HASRAT CINTA PERTAMA

HASRAT CINTA PERTAMA

By:  Desma Limb  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
22 ratings
83Chapters
13.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Diana Angelina tak menyangka, perjalanan hidupnya akan terjebak oleh cinta pertama yang belum usai dari Denny Permana--mantan pacarnya masa kuliah dulu. Padahal sudah tujuh tahun berlalu, wanita berusia 30 tahun itu pergi meninggalkan Denny demi ingin menikah dengan pria baru yang lebih menarik hatinya. Denny tak sendiri merasakan rasa sakit akan kegagalan cinta pertamanya. Suatu kebetulan, Denny dekat dengan Eliana, seorang wanita yang juga tidak bisa move on dari cinta pertama yang tak bersambut pada Ivan Sanjaya yang mempunyai hubungan khusus dengan Diana. Cara kotor pun mereka lakukan demi ingin menuntaskan hasrat cinta pertama yang tak pernah padam di hati mereka.

View More
HASRAT CINTA PERTAMA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Kho Yenni
bagus ceritanya, boleh dibaca
2022-09-05 09:20:24
1
user avatar
Desma Limb
Akhirnya ... cerita ini Tamat juga di bab 83... makasih, bagi teman2 yg sudah mengikuti dari awal sampai akhir...
2022-04-23 10:20:52
0
user avatar
Desma Limb
usai sebulan libur up bab baru, hari ini mood datang kembali, dua bab baru sudah up yaa...
2022-04-19 13:44:54
1
user avatar
Desma Limb
Hari ini sudah up 2 bab yaa, semoga minggu ini bisa Tamat...
2022-03-16 20:27:17
0
user avatar
fanny tedjo pramono
semangat update ditunggu ya guys
2022-03-12 17:48:36
1
user avatar
Desma Limb
Bab 59 dan 60 sudah up yaa...
2022-02-27 21:18:06
0
user avatar
fanny tedjo pramono
ceritanya bagus ditunggu update thor
2022-02-23 20:48:53
1
user avatar
Desma Limb
Bab 52 baru up hari ini...
2022-01-25 19:35:52
0
user avatar
Desma Limb
Bab 50 sudah up yaa, trims bagi teman2 yg mampir baca karya saya ini...
2021-12-15 17:17:19
0
user avatar
Desma Limb
Sudah up Bab 49 hari ini yaa...
2021-12-11 12:25:29
0
user avatar
Desma Limb
Hari ini sudah up Bab ke 47 yaa...
2021-11-28 14:14:50
0
user avatar
Relaxaaaid
Janda Idaman para pria ...
2021-11-03 06:16:54
1
user avatar
Mini Yuet
Semangat Thor. Janda gak mau kalah kayaknya.
2021-10-31 20:37:56
1
user avatar
Cucu Suliani
Diana jadi bingung,,
2021-10-17 14:46:46
1
user avatar
Lolitta
Janda memang mempesona ......
2021-10-17 14:43:36
1
  • 1
  • 2
83 Chapters
Part 1 : Suami Dingin
Pagi itu, Diana terbangun duluan, sang suami masih dalam posisi memeluknya dari belakang. Pelan, Diana meraba sesuatu yang menyentuh kulitnya. Sesuatu yang membuat Diana merasa terbakar. "Ayo, ambil itunya," bisik Rey yang ternyata sudah terbangun karena ulah istrinya. Diana tidak perlu berdiri mengambil barang yang diminta sang suami dari laci meja riasnya, ia dengan cepat mengambil benda kecil yang sudah disiapkannya di bawah bantal setiap malam. Ia harus disiplin sendiri kalau tidak ingin anak kelima mereka akan hadir. Si bungsu baru berusia enam bulan saat ini. Diana memang sangat subur, sekali saja berhubungan suami istri tanpa memakai pengaman, bulan depan dipastikan ia akan hamil. Terbukti dari dua orang anak terakhirnya yang lahir setahun sekali. Begitu juga dengan anak pertama dan anak keduanya yang berjarak hanya setahun saja. Diana sudah pernah memakai alat kontrasepsi, tapi tubuhnya tidak cocok dengan salah satu alat tersebut. Akhirnya, hanya si latex itulah yang dipaka
Read more
Part 2 : Budak Cinta
Diana baru akan merebahkan tubuhnya di pembaringan berukuran besar yang ada dalam kamarnya, ketika ponselnya di atas nakas berbunyi. Dilihatnya jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. “Mungkin Mas Rey yang telpon,” pikir Diana buru-buru mengambil ponselnya.Namun, ternyata itu panggilan dari Denny, sang mantan yang siang tadi ditemuinya di mall. “Hallo ... ada apa telpon malam-malam, Den?" tanya Diana pelan. [Iseng aja! Hm ... aku tebak pasti suamimu belum pulang, 'kan?] “Kok, kamu tahu?” tanya Diana seperti orang bodoh. [Ya, tahulah. Kalau ada suamimu, mana berani kamu mengangkat teleponku, iya, 'kan?] “Kamu mau apa, Den? Mau terus mengejekku?” tanya Diana ketus ketika terdengar Denny tertawa geli. [Maaf, Diana. Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya ingin bertemu kamu lagi besok siang, bisa 'kan?] “Buat apa, Den? Aku tuh udah istri orang dan beranak empat, untuk apa kamu masih mau menemuiku?” [Karena aku tahu kamu gak bahagia, Diana.] “Siapa bilang? Aku bahagia,
