Semua Bab Cinta Untuk Dr. Saka: Bab 31 - Bab 40
109 Bab
Calon istri
Dokter Saka calling ..."Akhirnya ...," kata Arini tersenyum lega seraya mengangkat vidio call dari Saka."Halo, Dok!" jawab Arini dengan lirih.Saka mengernyit melihat Arini mengendap-endap pergi meninggalkan keponakannya."Arini, ada apa? Kenapa kamu mengendap-endap seperti maling?" tanya Saka penasaran.Wajah manis Arini begitu menggemaskan saat mengkodenya untuk diam. Tingkah lakunya yang lucu membuat saka tak bisa menghentikan senyum yang tertoreh."Aku benar-benar capek, Dok! Nanti, kalo dokter pulang, tolong belikan obatnya Alya, ya! Nanti aku kirim fotonya!" lirih Arini seraya menopangkan kedua kakinya di atas bahu sofa."Iya!" jawab Saka menopangkan tangan kanannya tepat di dagunya. Kedua matanya tak berhenti menatap wanita yang selalu ada buatnya. Meskipun bawelnya minta ampun tapi perhatiannya begitu luar biasa.Ting tongSuara bel pintu berbunyi mengejutkan Arini. Arini menoleh dan mengernyit heran siapa oran
Baca selengkapnya
Perlakuan istimewa
Saka terdiam. Tangan kanannya tak berhenti melepas tangan Aura yang terus melilit di dirinya. Rasa malas dan kesal mulai menghampiri dirinya saat Aura mengungkit kenangan pahit yang ia alami.Aura dan Saka terkejut ketika Arini tiba-tiba menarik tangan Aura agar menjauh dari Saka."Jangan coba-coba menyentuh apa yang bukan menjadi milikmu, ibu Aura yang terhormat!" ketus Arini dengan wajah yang sangat marah.Alya yang berada di gendongannya pun mengernyit melihatnya.Aura seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia bingung harus berbuat apa saat berhadapan  dengan Arini di depan anak sambungnya itu.Gawat! Bagaimana ini? Apa Alya akan memberitahu pada ayahnya? batin Aura bertanya.Senyum manisnya tertoreh menatap ke arah wajah imut Alya yang cemberut melihatnya."Sayang, ikut mama, yuk!" ajak Aura menengadahkan kedua tangannya dan berharap bisa meluluhkan hati kecil anak tirinya itu.Alya berpaling. Kepalanya dengan man
Baca selengkapnya
Rasa penasaran Aura
Seperti biasanya, setiap kali Arini membelanjakan saka, Saka selalu menunggu Arini di mobil. Drt ... Drt ...Kedua alis tebal yang saka miliki seakan menjadi satu saat melihat Arini hanya membawa satu kantong kresek, itupun juga yang paling kecil."Tak biasanya dia belanja sedikit itu?" tanya Saka penasaran dengan perubahan sikap Arini.CeklekSaka keluar mobil dan melangkah menghampiri Arini yang tersenyum ke arahnya."Tumben, segini?" tanya Saka menunjuk kantong kresek putih yang di pegang oleh Arini."Semua pesanan dokter sudah ada di situ. Dan kebetulan, hari ini aku tidak membutuhkan apa-apa!" ucap Arini menyodorkan kartu kredit dan barang pesanan milik Saka.Saka terdiam dan bingung melihat Arini yang tak seperti biasanya.Aneh! Biasanya setiap tanggal 27, ia selalu meminjam uang untuk membeli kebutuhannya? Kenapa .... gumam batin Saka berpikir."Dok!" Lambaian tangan Arini membuyarkan lamunannya. 
