All Chapters of Ketua OSIS: Chapter 11 - Chapter 20
81 Chapters
Kekal
Berdiri sendiri di bawah pohon bintaro hiasan parkiran, Eva meremas tali tas ranselnya dengan pandangan mengitari SMA TB yang luas ini. Bahkan ketika anak-anak ekskul Matematika telah pulang pun, Eva tetap masih konsisten berada di kawasan sekolah mencari absen guru yang nyatanya tak kunjung ditemukan hingga saat ini. Helaan napas kasar, campuran antara rasa lelah dan kesal entah pada siapa. Tergopoh-gopoh seorang satpam sekolah menghampiri Eva hingga gadis itu tersadar dari ketercenungannya. "Neng! Kenapa belum pulang? Sekolah sudah sepi, guru-guru juga sudah pulang semua. Tinggal Neng sendiri aja." Pak Satpam itu berucap dengan raut yang harap-harap cemas. Eva menghela napas dibuatnya. Saat ini pikirannya saja masih kusut memikirkan absen guru yang tak kunjung ketemu. Bayangkan beasiswanya akan dipertangguhkan d
Read more
Nasi VS Tempe Orek
Kendaraan mewah terparkir secara acak tak beraturan di pekarangan rumah Arta yang luas. Semua itu karena ulah teman-temannya. Memang dasar mereka itu selalu sembarangan. Bahkan dirinya di sini masih mengutak-atik ponsel, mereka sudah masuk lebih dulu dan caper pada maminya. Arta abai. Biarkan saja mereka berbuat semaunya. Setelah rampung sedikit urusan dengan anggota Kompeni dari kelas 10 tadi, ia beranjak turun dari mobil dan ternyata ada Reza yang masih menunggunya. Tak salah menjadikan Reza wakil untuknya. Cowok itu patuh dan sangat setia. "Hai, Tan. Makin cantik aja." Belum apa-apa Yoyon langsung menggoda Zahra, mami dari bosnya itu. Yoyon tebak ketika masa sekolah dulu Zahra ini adalah primadona sekolah. Sudah tua begini saja masih kinclong, padat, dan cantik. Berbetulan dengan Zaki yang berjalan keluar bersa
Read more
Moment
Sabila berenang ke pinggiran kolam. Ia naik ke atas dan sudah ada Rehan di sana. Cowok itu bertelanjang dada karena ikut berenang mengiringinya tadi. Rehan naik duluan dan memeriksa ponsel. Ada panggilan tak terjawab dari Yoyon. Ia menaruh kembali benda pipih itu ketika Sabila datang menghampirinya. "Gampang banget," ucap gadis itu mendengus remeh. Ia meraup wajahnya sendiri dengan jemarinya yang mungil. Menggemaskan sekali di mata Rehan. "Itu kan airnya cuma sepinggang lo, Dek." Rehan meledeknya, suka sekali melihat wajah comel itu memberengut kesal. Terbukti bahwa setelah itu bibir mungil Sabila mengerucut dengan mata menyipit. Ia menghentak-hentakkan kakinya tak suka. Jelas-jelas ia berenang betulan tadi, tinggi air pastinya tak berpengaruh. Mau tinggi atau rendah
Read more
Dancer
Bangunan megah dengan gerbangnya yang besar dan menjulang tinggi serta eksterior yang begitu memanjakan mata adalah markas Kompeni. Tempat itu akan selalu menjadi titik kumpul. Kumpulan anak laki-laki tanpa ada satu pun spesies kaum hawa di dalamnya. Yups, Kompeni hanya beranggotakan kaum laki-laki saja. Jika ada perempuan masuk ke dalam markas ini, sudah dipastikan mereka merupakan kekasih dari salah satu anggota. Nuansanya aesthetic dengan barang-barang yang disusun sedemikian unik. Meski hanya ada laki-laki, markas Kompeni selalu tampak bersih loh. Hal itu dikarenakan mereka membuat jadwal piket setiap harinya, pun beberapa anak arsitektur ikut mendiami markas ini hingga mereka dapat menciptakan ruangan indah dan nyaman untuk dinikmati bersama. "Ter, lo ke sekolah nggak?" Arta menanyai Tero, salah satu anggota dari kelas 10.
Read more
Raja
Membuka pintu mobil cukup lebar, dengan sekali hentakan Edo mendorong Aurel masuk ke dalamnya. Tak menunggu lama Edo mengelilingi mobil itu kemudian masuk di kursi kemudi. Ia mengunci seluruh pintu dengan rapat. Kaca mobil tampak gelap dari luar. "Sabar, Sayang. Kita nggak akan telat," komentar Aurel melihat Edo terlalu terburu-buru. Sementara Edo mengatur napasnya yang memburu. Lirikan matanya melihat gadisnya itu hendak membuka jaket yang melingkar di pinggang rampingnya itu. "Gak ada yang liat lagi," ucap Aurel seakan tahu apa yang ada dalam pikiran Edo. Namun Edo tetap mencegah perbuatannya. "Tetep kayak gini sampai kita di lokasi," titahnya sarat akan perintah yang tak boleh ditentang. Membuat Aurel mendengus pasrah karenanya.
