All Chapters of HASRAT CINTA PERTAMA: Chapter 11 - Chapter 20
83 Chapters
Part 11 : Diajak Nikah
 Diana kembali ke ruangannya di kantor. Seulas senyum hadir di bibirnya kala mengusap perutnya yang sedikit menyembul. Makan siang bersama pertamakalinya hanya berdua Ivan, pria yang melahap makanannya dengan nikmatnya itu, membuat Diana tanpa sadar ikut menghabiskan menu makan siangnya tak bersisa. Gulai kepala ikan yang dimakannya tadi benar-benar enak, ditambah dengan sikap Ivan yang mengajaknya mengobrol ini itu. Sangat berbeda dengan sikap pria itu kala mereka berada di kantor. Diana tidak mengira teman suaminya itu begitu menarik di luar kantor. Ia pun merasa nyaman ketika bersama Ivan yang dewasa dan menyenangkan.Suara dering ponselnya dari dalam tas, menyadarkan Diana dari memikirkan sosok Ivan. Terlihat nama yang memanggilnya itu ‘Teman Lama’. Ia belum menggantinya dengan nama Denny, sejak menyimpan nomor itu ketika pertama kali bertemu lagi empat bulan yang lalu.“Hallo ….” Diana menjawab pelan.
Read more
Part 12 : Jalan yang Tertutup
  Rumah orang tua Diana baru saja sepi dari para kerabat yang datang menghadiri acara arisan keluarga yang mereka adakan usai waktu Magrib tadi. “Ibu, Ayah. Ada yang ingin aku bicarakan,” pinta Diana begitu hanya mereka bertiga yang tersisa di ruang tengah rumah orang tuanya. “Mengenai apa, Diana? Ada masalah di kantormu kah?” tanya sang ibu sambil menatap putri sulungnya. “Bukan masalah di kantor, Bu. Hm … ini mengenai Denny. Ibu masih ingat ‘kan sama dia? Teman dekatku waktu kuliah dulu yang beberapa kali datang ke rumah ini.” “Oh, iya, Ibu ingat kok, apalagi pas kamu nikah sama Rey dulu, dia ‘kan yang datang mabuk-mabukan ke pesta kalian?” Ratih tertawa kecil mengingat pemuda yang datang ke pesta pernikahan anak sulungnya itu. “Iya, Bu, dulu aku memang meninggalkannya dan lebih memilih Mas Rey. Hm … empat bulan lalu aku ketemu Denny lagi pas acara reunian di kampus. Setelah Mas Rey meninggal, Denny jadi seri
Read more
Part 13 : Terus atau Putus?
  “Denny! Aku tidak akan menghalangi apa yang kau inginkan saat ini, tapi setelah ini aku tidak akan pernah mau menemuimu lagi,” ancam Diana begitu ada kesempatan buatnya untuk bicara di tengah-tengah aksi Denny di atas tubuhnya. Denny tertegun mendengar ancaman wanita yang sudah dibuatnya tidak berdaya. Berlahan ia melonggarkan jepitan tangannya di tubuh langsing Diana yang sudah terlihat pasrah tidur di atas jok mobil yang sudah direbahkan oleh laki-laki itu tadi. Tangannya pun kemudian kembali menarik tuas jok untuk menegakkan kembali sandarannya. Diana diam saja melihat Denny yang kemudian mengancingkan kembali baju yang dilepas paksa oleh pria itu tadi. “Maafkan aku, Na. Tadi temanku mengajak minum sebelum ketemu kamu. Aku benar-benar minta maaf ya, gak bisa kontrol emosiku barusan.” Denny mencium tangan Diana lama dengan napas yang masih terlihat memburu. Ia benar-benar sedang berusaha untuk tenang. “Aku mau pulang dulu, Den,” j
Read more
Part 14 : Bertemu Calon Mertua
