Semua Bab Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya: Bab 231 - Bab 240
244 Bab
Bab 231 Dendamku Sudah Berakhir
"Tidak punya kaki dan tangan. Hanya tubuh dan kepala. Dan .... anak itu menyerah bahkan sebelum dilahirkan." Venti bahkan tidak berani menatap putrinya. Wanita itu terus menunduk.Davinka tidak menyangka akan seperti ini. Ibu mertuanya mengorbankan dirinya hanya demi kebahagiaan putrinya. Ternyata Venti sudah merencanakan ini semua sejak awal kandungannya. "Kenapa Mama tidak memberitahu kami? Saat itu mungkin keadaannya sangat sulit, tapi itu kenyataannya, Mah!" "Karena sudah lama kamu menantikan anak itu. Kamu rela selalu ditusuk oleh jarum hanya untuk mendapatkan asupan gizi. Kamu bicara dengannya siang dan malam. Apa menurut kamu Mama setega itu membiarkan dokter untuk membunuhnya dalam kandunganmu? Saat itu dia masih berdetak walaupun lemah, dia masih berdenyut dan merespon setiap sentuhanmu. Jika kamu jadi Mama, apa kamu akan menggugurkannya dan mendengarkan semua perkataan para dokter? Mama rasa tidak! Kamu pasti akan mempertahankannya bagaimanapun keadaannya saat itu ….""Mam
Baca selengkapnya
Bab 232 Laura Melarikan Diri
Davinka menggeleng. Sebelumnya Ia memang sudah berniat untuk memaafkan ibu mertuanya. Sekarang setelah melihat ketulusan wanita itu yang mengakui semua kejahatannya di hadapan semua orang dengan gamblang dan wajah terangkat tinggi walaupun kekecewaan dan kesedihan masih terlihat di wajahnya, apa bisa Davinka tetap memaafkannya? Tentu saja, ya! Apalagi kedua putranya sudah berada dalam pelukannya. Apalagi yang ia minta. Sekarang ia bisa hidup tenang dengan suami dan putra-putranya walau dengan identitas yang baru. Ini sudah keputusan akhir. Biarlah ia menjadi Davinka sampai akhir hayatnya.Davinka melepaskan pelukannya dari Sanjaya, menghampiri wanita itu dengan gaunnya yang besar dan memeluknya erat. "Vie gak akan ninggalin Mama. Vie akan terus dukung Mama, walaupun semua anak-anak Mama dan suami Mama menjebloskan Mama ke dalam penjara. Vie akan bantu Mama keluar dari sana. Kalau gak bisa, Vie akan akan terus datang dan tengok Mama disana sampai Mama dibebaskan dan kembali pulang ke
Baca selengkapnya
Bab 233 Apa Tidak Bisa Lebih Lama?
Venti mengangguk. Davinka dan Rasty hanya mendengarkan. Mereka takut salah bicara. Sekarang Sanjaya tengah membujuk ibunya, dan pria itu terlihat sangat cemas. Pasti ada sesuatu yang mendesak sampai Sanjaya membujuknya seperti ini."Aku berniat akan mempercepat ijab-kabul. Dua jam lagi," tegas pria itu lagi.Mereka semua menatap Venti. Menunggu wanita itu bicara. Sementara wanita itu menatap Sanjaya bingung dengan bola matanya yang terus bergerak.Apa Venti akan mengiyakan, atau menolaknya dengan alasan semua sudah diatur?Waktu terasa sangat panjang. Setiap menitnya padahal sangat berharga bagi Sanjaya. Tapi, ibunya terlihat hanya diam dengan terus menatap cemas semua yang ada dihadapannya.Tidak tahukah ibunya, ini seperti bom yang hampir meledak! Tapi Sanjaya hanya dapat menunggunya dengan sabar. Pernikahan kali ini harus terjadi dengan restunya. Tidak boleh ada yang salah.Akhirnya setelah sekian menit yang terasa panjang, Venti mulai angkat bicara dengan suara yang sangat kecil.
