Lahat ng Kabanata ng Takut Kawin: Kabanata 41 - Kabanata 50
59 Kabanata
Rencana Devi
Senyum Daffin mengembang hingga sulit dikendalikan. Hatinya terlalu bahagia seakan Tuhan telah mengabulkan doanya. Terus berjalan tenang hingga lupa menyembunyikan wajahnya, Daffin mengabaikan tatapan banyak orang terhadap dirinya. Meski gosip miring terus saja datang, namun tak sedikit dari penggemarnya yang masih setia kepadanya.Wajah bahagia ini pun terbaca oleh sang Bibi yang kini terlihat lebih baik setelah meneguk obat.“Kamu bilang apa?” tanya sang Bibi.“Ah, Bibi bilang apa?” tanyanya yang ternyata tak menangkap apa yang dipertanyakan.Devi hanya bisa menggeleng dengan senyum bahagia.“Kamu pasti ketemu Dira kan?” tanya Bibi kembali.“Akhirnya Bi, akhirnya Daffin ketemu dia juga! huh! Bahagianya ... Daffin jadi menyesal baru bisa datang ke sini sekarang,” ungkapnya sembari membaringkan tubuh di atas ranjang. Bermanja ria meletakkan kepala di atas pangkuan sang Bibi.“Ehm, jadi kamu ke sini bukan untuk Bibi?” ucap Devi meledek. Tangannya terus saja membelai lembut rambut hitam
Magbasa pa
Masuk Jebakan
Selaku aparat, Ria mendapat perawatan yang mumpuni. Ia diminta beristirahat selama dua minggu lamanya. Terbaring tanpa harus melakukan apapun pastinya sangat membosankan. Namun, tidak dengan yang terlihat. Wajah Ria terlihat baik-baik saja saat ini. Ia menikmati istirahatnya dengan membaca banyak buku dan novel. Ditemani siaran TV dan makanan bergizi.“Hei! Berasa nginap di hotel ya? Ceria kali mukakmu itu. Yang aku pikirlah kau bosan terpenjara di sini. Ini lagi, buku dari mana semua ini. Apa sempat kau borong mall beli buku untuk dibaca di sini?” ledek Dira. Matanya menyolot sembari melirik ke arah Ria. Tak ketinggalan bibir yang menanjak tinggi karena dimonyongkan.“Hehehe, Dira. Makasih loh, udah mau datang! Kamu bawa apa itu?” jawab Ria. Ia terus saja melirik ke arah bungkusan yang dibawa Dira.“Alah, lupa pulak aku bawa makanan. Habisnya aku langsung ke sini. Baru nyampek tadi pagi pun,” ucap Dira sembari menepuk dahinya.“Oh ... jadi belum pulang ke mes?”“Belum. Oh ya ... aku
Magbasa pa
Perangkap
Baru kemarin Dira datang ke rumah mewah ini. Kali ini ia harus kembali datang dengan membawa satu tas penuh berisi baju miliknya.“Paok, emang paok kalilah kau, Dir! Kenapa pakek acara salah ngomong. Sok kebaekan mau ngawani Ibuk ini segala. Kalok udah gini kan, enggak mungkin jilat ludah. Huh! Tapi kenapa hatiku enggak sepenuhnya nolak ya. Jangan bilang karena aku pengen lihat anak sebijik itu lagi. Bukan, bukan, ini karena Ria dipindah tugaskan. Jadi daripada sendirian di rumah, mending aku tinggal di sini. Lah, emang kenapa kalok aku sendirian. Aku enggak cemen kali. Jangankan penjahat, setan jugak aku tangkap,” gerutu Dira sembari berdiri mematung di depan pagar.“Tapi tenang, kan aku di sini sementara. Cuman tiga bulan, itupun selama anak itu keluar kota. Seenggaknya selama di sini aku enggak ketemu dia. Ini semua karena aku enggak bisa nolak permintaan Buk Devi.”“Hai, selamat datang. Mari masuk!” pinta Daffin dengan senyum kebahagiaan.“Loh, bukannya kau ....”“Biar gua bantu b
Magbasa pa
Sentuhannya