Read more
Kasar
Kedatangan Rehan Gunandya di kawasan kelas sebelas tentu begitu menggemparkan. Ada apa gerangan abang kelas mereka datang ke ranah adik kelas. Berjalan seorang diri penuh keangkuhan dan semua orang menyingkir memberikan jalan untuknya yang diketahui sebagai putra tunggal kaya raya. Banyak gadis jatuh hati pada sosoknya, tetapi sangat disayangkan mulut Rehan sangat tajam ketika berbicara. Siapa pun pacarnya nanti, maka cewek itu harus siap mental dengan omongan juga sikapnya yang kasar itu. "Eva!" Satu kata yang keluar dari bibirnya ialah sebuah nama. Nama dari seorang gadis yang saat ini sedang membaca modul Matematika yang tebalnya setara kamus satu miliar. Hal ini dilakukan karena ketertinggalannya pada materi ekskul Matematik kemarin yang tak ia ikuti akibat bolos mencari absen guru. Dug! Mej
Read more
Problem
Kegiatan belajar mengajar masih berlangsung dengan khidmat. Namun hanya tinggal menghitung menit maka kegiatan ini akan segera usai. Mengingat urusan dengan Arta yang belum selesai, Eva tak bisa duduk dengan tenang. Arah tatapannya bukan lagi menperhatikan penjelasan pak Thabrani yang sedang menerangkan bahwa adab itu lebih tinggi daripada ilmu. Melainkan menatap jendela yang menghamparkan lapangan luas di luar sana. Istirahat ini Arta menyuruhnya untuk datang ke markas mereka tepat waktu. Ingatkan bahwa Arta tak menerima alasan terlambat. Eva sangat takut akan amarah cowok itu. Karena tak tenang Eva selalu menoleh ke sana dan kemari sebagai gerakan spontanitas. Hingga tak sengaja ia mendapati Uma sedang bermain ponsel di bawah meja. Eva berbisik pelan memanggil sahabatnya itu. "Mamaku kirim pesan kalau dia mau pe
Read more
Bolos
Mungkin awalnya Eva masih bisa untuk diam saja mengikuti kemana pun ketua geng kesohor ini memimpin jalan. Terlalu takut bertanya dan membuat cowok itu marah. Namun kenapa Eva merasa arah mereka seperti menuju parkiran? Ingin bertanya akan kemana tujuan mereka sebenarnya saja Eva diliputi rasa bimbang. Segala ketakutan menggerayangi benaknya. Takut yang ditanyai risih dan berakhir memancing emosinya yang saat ini baik-baik saja. Eva berdeham sebelum mengumpulkan keberanian. Setelahnya ia mengajukan tanya. "Ini kita mau kemana, ya?" Berselang cukup lama dari ia melontari pertanyaan, tak ada yang merespon sama sekali membuat Eva menggigit bibir bawahnya cemas. Ia menoleh ke belakang, lebih tepatnya pada Ari. Merasa cowok itu yang paling baik padanya di sini. Tatapannya
Read more
Suprise!
Adam dan Eva baru saja selesai ke kelas-kelas yang memiliki anggota OSIS di dalamnya untuk mengumumkan rapat yang akan mereka selenggarakan. Saat ini tujuan mereka adalah kantor majelis guru untuk menemui guru pembimbing. Namun secara tak sengaja bahu Eva ditabrak lumayan keras hingga tubuhnya termundur beberapa langkah. Ia menoleh pada pelaku dan mengernyit ketika mengetahui Uma orang yang barusan menabraknya. Kepala Eva memandang sekeliling. Ada urusan apa Uma di sini?? "Lo ngapain keluyuran sampai sini, Ma?" Uma meringis pelan. Gadis manis itu menggeleng. "Gue nggak papa, Va," katanya dengan napas yang putus-putus serta wajah yang memucat. Belum sempat Eva menjawab, tapi Uma sudah lebih dulu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun lagi membuat Eva diselimuti ra
Read more
Mengakui
Seisi lapangan senyap setelah Eva berkata lantang menolak perintah Arta padanya. Anehnya sang Raja tak sedikit pun tampilkan raut marah, ia menaikkan sebelah alis memandang gadis mungil itu. Cengkeraman tangannya sudah terlepas dari pipi itu. Sementara di lain sisi anggota inti Kompeni asik mengobrol sambil berbisik-bisik takut terdengar. Yoyon menggoda wajah pundung Edo. Cowok itu baru saja bisa berkumpul setelah menempuh perjalanan cukup jauh mengantar sang pacar tersayang. Kapan lagi Yoyon berkesempatan meledek Edo 'kan? Biasanya cowok itu selalu dipuji. Segala kelebihannya itu selalu menjadi bahan perandingan orang-orang terhadapnya. Yoyon tak suka! "Apakah couple goals Taruna Bangsa akan segera tergantikan??" Pidatonya mengundang cekikikan orang yang mendengar. Rehan tertawa. Jelas yang dimaksud Yoyo
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status