All Chapters of Katakan Saja Ini Takdir: Chapter 51 - Chapter 60
91 Chapters
50. Menebus Kesalahan
"Shane, I'm so sorry. I can't conceal my anxiety to know what you think about it.""So quickly tell me everything about you, Rose. Tidak ada sisa. Kau sampai menculikku, astagaaa. Kau serius!!!"Rose meraub banyak sekali oksigen lalu menghembuskan karbondioksida dengan pelan-pelan. Jemari sedikit bergetar itu mengambil jus yang sudah disiapkan oleh pramugari private jet yang tengah keduanya tumpangi."No. Aku tidak akan bercerita panjang lebar. Sudah tahu 'kan sedari tadi aku diam. Aku hanya ingin minta maaf dan akan menunjukkan langsung di depanmu. Apa yang aku alami, dan semua kenyataan akan terungkap setelah kita mendarat di Singapura. Ini penebusan salahku untukmu, Shane. So, dengan waktu kurang dari dua jam ini, kita nikmati saja perjalanan. Sisakan tenaga untuk nanti. Anggap saja jet ini milikmu sendiri."Shane terbengong. Mencerna kalimat begitu panjang jujur saja membuat ia menelan ludah dengan payah. Rose dengan membawa rahasia akhirnya akan meng
Read more
51. Lemparan bola basket Leon
"Posisi masih lantai satu, Kak Haikal siap-siap retas."Haikal yang sedang mematung dengan wajah pucat pasi disisi penyuruh seakan tak mendengar. Antara takut dan takut, tidak ada pilihan, menolak bakalan hancur lebur alat elektroniknya atau berbagai ancaman lainnya membuntut di belakang, dan menurut bakalan hancur masa depan si Ujang di bawah sana, iya, seseorang menyumpahi akan menyunat ulang jika melanggar aturan akibat menuruti kata bocah disampingnya."Boleh aku terjun saja dari jendela sana." Haikal berbicara polos sembari menunjuk arah jendela di samping kiri."Beloh, silahkan." Seriangaian itu tercipta dibibir kecil lawan bicara."Ayolah Le. Kenapa tidak kau saja!!""Kalau aku sudah pasti ketahuan, Kak. Lagian Kak Haikal pakai nama abal-abal lah, nanti langsung aku hapus datanya biar nggak ketahuan."Haikal pusing. Kenapa bocah ini selalu berputar-putar. Jika menuntut keahlian, jelas saja Haikal kalah talak. "Sama saja, Le. Sekalian
Read more
52. Kebingungan Dera
Dera mana bisa tenang setelah cucunya menutup sambungan telepon sepihak saat ia saja belum selesai menuntaskan rasa penasaran perihal Vee dengan kehebohan di media sosial. Ibu mana yang tidak khawatir. Bohong jika Dera sama sekali tidak perduli dengan putra satu-satunya itu. Mungkin Dera memang sedang menghukum Vee, tapi tidak serta merta juga menghilangkan hati nurani. Tapi jika kejadiannya sudah seperi ini; seperti berita yang baru saja Dera saksikan lewat ponselnya—Vee yang sedang berpelukan dengan Zara—maka Dera tidak bisa tinggal diam saja. Dera sudah cukup lega saat Vee tersadar jika sudah Zara bohongi dengan habis-habisan. Dera juga sempat mengelus dada melepas himpitan yang selalu menyesakkan saat Vee tak kunjung membuka mata akan kebenaran. Lalu apa ini? Cucunya baru saja mengatakan jika akan mengurus Daddynya. Artinya Leon sekarang bersama Vee bukan? Dera tidak tenang. Maka dari itu, langkah besarnya menuju Hotel Diamond Sand untuk menuntaskan rasa
Read more
53. Leon bingung