  Denny menemui ibunya ke kamar. Terlihat sang ibu sedang melipat mukenanya, sepertinya baru saja selesai melaksanakan salat Zuhur. “Denny? Kamu pulang? Tumben?” Yanny bertanya dengan heran, karena biasanya jarang sekali sang putra pulang ke Balikpapan setiap minggu.  “Iya, Ma. Aku ngajak Diana ke sini, mau kuperkenalkan sama Mama,” jawab Denny sembari menyalami dan mencium tangan ibunya. “Mama ‘kan sudah bilang tidak mau dia jadi menantu mama, kenapa lagi kamu ajak dia ke sini sih, Den?” Yanny bertanya dengan malas, bahkan kemudian ia menuju ranjangnya, bersiap untuk istirahat siang. “Ma … jangan gitu dong, Ma. Tolong temui Diana sebentar. Kami udah jauh-jauh dari Samarinda ke sini lho, Ma,” bujuk Denny menyusul duduk di samping mamanya. Ia lalu meraih tangan sang ibu dengan tatapan memohon. “Baiklah, mama hanya sekedar menghormati tamu yang datang ke rumah ini, bukan berarti mama setuju dia menjadi calon
Read more
Part 15 : Pacar Pura-Pura
  Begitu Diana turun dari mobil yang membawanya ke bandara, ia langsung berjalan menuju pintu keluar penumpang bandara. Sekitar lima meter wanita yang sedang kecewa itu bisa melihat Ivan yang berdiri menunggu tidak jauh dari pintu keluar.  “Mas Ivan!” teriak Diana sembari melambaikan tangan. Ivan langsung melihatnya, segera pria tingi kekar itu berjalan menemui Diana sambil membawa koper kecilnya. “Ada acara apa ke Balikpapan, Bu?” tanya Ivan dengan tersenyum senang. Ia tidak menyangka akan bertemu Diana di Balikpapan dan akan pulang bersama dengan atasannya itu ke Samarinda. “Ibu-ibu! Kita bukan di lingkungan kantor lho, ya?” protes Diana dengan memanyunkan bibir seksinya. “Ya, deh. Hm … kenapa jauh-jauh menjemput aku ke sini? Belum juga sampe seminggu pisahnya?” goda Ivan lagi, membuat Diana yang sedang cemberut tersenyum lebar. “Mana mobilnya, Mas? Udah pesan ‘kan?” Diana mengalihkan pembica
Read more
Part 16 : Memilih Berpisah
  Diana baru saja akan beranjak tidur sekitar pukul sepuluh malam ketika ponselnya berbunyi. Denny yang menghubunginya. “Hallo ….” Diana bicara seolah-olah seperti orang baru tidur terbangun kembali. “Udah tidur aja, Na.” “Iya, capek banget bolak balik dari Balikpapan tadi,” jawab Diana dengan sengaja menguap. “Maaf ya, tadi kamu jadi kecewa gara-gara mamaku.” “Gak apa-apa, Den. Namanya juga orang tua tentu akan memilih yang terbaik buat pendamping anaknya. “Bagiku kamu yang terbaik, Na.” “Makasih, Den. Kamu masih menilaiku seperti itu, tapi kita harus melihat kenyataan, hm … maaf ya, Den. Sepertinya aku menyerah kali ini.” “Tidak bisa kah kita terus bersama, Na. Kita sudah sangat dewasa untuk menentukan kebahagiaan kita sendiri.” “Itulah yang aku belum bisa, Den. Terlalu banyak yang harus aku pertimbangkan. Orang tuaku, perusahaanku, dan aku harus memberi contoh
Read more
Part 17 : Permintaan Ibu
  Denny masih berdiri termangu menatap mobil yang membawa wanitanya pergi dari hadapannya. Hatinya benar-benar sakit menerima kenyataan pahit ini. Cinta tulusnya untuk Diana, kembali berdarah lagi seperti tujuh tahun yang lalu. Dulu Diana juga pergi meninggalkannya sama seperti saat ini ketika memberitahukan bahwa wanita itu akan menikah dengan laki-laki lain. Denny tahu, Diana selalu tegas dalam hal itu. Ia yakin wanita yang dicintainya itu akan melakukan apa yang diinginkannya, yaitu menjauh dari Denny. Lamunan Denny terhenti oleh suara ponselnya yang berbunyi. Terlihat di layar ponsel, adik bungsunya memanggil. “Kenapa, Karin?” Denny dengan malas mengangkat panggilan itu. “Mama pingsan, Kak!” “Apa?! Pingsan?” Denny tersentak kaget menyambung suara teriakan adiknya di seberang sana. “Iya, sejak Kak Denny berangkat ke Samarinda tadi pagi, mama terus menangis di kamarnya. Barusan aku mau ajak sarapan, ternyata