Read more
Part 3 : Mantan Pacar yang Menggoda
 Denny melambaikan tangannya begitu melihat Diana yang berjalan masuk ke dalam kafe. Wanita itu terlihat sangat menawan dengan rambut panjangnya yang diwarnai pirang, kacamata berlensa coklat menghiasi wajah cantiknya yang putih bersih. Siapa yang menyangka di pinggang ramping itu pernah melahirkan empat orang anak.“Sorry, Den. Nidurin anak-anak dulu, repot kalau harus membawa mereka.” Diana menghenyakkan body aduhainya di kursi kafe paling pojok yang dipilih Denny.“Gak apa-apa, aku juga baru tiba kok,” jawab Denny sambil tersenyum tipis. Padahal ia sudah satu jam menunggu di kafe itu.“Kamu mau makan apa, Diana?” Denny menyodorkan buku menu makanan ke hadapan Diana.“Aku pesan minuman aja deh, barusan habis makan di rumah.”“Jus alpukat?” “Kamu masih aja ingat sama minuman kesukaanku?” senyum Diana memamerkan gigi
Read more
Part 4 : Kejutan yang Tragis
  “Denny? Kamu juga datang?” Diana berusaha untuk tenang dari pesona sang mantan yang dulu sangat jauh berbeda. Kini sosok Denny benar-benar berbeda. Tidak pecicilan dan berantakan seperti saat mereka masih pacaran masa kuliah dulu. “Aku juga alumni kampus kita ‘kan?” tegur Denny dengan senyum smirk-nya. “Hm … iya, sih. Soalnya reuni tahun-tahun lalu kamu gak pernah datang.” “Belum tertarik, baru kali ini kepengen datang.”  “Pasangannya mana, nih? Kok laki-laki setampan kamu datang sendiri,” goda Diana berusaha menghilangkan kekakuan antara mereka.“Udah ada kamu ‘kan yang jadi pasanganku malam ini, buktinya kamu juga datang sendiri.” Denny tertawa lebar hampir seperti mengejek.Diana bingung mau menjawab apa, untung saja matanya melihat Riska datang menghampiri. &l
Read more
Part 5 : Rahasia Sang Suami
 “Bu, ada apa? Kok Ibu bisa pingsan begini?” Bau minyak kayu putih yang menyengat di hidungnya membuat Diana pelan membuka matanya. Terlihat Santi--babysitter anaknya serta si bungsu yang menangis menjerit dalam troly-nya, mungkin karena sang pengasuh masih sibuk menyadarkan Diana. Sesaat kemudian Diana bangkit dari tidurnya dan mulai menangis lagi, begitu teringat akan berita kecelakaan suaminya tadi. Setelah cukup tenang, ia meraih ponsel yang tergeletak jatuh di lantai. Diana memencet kembali nomor terakhir yang menghubunginya tadi.[Hallo, Bu? Anda tidak apa-apa?]“Dimana sekarang suami saya, Pak?” tanya Diana langsung tanpa menjawab pertanyaan dari polisi yang masih memegang ponsel suaminya.[Sudah dibawa ke Rumah Sakit AW Syahrani Samarinda, Bu, karena menurut penumpang yang selamat, alamat mereka di kota Samarinda.]“Memangnya ada penumpang yang selamat, Pak?&rdqu
Read more
Part 6 : Ternyata Jadi Istri Kedua
  Diana duduk termenung menatap bunga-bunga mawar yang bermekaran di depan jendela kamarnya. Sudah seminggu ia mengurung diri di kamar. Kepergian Rey begitu mengguncang perasaannya. Apalagi setelah mendengar semua rahasia yang disembunyikan dengan rapi oleh sang suami selama pernikahan mereka. Padahal tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Diana benar-benar mengutuk kebodohannya selama ini.  “Mas Rey … kenapa kau sakiti aku seperti ini, Mas ….” Air mata membasahi pipi mulusnya. Isak tangisnya kembali terdengar kala mengingat laki-laki yang sudah mengambil semua cinta yang ada di hatinya. Diana masih saja merasa tidak percaya akan semua kenyataan ini. Bagaimana pun juga ia mencoba untuk berdamai dengan apa yang sudah terjadi, tetapi hatinya masih saja terasa sakit, menyesak seluruh rongga di dadanya. Suara ketukan di pintu kamarnya tidak membuat Diana menoleh dari tatapannya yang masih terpaku pada kupu
