kalau.sudah resmi menikah, akan kutanya si kembar baik-baik, siapa yang menasehati mereka  supaya merusuh terus dan tidak mau mengalah, meskipun Ridwan menyuruh si kembar tidur di kamarnya masing- masing. Namun, cerdiknya Ridwan. Meskipun tidurnya terpisah, diam-diam ketika si kembar lelap dia menyelinap ke kamar tamu. Dan akan kembali ke kamarnya menjelang dinihari setelah aku puas memadu cinta dengannya. Jadi aku tak merasa kehilangan biarpun si kembar rewel. Ridwan akan dengan hangat tetap memberi nafkah batin padaku. Jelas dong, kami masih pengantin baru, masa aku diamggurin begitu saja?  Lagian ini kan sudah kewajiban Ridwan untuk memperlakukan istrinya dengan k
Read more
19. Joana tega
Duda Beranak Empat Part 15 ** "Kamu menantangku, Ridwan?" tanya Joana dengan muka sinis.  "Tidak. Aku hanya ingin kamu sadar, Joana. Anak itu bukan barang, yang bisa seenaknya kamu ambil begitu saja, atau kamu tinggalkan." Wajah Joana berubah sengit setelah mendengar ucapan Ridwan. "Jangan menggurui aku!"  Ridwan menghela napas panjang. Dia tidak tahu harus bicara apa lagi pada Joana untuk menyadarkannya.  "Terserah! Kalo kamu terus belum sadar, aku tak akan berikan anakku padamu!" tegas Ridwan.  "Baiklah kalau itu maumu. Kamu bakal menyesal, Ridwan!" ancam Joana lalu berbalik badan dan segera berlalu dari depan Ridwan.  Ridwan segera menutup pintu rumah. Wajahnya terlihat keruh. Aku mengiringi langkahnya masuk ruang tengah tanpa bicara sepatah katapun . "Aneh, setelah menikah, kok kamu jadi banyak masalah, Ridwan?" sindir Ibu tiri Ridwan. "Dulu adem ayem saja. Tapi setelah meni
Read more
20. Menjelang Resepsi
*** Ziyan dan Zidan sudah kenyang bermain air, sudah berganti baju dan menunggu  di meja makan, mie goreng yang tengah kumasak.  Mata Zidan celingukan. "Papa, kok Jane dan Jihan nggak ada?" tanyanya mencari adiknya yang tidak ikut bergabung di meja makan.  "Jane dan Jihan keluar sebentar. Besok juga datang," sahut Ridwan berusaha tenang.  "Pergi ke mana, Pa?"  "Sama Mama Jo."  Zidan dan Ziyan nampak kaget. Mereka tahu, papanya tidak suka mama Jo datang.  "Kenapa ikut Mama Jo?" tanya Zidan bingung. "Mama Jo kan nggak suka sama kita." Ridwan menghela napasnya dalam mendengar ungkapan Zidan.  "Mama Jo mungkin lagi kangen," kilah Ridwan berusaha setenang mungkin, padahal aku tahu ada rasa cemas di matanya. "Sudah tenang saja, besok di pernikahan papa, Jane dan Jihan ada, kok!" "Ngizihin anak kok kayak barang nggak bilang-bilang neneknya!" Ibu tiri Ridwan nyeletuk sinis
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status