Baca selengkapnya
Gaun
"Aku masih penasaran dengan pembicaraan kakek semalam. Siapa orang yang kakek maksud? Kenapa kakek ingin sekali menyelidikinya?" Bibir Aura melipat seraya menopangkan kedua tangan di dada. Rasa ingin tahu dan rasa penasaran mulai menghampiri dirinya.Dengan langkah bak seorang model, Aura pergi meninggalkan kamarnya. Senyumnya selalu tertoreh saat berada di hadapan kakek Rendra."Kakek, sudah makan?" tanya Aura menghampiri sang kakek yang makan lebih dulu tanpa menunggu dirinya.Terdiam, tanpa menoleh itulah yang dilakukan kakek Rendra saat menikmati makanan yang ada di depannya.Senyum Aura memudar secara perlahan. Dahinya mengernyit saat ia merasa kalo dia salah dalam berucap.Aduh! Apa ucapanku ada yang salah? tanya batin Aura melirik raut wajah sang kakek yang fokus pada makanannya. Perlahan, jari jemari tangannya yang mulus mulai mengambil makanan untuk dirinya sendiri.Selesai makan, kakek Rendra mulai menjawab pertanyaan dari Aura.
Baca selengkapnya
Calon cucu menantu
"Alhamdulillah, baik! Bagaimana dengan kamu? Berapa anak kamu?" tanya Ayah yang begitu penasaran dengan kehidupan sahabatnya itu.Sesaat, raut wajah yang tadinya bahagia perlahan memudar ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut ayah."Ada apa?" tanya Ayah mengusap bahu sahabatnya itu.Ayah memberikan minuman untuk sahabatnya itu."Minumlah! Maafkan aku jika telah menyinggung tentang kehidupanmu," kata Ayah merasa bersalah."Tidak apa!" jawab Dimaz mengamati usaha sahabatnya yang terbilang sangat kecil.Ayah tersenyum menatap sahabatnya yang berpenampilan bak seorang pengusaha yang sukses seperti mantan bossnya dulu. "Kenapa melihatku seperti itu? Apa aku sudah terlihat sangat tua?" tanya Dimaz memegang dagunya yang halus tanpa jenggot.Ayah terkekeh dengan apa yang terlontar dari mulut sahabatnya itu."Tidak. Justru kamu terlihat masih sangat muda," puji Ayah yang membuat tawa mereka pecah seketika.Ibu me
Baca selengkapnya
Untuk Arini
 "Jika iya! Bisa mati aku di hadapan Arini!" gumam Saka menghela nafas panjang.Sesaat, kedua matanya mengerling saat melihat arah jarum jam yang melingkar di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 4 sore."Apa dia sudah membeli gaun?" tanya Saka sembari mengetuk jari jemarinya tepat di atas meja. "Ah ... aku tak sabar melihatnya memakai gaun. Pasti terlihat sangat aneh," kata  Saka menyeringai.Di apartemenArini mengerling saat membaca sms dari saka. "Acara makan malamnya di apartemen, kakek ingin mencoba makanan yang kamu masak!" Pesan Saka yang membuat Arini berpikir."Makanan yang aku masak? Kenapa kakek Rendra ingin aku memasak untuknya? Aduh, kenapa harus sekarang, sih? Aku kan capek!" gerutu Arini memanyunkan bibirnya. Dengan wajah yang tak bersemangat, Arini menscroll kembali layar pipihnya. Lentik indah bulu matanya seakan tak berhenti mengerjap melihat  beberapa pesan berikutnya yang belum ia baca
Baca selengkapnya
Rencana pernikahan
"Tapi, kata dokter saka, kekasihnya itu sangat tomboy!" kata Nanda membantu Azti membungkus baju tersebut.Ternyata benar Arini orangnya? tanya batin Aura seakan tak percaya.Dengan cepat aura bersembunyi di balik  baju yang berjejer menggantung di depannya. Kedua matanya mengernyit melihat saka yang mulai pergi meninggalkan butik tersebut.Aura mendongak seraya mendesah sebal. Ia tak menyangka, mantan kekasihnya membelikan baju sebanyak itu pada orang yang ia benci.Di apartemen, Arini terperangah dengan apa yang ia lihat. Beberapa baju mahal  yang masih terbungkus rapi membuatnya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Kenapa bengong? Pilih salah satu! Sebentar lagi kakek akan datang ke sini," gumam saka sembari melihat ke arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Semua ini beneran untuk saya, Dok?" tanya Arini memastikan dan tak berhenti melihat label harga yang masih menempel di baju tersebut."Jika k