Baca selengkapnya
Bab 234 Tuan Muda Berkuasa
"Kenapa saya seperti melihat bujang yang baru menikah!" sindir Sandy berusaha mencairkan ketengan. Udara disekitarnya membuat bulu kuduknya berdiri. Pria itu dan keluarganya kecilnya berdiri tempat di balik tubuh Sanjaya.Wajah Sanjaya yang terlihat begitu tegang, membuatnya sangat penasaran. Padahal ini bukan pernikahan pertamanya. Atasannya ini bahkan menikahi wanita yang sama untuk yang kedua kalinya.'Apa benar pernikahan disaksikan oleh para malaikat?' gumamnya dalam hati.Sandy terus menatap Sanjaya yang di depannya, berdiri dua putranya yang tampan mengenakan tuksedo yang sama dengan ayahnya. Terselip sekuntum bunga mawar merah di saku dada, rambutnya menggunakan pomade dan disisir dengan gaya sama. Dua anak itu memasukkan kedua tangan mereka ke dalam saku dengan gaya tanpa cela, nyaris seperti Tuan Muda berkuasa dengan pantofel yang mengkilap dan terlihat mahal."Kamu benar, dia ibu kita yang sangat cantik! Aku harus mencari pacar secantik ibu kita!"Sanjaya hampir tidak bisa
Baca selengkapnya
Bab 235 Gadis Penabur Bunga
Sanjaya mengangguk mantap. Pria itu bahkan tidak marah dengan apa yang diharapan oleh Noel.Siapapun boleh bermimpi. Tapi pada kenyataannya, ia yang menjadi suaminya. Tidak hanya di kehidupan sebelumnya, sekarang dan tidak juga di seribu kehidupan selanjutnya. Ia lah yang akan menjadi suaminya.Sanjaya membimbing istrinya menuju pelaminan. Kedua putranya berjalan di depan dengan Inggi sebagai pemimpin jalan yang terus menabur bunga sesuka hatinya.Anak perempuan itu tidak menabur bunga pada jalanan seperti yang sudah diajarkan, melainkan ke atas kepalanya sendiri dan membuat beberapa orang gemas. Gadis kecil penabur bunga itu menatap guguran bunga yang menerpa wajahnya. Saat bunga dari langit itu habis, gadis itu kembali menggenggam kelopak mawar dari keranjang dan kembali melemparnya ke langit dan terus menatapnya.Reno yang tahu apa yang diajarkan oleh Rani merasa kesal. Apalagi Gadis itu banyak berhenti saat menatap keatas. Dengan langkah lebar menggunakan kaki kecilnya Reno melang
Baca selengkapnya
Bab 236 Ini Tidak Sah!
Suara benda jatuh dan teriakan menggema dari arah pintu dapur. Suara langkah kaki mulai terdengar semakin dekat. Venti yang masih menggenggam tangan Davinka merasa sangat bingung dengan nama ayah Davinka yang sama persis seperti nama ayah Diandra. Wanita itu masih berpikir keras dan berusaha mengenyahkan semua ketakutannya.'Ini pasti hanya kebetulan, kan?' tanyanya dalam hati, 'apa mereka saudara, satu ayah, atau—' Suaranya terhenti. Venti melihat genggaman tangannya yang masih menggenggam tangan Davinka yang kini dipaksa lepas oleh suaminya sudah terbuka dan tangan Davinka hilang dalam genggaman tangannya."Apa yang kamu pikirkan? Sekarang putra kita sudah sah menjadi suami Davinka," tukas pria berusia mengingat istrinya yang masih diam membisu. Pikirannya bahkan terlihat kosong.Brata membantu Davinka agar duduk disisi Sanjaya. Mereka mulai menandatangani berkas pernikahan. Namun, saat penghulu menyerahkan dua buku merah dan hijau, teriakan seseorang menghentikan pergerakannya.