Read more
Part 18 : Kencan Dadakan Dalam Bioskop
  Sudah dua minggu lamanya Denny tidak juga menghubungi Diana. Meski masih penasaran, akhirnya Diana pun membiarkan saja. Ia pikir Denny pasti sudah menerima keputusannya agar mereka tidak melanjutkan hubungan lagi. Namun, ketenangan Diana akhirnya terusik, ketika Denny tiba-tiba mengirim pesan padanya. Saat itu Diana sedang asyik menonton serial Mak Beti yang sebulan terakhir ini selalu ditontonnya di chanel youtube yang tersambung di televisi dalam kamarnya. Acara humor yang dibuat oleh youtuber terkenal Arief Muhammad itu cukup mampu membuat Diana terhibur di tengah kesepian yang menderanya. Malam Minggu ini pun hanya dihabiskannya untuk menonton acara itu.  Teman LamaNa, apa kabar? Semoga kamu selalu sehat, yaaNa, aku mengajukan pindah kerja ke Balikpapan. Sekarang aku sedang cuti. Ibuku sakit dan sempat dirawat di rumah sakit selama seminggu.Na, sebenarnya aku ingin pamit dan bertemu kamu untukterakhir kalinya, tap
Read more
Part 19 : Cinta Menyapa Saat Kecewa
Diana menatap wajah tampan dengan berewok tipis yang tercukur rapi itu dengan pandangan lembut. Hatinya benar-benar ajaib, bisa dengan begitu cepatnya berpindah ke sosok yang terus saja memberi kemesraan padanya saat ini. “Kamu serius, Mas? Bagaimana dengan keluargamu? Apakah nanti mereka juga akan setuju kamu menikahi seorang janda beranak empat?” “Kamu lupa, Diana. Aku juga seorang duda dengan satu orang anak. Malah orang tuaku di Jawa sana akan senang melihat aku menikah kembali, daripada aku hidup sendiri di sini. Sudah setahun lho, aku tidur hanya memeluk guling,” jawab Ivan sambil tersenyum menawan. Tangan kekarnya kembali memeluk tubuh Diana erat, seakan ia ingir lebur bersama tubuh langsing milik bos nya di kantor itu. “Aku bahagia bersamamu, Mas. Dalam sekejab, kamu bisa mengobati luka hatiku.” Diana kembali merebahkan kepalanya di bahu kekar itu.  “Aku juga sangat bahagia malam ini, terima kasih sudah menerimaku di hatim
Read more
Part 20 : Ulah Mantan Mertua
  Diana dan Ivan mengajak anak-anak mereka ke arena bermain yang terdapat di Bigmall Samarinda. Pasangan yang sedang dimabuk asmara itu kemudian menitipkan pengawasan anak-anak mereka kepada dua orang babysitter yang ikut diajak Diana. Keduanya kemudian menunggu di restoran Amerika yang tidak terlalu jauh dari tempat itu. Mereka duduk berdampingan di kursi sofa yang tersedia di restoran itu. Usai memesan minuman, tangan Ivan langsung meraih tangan wanita yang duduk di sampingnya. Diana menatap wajah tampan yang sejak semalam sudah mulai menyita pikirannya. Menyingkirkan bayangan almarhum suaminya dan mantan pacarnya sekaligus. Ia pun masih heran bercampur takjub akan hatinya yang bisa beralih secepat itu kepada pria yang ada di sisinya kini. “Nanti setelah kita resmi menikah, kamu mau bulan madu ke mana, Sayang?” tanya Ivan sembari mencium jemari tangan Diana. Matanya tiada lepas memandang wajah cantik nan mempesona sang kekasih. Bagai mimpi
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status