Baca selengkapnya
Kotak perhiasan untuk Arini
Di rumah, Arini terbelalak kaget melihat balasan dari dokter saka.Semua akan baik-baik saja, jika ayah dan ibu menerimanya!"What? Apa dia membalasnya dalam keadaan sadar? Jika ayah dan ibu menerimanya, otomatis pernikahan itu akan terjadi!" Arini menggigit bibir mungilnya yang memerah tanpa lipstik. Langkah kedua kakinya tak berhenti mondar-mandir ke sana kemari mencoba mencerna pesan dari Saka."Pernikahan?" tanya Arini duduk dan berpikir kembali."Apa mungkin aku menikah dengan dia?" Arini mulai merebahkan tubuhnya. Helaan nafas panjang terlihat jelas di dirinya. Kedua bola matanya terus memandang atap-atap rumahnya."Argh ... kenapa jadi seperti ini?" gumam Arini mengacak-acak rambutnya sambil memiringkan tubuhnya.Sejenak, kedua matanya menyipit menatap sepasang kaki yang terlihat di kolong meja.Perlahan, Arini mulai mendongak. Senyum manisnya tertoreh melihat ibu mengernyit ke arahnya."Ibu!" kata Arin
Baca selengkapnya
Lamaran
"Kamu ini bagaimana? Mereka pacaran sudah hampir 7 tahun. Bagaimana bisa kamu tak tau hal itu!"Tujuh tahun? Bagaimana bisa mereka bilang sama kakek seperti itu? Bukankah tujuh tahun itu saka berpacaran dengan Aura? batin Devian bertanya.Apa mereka ...?Tepukan keras sang kakek membuyarkan lamunan Devian. "Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu berniat tak mau menemani adik kamu setelah apa yang dilakukan adikmu begitu besar padamu selama ini?" Pertanyaan sang kakek membuat Devian tak bisa berkata-kata.Memang, selama ini ia banyak berhutang budi pada saka. Tapi, ia malah selalu menyakiti hati adiknya berulang kali tanpa saka sadari."Jika besok kalian sudah bertemu dengan keluarga Arini. Pastikan tanggal pernikahan mereka tepat di hari ulang tahun kakek!'"Devian mengernyit. Ia terkejut akan permintaan kakeknya yang terkesan sangat mendadak."Kek, ulang tahun kakek kan satu bulan lagi. Mana mungkin mereka mau melaksanakan per
Baca selengkapnya
Cantik
 Apa iya mereka ke sini untuk melamar Arini? batin ayah bertanya seraya menatap ke arah baju batik yang ia kenakan. Jika itu benar, aku sangat bersyukur mendapatkan menantu setampan dan sebaik nak saka.Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mewah mulai terlihat dari pertigaan yang menuju rumah Arini. Seketika, Ayah dan ibu berdiri. Senyum manis mulai tertoreh di diri mereka."Ayah, itu pasti saka dan keluarganya!" tunjuk ibu sumringah menyambut kedatangan sang calon menantu idaman."Iya, itu saka!" jawab ayah merapikan rambut dan kemeja yang terbilang sangat mahal bagi orang susah sepertinya.Sesaat, ayah dan ibu tak berhenti mengerjap ketika melihat saka dan keluarganya yang terlihat memang orang konglomerat. Setelan jas hitam yang melekat di diri dua kakak beradik itu, membuat ayah mengingat kembali momen di masa lalunya.Terlihat begitu jelas, cara membuka kacamata, cara berjalannya, mengingatkan ayah pada dua majikan kecilnya yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status