Begitu Diana turun dari mobil yang membawanya ke bandara, ia langsung berjalan menuju pintu keluar penumpang bandara. Sekitar lima meter wanita yang sedang kecewa itu bisa melihat Ivan yang berdiri menunggu tidak jauh dari pintu keluar.
“Mas Ivan!” teriak Diana sembari melambaikan tangan.Ivan langsung melihatnya, segera pria tingi kekar itu berjalan menemui Diana sambil membawa koper kecilnya.“Ada acara apa ke Balikpapan, Bu?” tanya Ivan dengan tersenyum senang. Ia tidak menyangka akan bertemu Diana di Balikpapan dan akan pulang bersama dengan atasannya itu ke Samarinda.“Ibu-ibu! Kita bukan di lingkungan kantor lho, ya?” protes Diana dengan memanyunkan bibir seksinya.“Ya, deh. Hm … kenapa jauh-jauh menjemput aku ke sini? Belum juga sampe seminggu pisahnya?” goda Ivan lagi, membuat Diana yang sedang cemberut tersenyum lebar.“Mana mobilnya, Mas? Udah pesan ‘kan?” Diana mengalihkan pembicaHm ... susah nih, mau jadi istri Denny harus acc emaknya dulu, wkwkwk
Diana baru saja akan beranjak tidur sekitar pukul sepuluh malam ketika ponselnya berbunyi. Denny yang menghubunginya. “Hallo ….” Diana bicara seolah-olah seperti orang baru tidur terbangun kembali. “Udah tidur aja, Na.” “Iya, capek banget bolak balik dari Balikpapan tadi,” jawab Diana dengan sengaja menguap. “Maaf ya, tadi kamu jadi kecewa gara-gara mamaku.” “Gak apa-apa, Den. Namanya juga orang tua tentu akan memilih yang terbaik buat pendamping anaknya. “Bagiku kamu yang terbaik, Na.” “Makasih, Den. Kamu masih menilaiku seperti itu, tapi kita harus melihat kenyataan, hm … maaf ya, Den. Sepertinya aku menyerah kali ini.” “Tidak bisa kah kita terus bersama, Na. Kita sudah sangat dewasa untuk menentukan kebahagiaan kita sendiri.” “Itulah yang aku belum bisa, Den. Terlalu banyak yang harus aku pertimbangkan. Orang tuaku, perusahaanku, dan aku harus memberi contoh
Denny masih berdiri termangu menatap mobil yang membawa wanitanya pergi dari hadapannya. Hatinya benar-benar sakit menerima kenyataan pahit ini. Cinta tulusnya untuk Diana, kembali berdarah lagi seperti tujuh tahun yang lalu. Dulu Diana juga pergi meninggalkannya sama seperti saat ini ketika memberitahukan bahwa wanita itu akan menikah dengan laki-laki lain. Denny tahu, Diana selalu tegas dalam hal itu. Ia yakin wanita yang dicintainya itu akan melakukan apa yang diinginkannya, yaitu menjauh dari Denny. Lamunan Denny terhenti oleh suara ponselnya yang berbunyi. Terlihat di layar ponsel, adik bungsunya memanggil. “Kenapa, Karin?” Denny dengan malas mengangkat panggilan itu. “Mama pingsan, Kak!” “Apa?! Pingsan?” Denny tersentak kaget menyambung suara teriakan adiknya di seberang sana. “Iya, sejak Kak Denny berangkat ke Samarinda tadi pagi, mama terus menangis di kamarnya. Barusan aku mau ajak sarapan, ternyata
Sudah dua minggu lamanya Denny tidak juga menghubungi Diana. Meski masih penasaran, akhirnya Diana pun membiarkan saja. Ia pikir Denny pasti sudah menerima keputusannya agar mereka tidak melanjutkan hubungan lagi. Namun, ketenangan Diana akhirnya terusik, ketika Denny tiba-tiba mengirim pesan padanya. Saat itu Diana sedang asyik menonton serial Mak Beti yang sebulan terakhir ini selalu ditontonnya di chanel youtube yang tersambung di televisi dalam kamarnya. Acara humor yang dibuat oleh youtuber terkenal Arief Muhammad itu cukup mampu membuat Diana terhibur di tengah kesepian yang menderanya. Malam Minggu ini pun hanya dihabiskannya untuk menonton acara itu. Teman LamaNa, apa kabar? Semoga kamu selalu sehat, yaaNa, aku mengajukan pindah kerja ke Balikpapan.Sekarang aku sedang cuti. Ibuku sakit dan sempat dirawatdi rumah sakit selama seminggu.Na, sebenarnya aku ingin pamit dan bertemu kamu untukterakhir kalinya, tap