Keinginan untuk menutup pintu kini beralih ingin membuka. Hasrat ingin buang air pun menjadi masalah. Tak ingin tinggal diam, mencoba mendobrak pintu dengan tubuhnya. Namun, tak sedikitpun pintu itu bergerak. Tak mau menyerah begitu saja, Dira kembali mendorong pintu lebih kuat, kali ini ia melangkah mundur terlebih dahulu agar dapat mendapatkan dorongan yang maksimal. Tetapi tetap saja pintu itu berdiri kokoh di hadapannya.“Sialan!” teriak Dira sembari melayangkan pukulan ke arah pintu. “Oke, tenang dulu Dir. Atur napas. Kumpulin tenaga dulu, baru coba lagi.”Dari luar pintu terdengar juga terjadi keributan. Terlihat Bu Devi dan Bu Minah menanti cemas di sana. Sedangkan Daffin baru saja tiba membawa seorang ahli kunci bersamanya.“Bapaknya udah coba dobrak ya sebelumnya?” tanya si tukang kunci. Matanya membulat menyala melihat engsel dalam pintu yang sedikit membengkok.“Belum kok, emang pintunya rada macet sih,” jelas Daffin yang tak kalah kaget melihatnya. Hanya bisa menggeleng se
Magbasa pa
Pagi yang Menyebalkan
Baru saja Dira menapakkan kaki di kantor, gawainya sudah berdering beberapa kali. Berisik dan membuat kesal, nomor tanpa nama itu terlihat memaksa.“Halo!” ucap Dira dengan nada kasarnya.“Kenapa kamu perginya buru-buru? Kamu belum sempat sarapan kan?” tanya seseorang yang tanpa disadari membuat Dira terdiam seakan tak percaya. Kembali menatap layar gawai guna memastikan siapa yang menghubungi, Dira hanya mampu menyahut, “Ini siapa?”“Suami kamu,” sahut pria yang ada dibalik gawai.“Apa?!” teriak Dira semakin tak percaya. “Anak sebijik ini yah! Masih pagi udah buat orang palak!” seru Dira dengan kedua mata membulat. Tanpa ragu Dira segera memutus panggilan secara sepihak. Kembali melanjutkan langkahnya dengan kaki menghentak bumi.Baru beberapa langkah gawai Dira kembali berdering.“Enggak ada nama lagi? Huh! Emang carik berantam anak sebijik ini!” ungkap Dira kesal.Tak ingin pekerjaannya terganggu akibat gawai yang terus berdering, Dira memutuskan menonaktifkan gawainya. Sudah cukup
Magbasa pa
Berisik
“Hah! Enggak papalah ya aku bilang Mamak angkat. Jadi, kalok pun diperiksa kan emang Buk Devi udah aku anggap macam Mamakku. Kalok enggak, ya enggak mungkin aku terjebak di rumah itu.”Dira melewati ruang kesehatan, sambil melangkah pelan Dira melirik ke arah dalam. Ternyata tidak ada orang yang terbaring di sana.“Huh! Syukurlah dia udah sadar berarti. Tapi kebal jugak ya anak itu, bisa tahan bogemku. Kebanyakan orang yang kenak bogem mentahku pingsan lah.”Tak menyadari akan apa yang terjadi, Dira memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Ia berniat mempelajari data yang baru saja ia terima. Sesaat pandangannya mengarah kepada meja yang ada di depannya saat hendak meneguk botol air.“Kemana anak itu yah? Harusnya kalok udah enakan dia balik ke mejanyalah.”Merasa curiga karena Tomi tak kunjung masuk ruangan, Dira memutuskan untuk bertanya dengan rekan seruangan.“Si Tomi ke mana ya?”“Tomi? Dibawa ke rumah sakit katanya. Habisnya dia enggak sadar-sadar,” jawab rekan Dira.“Nah, betolk
Magbasa pa
Malu dan Bahagia
“Pak, kita motong jalan dari sini bisa?” tanya Dira yang sesungguhnya tak memahami daerah itu.“Itu buntu, Mba!” “Udah, masuk aja dulu!” pinta Dira sedikit memaksa.Tak mampu melawan terlebih tahu jika Dira adalah aparat, si pengemudi ojek pun menurut. Memintanya menunggu sebentar, sedangkan Dira berjalan keluar lorong kecil memastikan kepergian si mobil hitam yang diduga penguntit.“Udah berasa di film-film aja ah. Emangnya ada yang ngikutin apa gimana?” gerutu si ojek online.“Ini, ambil aja baleknya yah!” seru Dira yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan supir ojek yang kebingungan. Memutuskan menggunakan taksi, Dira berharap kepergiannya kali ini tak lagi diikuti.***Mobil hitam terus melaju mencoba mencari keberadaan Dira, tanpa ia sadar mobil silver yang sebelumnya juga mengikuti Dira kini berbalik mengikutinya. Terus melaju tenang dengan mata menatap sekitara, mobil hitam tak kunjung menemukan Dira. Ia pun memutuskan untuk kembali setelah salah seorang yang berada di da