Read more
Part 7 : Direktur yang Mempesona
  Hari-hari terus berjalan dan dilewati Diana tanpa terasa. Rasa kehilangannya terhadap sang suami juga sedikit demi sedikit bisa berkurang. Apalagi kesibukan barunya sebagai Direktur di perusahaan peninggalan suaminya itu, bisa mengalihkan kesedihan dan kedukaannya atas kepergian Reynaldi. Diana tidak terlalu mencampuri ke dalam operasional perusahaan, ia percaya Ivan mampu menangani semua yang berhubungan dengan pengembangan perusahaan baik di dalam perusahaan maupun di lapangan. Diana hanya mengawasi dari segi keuangan dan menanda-tangani semua surat-surat penting yang dibutuhkan oleh perusahaan.  Tiga bulan pun berlalu. Selama itulah Diana melewati malam-malam sepinya sendiri. Meskipun terlambat mengetahui bahwa suaminya ternyata juga milik wanita lain, tetapi Rey selama ini juga selalu ada di sisinya setiap malam. Alasan ke luar kota pun juga tidak pernah lama. Sekarang Diana baru sadar, mungkin ketika sang suami pamt ke luar kota adala
Read more
Part 8 : Mendadak Dilamar
  Beberapa saat Diana tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh tak disangkanya, Denny akan melamarnya seperti ini. Wanita yang baru menjanda selama tiga bulan itu hanya diam terpaku menatap lelaki yang juga tengah menatapnya tajam. Ia kemudian mengerjapkan mata dan menelan saliva yang tiba-tiba terasa seret di tenggorokan. “Sepertinya kamu butuh minum, Na.” Denny dengan tersenyum menuangkan coca cola soft drinks yang di atas meja ke dalam gelas kosong yang memang sudah disediakannya untuk sang pujaan hati. “Nih, minumlah,” ujar Denny sembari menyodorkan gelas bertangkai lancip itu.Diana menyambut gelas itu, kemudian meneguknya sedikit. “Hm … jadi bagaimana dengan lamaranku tadi? Masa iddahmu ‘kan sudah berakhir, aku ingin menjadi suamimu secepatnya,” lanjut Denny to the point. “Den … kamu sudah pikirkan masak-masak belum? Aku tuh janda dengan anak empat lho? Bagaimana dengan tanggapan orang tuamu nanti? Teman-temanmu?” ceca
Read more
Part 9 : Jauh dari Restu
  Akhir pekan itu Denny pulang ke rumah orang tuanya di Balikpapan. Jaraknya hanya sekitar dua jam saja dari kota Samarinda. Dua atau tiga kali sebulan, Denny selalu mengunjungi ibu dan kedua adik perempuannya di kota kelahirannya itu. Denny tiba sekitar pukul tujuh malam di rumah orang tuanya. Sang ibu langsung mengajak putra kesayangannya itu makan malam berdua. Kedua adik perempuan Denny kebetulan sedang tidak berada di rumah pada saat itu. “Ma, ada yang ingin aku bicarakan sama Mama,” ucap Denny ketika mereka usai makan malam. Ia ingin segera meminta restu dari ibunya untuk menikahi Diana. “Wah, kebetulan nih, Den. Mama juga ada yang mau dibicarakan sama kamu,” jawab Yanny—sang ibu dengan wajah berseri-seri. “Mengenai apa, Ma?” Denny balik bertanya begitu melihat ibunya yang lebih antusias ingin bicara sesuatu dengannya.  “Kamu ingat gak sama Susana putrinya Tante Ning, tetangga kita dulu waktu tinggal di dekat Se
Read more
Part 10 : Galaunya Seorang Janda
Diana menatap lagi ponselnya untuk ke sekian kalinya. Sudah tiga hari berlalu, tidak ada kabar berita dari Denny sama sekali. Padahal Denny berjanji akan segera mengabarinya hari Senin kemarin sepulang dari Balikpapan. Namun, sampai hari Selasa ini tidak ada juga kabar samasekali dari pria yang beberapa hari lalu begitu ngotot ingin menikahinya. “Apa Denny marah gara-gara penolakanku beberapa hari yang lalu?” pikir Diana galau. Pikirannya kembali melayang pada kejadian di siang hari Jumat itu. Sebenarnya Diana sedikit menyesal dengan kejadian itu, serasa dirinya begitu murahan, tapi ia tetap harus mengakui bahwa aura memikat laki-laki itu begitu kuat. Ia tidak mampu menolaknya. Apalagi sudah tiga bulan ia tidak merasakan sentuhan yang memabukkan dari seorang laki-laki. Diana menghela napas sekali lagi. Ia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi sambil menengadahkan kepala. Matanya terpejam. Kembali lagi, bayangan ti
Read more
DMCA.com Protection Status