Diana menatap wajah tampan dengan berewok tipis yang tercukur rapi itu dengan pandangan lembut. Hatinya benar-benar ajaib, bisa dengan begitu cepatnya berpindah ke sosok yang terus saja memberi kemesraan padanya saat ini. “Kamu serius, Mas? Bagaimana dengan keluargamu? Apakah nanti mereka juga akan setuju kamu menikahi seorang janda beranak empat?” “Kamu lupa, Diana. Aku juga seorang duda dengan satu orang anak. Malah orang tuaku di Jawa sana akan senang melihat aku menikah kembali, daripada aku hidup sendiri di sini. Sudah setahun lho, aku tidur hanya memeluk guling,” jawab Ivan sambil tersenyum menawan. Tangan kekarnya kembali memeluk tubuh Diana erat, seakan ia ingir lebur bersama tubuh langsing milik bos nya di kantor itu. “Aku bahagia bersamamu, Mas. Dalam sekejab, kamu bisa mengobati luka hatiku.” Diana kembali merebahkan kepalanya di bahu kekar itu. “Aku juga sangat bahagia malam ini, terima kasih sudah menerimaku di hatim
Diana dan Ivan mengajak anak-anak mereka ke arena bermain yang terdapat di Bigmall Samarinda. Pasangan yang sedang dimabuk asmara itu kemudian menitipkan pengawasan anak-anak mereka kepada dua orang babysitter yang ikut diajak Diana. Keduanya kemudian menunggu di restoran Amerika yang tidak terlalu jauh dari tempat itu.Mereka duduk berdampingan di kursi sofa yang tersedia di restoran itu. Usai memesan minuman, tangan Ivan langsung meraih tangan wanita yang duduk di sampingnya. Diana menatap wajah tampan yang sejak semalam sudah mulai menyita pikirannya. Menyingkirkan bayangan almarhum suaminya dan mantan pacarnya sekaligus. Ia pun masih heran bercampur takjub akan hatinya yang bisa beralih secepat itu kepada pria yang ada di sisinya kini. “Nanti setelah kita resmi menikah, kamu mau bulan madu ke mana, Sayang?” tanya Ivan sembari mencium jemari tangan Diana. Matanya tiada lepas memandang wajah cantik nan mempesona sang kekasih. Bagai mimpi
“Ayo, Mas. Kita ke hotel Horison sebelah aja. Biar aku suruh Leo yang jemput anak-anak kesini,” balas Diana tak kalah semangatnya. Darahnya juga sudah menumpuk di kepala, kembali menutupi akal sehatnya, sesuatu yang minta pelepasan. Ia juga ingin menghilangkan semua resah yang melanda saat ini. Diana kembali ke tempat duduknya semula, sembari merapikan blusnya yang sudah tak karuan oleh tangan liarnya Ivan barusan, sedangkan Ivan menyandarkan kepalanya di jok mobil sambil memejamkan matanyanya. Ia berusaha keras menurunkan hasratnya yang membara. Diana baru saja akan menghubungi Leo, sepupunya yang sudah biasa menjemput anak-anaknya sekolah tiap hari, ketika malah ada nada panggil masuk ke ponselnya. Dari Sinta, babysitter anaknya. “Iya, Hallo, Sinta. Ada apa?" tanya Diana sedikit terburu. “A-anu, Bu. Kevin jatuh pas main trampolin, Bu.” “Kevin jatuh?! Bagaimana keadaannya sekarang?” Diana bertanya kaget.
Ivan dan Diana baru saja selesai makan malam bersama anak-anak mereka ketika tamu yang tidak mereka duga datang tiba-tiba. Kedua orang tua Diana. “Bagaimana keadaan Kevin?” tanya ibunya Diana begitu sang putri datang menghampiri orang tuanya yang baru datang. “Enggak apa-apa katanya dokter, Bu. Kok Ibu tahu?” Diana balik bertanya heran. “Tadi sore ibu telpon kamu, tapi gak diangkat, terus ibu telpon ke Sinta. Katanya kamu lagi bawa Kevin ke dokter,” balas Ratih sembari melangkah ke ruang tengah yang menjadi satu dengan ruangan makan. Orang tua Diana cukup kaget begitu melihat ada Ivan yang masih duduk bersama anak-anak di kursi makan. Ivan segera bangkit dan menyalami orang tua Diana. “Eh, ada Ivan di sini?” tanya Ratih heran. “Iya, Bu. Tadi saya bertemu Diana dan anak-anak di arena bermain Bigmall, terus sekalian ke sini, habis antar Kevin ke dokter. “Oh gitu? Untung ada kamu juga di
Diana baru saja selesai mengunci pintu rumahnya begitu kedua orang tuanya pulang dari rumahnya, ketika terdengar suara ponselnya berbunyi dari arah meja ruang tengah. Ia bergegas berjalan menghampiri benda yang terus bernyanyi dengan ringtone yang masih suaranya Rimar Idol.“Hallo, Masku, Sayang?” Diana langsung menjawab dengan mesra panggilan dari sang kekasih hati.“Hallo … calon istriku? Sudah tidur?”“Belum, Mas. Ayah dan ibu baru saja pulang.” Diana mengempaskan tubuhnya di sofa dan menyelonjorkan kedua kakinya ke atas sofa panjang itu. Lalu meletakkan kepalanya berbantalkan tangan sofa.“Hm … terus bagaimana? Kamu sudah kasih tahu orang tuamu belum tentang hubungan kita?”“Sudah, Mas. Kebetulan ayah dan ibu datang gara-gara papa juga telepon mereka sore tadi setelah telepon aku. Ayah dan ibu mau tahu jawabanku atas lamaran Willy.&rd