Magbasa pa
Kecemasan Daffin
Daffin kelihatan cemas. Ia banyak diam dan berpikir. Keadaan ini pun disadari Sonia juga Leo selaku manajernya.“Lu sehat?” tanya Leo yang belum mengetahui keberadaan Dira di rumah Daffin. Selama dua minggu ini Leo berada di luar kota untuk menjalin kerja sama dengan pihak asing. Ia mewakili Daffin yang masih harus mengerjakan banyak pekerjaan di Jakarta.“No problem,” sahut Daffin menunjukkan senyuman yang dipaksa.“Sehat sih iya. Tapi pikiran lu sepertinya ribet amat. Apa sih yang lu pikirin? Manajer gua, yang repot kesana kemari gua, yang nego gua, yang ngatur waktu gua, tapi kenapa wajah lu yang seperti benang kusut.”Daffin masih saja tak menjawab. Meski ia memiliki persahabatan yang cukup akrab dengan Leo, namun baginya tak mudah menceritakan hal yang sangat sensitif seperti yang saat ini ia pikirkan.“Bibi ya? Emang Bibi kenapa?” sambung Leo yang masih menaruh rasa penasaran.“Enggak kok, Bibi gua baik-baik aja,” ungkap Daffin yang tak memberikan reaksi berbeda.Seperti yang Le
Magbasa pa
Keputusan Daffin
Daffin merasa tak tenang di sepanjang jalan. Meski matanya terpejam sesungguhnya hatinya sibuk berkelana entah kemana. Terlebih mengingat pembicaraannya denga satpam penjaga komplek.“Eh, Mas Daffin mau berangkat keluar kota lagi?” tanya satpam itu ramah.“Iya, Pak. Oh ya, ada orang yang mencurigakan enggak di sekitar komplek?” tanya Daffin tenang berusaha tak menunjukkan kecurigaan.“Ehm ... ada sih, Mas. Cewek pakai topi kepalanya ditutup jaket itu yang ada penutup kepalanya. Dia terus merhatikan ke arah Mas. Saya lihat dia juga bulak balik lewat sini.”“Kira-kira itu tamu yang pernah main ke rumah saya bukan?” tanya Daffin kembali. Jika benar wanita itu adalah Sofia, seharusnya satpam akan mengenalinya. Karena Sofia sudah berulang kali berkunjung ke rumahnya.“Kurang tau juga ya. Tapi dia pernah terekam di CCTV. Mari Mas!” pinta satpam itu dengan santunnya.Daffin menurut dan menatap sebuah layar yang berisi rekaman CCTV. Terlihat jelas seorang wanita yang bertubuh lebih pendek dan
Magbasa pa
Lorong Sempit
Gadis berhoodie terlihat berjalan riang meninggalkan komplek rumah Daffin. Ia tersenyum puas menatap kamera di hadapannya. Seakan tengah mendapatkan sesuatu yang diimpikan. Gadis itu mendekati sebuah warung kecil yang tidak begitu jauh dari pintu masuk komplek. Di sana ia mengambil motor miliknya lalu melaju menuju jalan raya. Memasuki pusat kota dan menepi di gedung studio bintang.Memarkirkan motor dan menyimpan rapi hoodienya. Gadis berambut pendek itu menuju lantai lima. Lantai dimana studio Sofia berada. Seakan telah dikenal, ia dengan bebas menuju kemana saja. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menyapa dirinya.“Hai, kak!” sapanya dengan senyum sumringah.“Dari rumah Daffin lagi!” seru Sofia kesal.“Yup. Aku senang Kak. Kali ini dapat foto yang bagus, nih!” Gadis itu menyerahkan kamera yang berisi foto-foto Dira.“Enggak ada kerjaan lain apa?” tanya Sofia kesal. Awalnya ia menolak untuk melihat. Namun, ide nakal seketika hadir. Dengan senyuman penuh rencana, Sofia mengambil ka
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status