Baca selengkapnya
Bab 237 Sanjaya Terkapar
Suhu di ruangan itu mendadak berubah dibawah nol derajat. Suasananya lebih dingin dari kutub Utara. Siapapun tidak berani mengambil napas dengan semaunya. Mereka hanya tidak ingin mengeluarkan suara dan mengganggu konsentrasi.Laura masih menatap puas apa yang ada di hadapannya, bagaimana musuh terbesar ibunya kini sudah tidak terselamatkan lagi. Wajah Venti sudah terlihat bengkok dan kaku, napasnya sedikit terengah-engah, terlihat sangat kesakitan.Venti masih belum bisa memalingkan wajahnya dari tempat Davinka berdiri. Hanya suara geraman yang lolos dari bibir wanita itu yang sedikit membiru."Ini lebih bagus dari kematian. Kamu tersiksa sebelum ajal menjemput! Hahah!" Sandy melangkah maju. Tapi sial, ternyata telinga Laura sangat peka. Wanita itu kembali fokus pada Renhart dalam dekapan lengangnya."Apa kalian gila!" teriak wanita itu. Laura memutar tubuhnya dengan Renhart dalam lengannya, pistol terus menempel pada kepala anak itu dan siapa di tekan kapanpun. Ia menatap semua y
Baca selengkapnya
238 Jagain Mama Dan Reno
Para polisi langsung mengamankan Laura. Peluru mengenai dadanya dan langsung tembus ke jantung. Bukan hanya satu, tapi dua sekaligus hingga menewaskan wanita itu.Ambulance dan beberapa polisi sudah datang, mereka ditelpon oleh Noel dan Brata."Sanja!" panggil Davinka saat melihat suaminya terbaring lemas. Noel dan Sandy sudah ada disana memberikan pertolongan pertama."Aku gak papa," sahutnya menenangkan.Dengan kaki gemetar, Davinka membawa Renhart mendekat pada Sanjaya dan bersimpuh di hadapannya. Sanjay menyentuh wajah putranya dan bertanya dengan suara yang parau. Berusaha untuk tetap tersadar, "Kamu gak papa, kan? Apa ada yang sakit?"Pria itu melihat bagaimana Renhart di bekap oleh Laura.Renhart menggeleng, "Papa pasti kesakitan. Itu pasti sakit."Anak itu bicara di sela isak tangisnya. Merasa sangat khawatir. Renhart tahu Papanya sengaja melakukan itu agar peluru tidak mengenai tubuhnya. Ia melihat sendiri Papanya langsung melompat saat wanita jahat itu berteriak memintanya u
Baca selengkapnya
Bab 239 Semua Sudah Terlambat
Ketika semua tidak seperti apa yang kita rencanakan maka, pasrahkan, serahkan, ikhlaskan …. Biarkan tangan Tuhan yang melanjutkan karena, seberapa gigih pun kita mencoba, tanpa jamahan tangannya semua akan sia-sia.Venti sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyingkirkan Diandra agar menjauh dari putranya. Tapi apa? Semakin ia berusaha, semakin mendekatkan mereka hingga akhirnya membuat dirinya seperti ini sekarang. Bahkan, kematian lebih baik daripada kehidupan yang menyiksa ini.Dari tempatnya berbaring, Venti terus menatap wajah Davinka. Wajah cantik itu memang sangat berbeda dengan milik Diandra kecuali, mata, bibir, siluet dan suaranya yang sangat ia kenal.Seharusnya dia tahu akan hal ini karena Noel adalah bedah plastik terbaik di negaranya hingga mendapatkan pekerjaan di Singapura."Kita harus mencari dokter terapis terbaik, mama tidak bisa terus seperti ini!" bujuk Davinka disela isak tangisnya.'Apa dia menangis untukku? Menangisi aku yang jahat ini?' bagaimana mana
Baca selengkapnya
Bab 240 Menunda Bulan Madu
"Keadaannya tidak akan membaik hanya karena kamu membatalkan resepsi kita, Ra!" Dan ini akan selalu menjadi panggilan untuk Diandra walaupun kini sudah mengganti nama Davinka dan melupakan panggilan Davin-nya."Baiklah, aku kalah dari kalian!" desahnya sambil menatap kelima pria ini yang sekarang berada dikamar perawatan Venti."Ayo! Rasty dan yang lainnya sudah menunggu di rumah," ujar Noel mengingatkan.Mereka akan pulang ke apartemen mewah Sanjaya. Noel sendiri setelah resepsi akan kembali ke Singapura dan menetap disana. Insiden berdarah di rumahnya sama sekali tidak pernah terpublikasikan. Ada keinginan untuk menjual rumah itu, tapi Davinka menolaknya. Bagaimanapun, rumah itu memiliki kenangan untuk Davinka ataupun Diandra.Brata menyewa satu jasa suster untuk merawat istrinya. Sebenarnya ia ingin dua orang agar mereka bisa bergantian menjaga. Tapi, menantunya ini menolak dengan alasan Venti sekarang memiliki empat orang anak. Satu suster sudah cukup."Kenapa tidak pulang kerumah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status