"Sangat, sangat aman."(Jangan kawatir, semua akan baik baik saja)Leon meletakkan ponselnya di atas nakas tepat di samping ranjang dimana ada pria tampan sedang terkulai lemas dengan kulit memucat. Bocah itu baru saja menelpon Yogi, memastikan tindakan brutalnya bisa dimaafkan apa tidak."Kau boleh menembak kepala ayahmu kalau kau mau."Pernah Yogi mengatakan itu pada Leon saat dulu, seketika itu, Leon merasakan bulu kudunya meremang. Tidak mungkin juga ia melakukannya, meskipun ia membenci ayahnya, namun perasaan.....entahlah, Leon tidak bisa mendeskripsikan. Bocah laki-laki itu hanya punya satu keinginan saat besar nanti, setidaknya itu adalah rencana yang Leon pikirkan saat pertama kali mencuri dengar pembicaraan Rose dan Jeffry.Aku tidak menyalahkan dan membenarkan pendapatmu Jeff. Semua ada dikeputusanku, aku akan mengenalkan anak-anak pada Vee saat usia mereka sudah cukup, setidaknya 17 tahun adalah usia yang matang dan nggak telat-telat ba
Read more
54. Kedatangan Rose
"Hotel Diamond Sand."Rose mengatakan itu kepada driver yang sudah disiapkan oleh Jeffry. Masih ingat bukan jika pria yang berstatus menjadi ayah Lily itu sangat sigap dalam segala situasi. Andai saja Rose bisa jatuh cinta dengannya, maka keadaan tidak akan serumit ini jadinya.Perasaan orang tidak ada yang bisa mengendalikan. Dipaksa bagaimanapun jika tidak ada rasa mau bagaimana. Tidak mau bertindak egois, Rose tidak mau membebankan pria lajang sebagai suaminya ditambah lagi harus mengasuh anak yang bahkan darahnya saja tidak mengalir darinya."Tunggu, hotel Diamond?" Shane bertanya saat mobil itu sudah melaju dengan kecepatan sedang.Rose mengangguk, wanita itu sepertinya paham apa yang ada dikepala Shane dengan segala pertanyaan yang menggantung disana. "Aku mau nemuin Vee."Shane membola di matanya. Tampak terkejut, sudah jelas, tapi otak wanita itu justru memikirkan hal lain. "Karena pekerjaan?" Tanyanya. "Kenapa kita harus menganggu liburan
Read more
55. Daddy dan Leon
"Hai," sapanya dengan raut datar.Pria yang baru saja terbangun di atas bangsal rumah sakit itu sedikit meringis merasakan kepalanya yang pening. Namun saat setelah mendengar nada sapaan yang seharusnya terdengar ramah ditelinga; Vee menoleh pada sang penyapa yang sudah berdiri di samping kanannya dengan melipat tangan di bawah dada.Lidah Vee kelu, bahkan mulutnya hanya mampu ternganga, menutup, lalu ternganga lagi, lalu menutup lagi, matanya kesusahan untuk fokus, tangannya berusaha menepuk kedua pipi, ini bukan mimpi, begitulah ia meyakinkan dirinya jika yang dilihatnya bukan hanya yang mampu ia bayangkan selama ini."Hai, Dad, senang bertemu denganmu, perkenalkan, namaku Leon. Putramu, kembaran Lily."Sekali lagi. Leon mengatakan dengan sangat teramat datar, bahkan adat mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan tidak ia lakukan. Mungkin memang Leon tidak ada minat, walaupun ia sendiri tahu jika jantungnya berdetak tak karuan menahan kerinduan.
Read more
56. Kecerdikan Vee
Leon mencureng menatap ayahnya yang beberapa saat lalu tak merasa terkejut akan informasi yang disampaikan Leon tentang Dera yang sebentar lagi akan datang.Ada fakta yang memang tak diketahui bocah itu.Oke. Vee memang tahu tentang semuanya.Tentang Leon yang tinggal dengan ibunya yaitu Dera.Tentang Leon yang sudah menjadi anak kedua ibunya.Tentang Leon yang bersembunyi dari semua orang bersama ibunya.Berkat James, Jaeko dan juga usahanya, mereka mampu menggali informasi tentang keberadaan ibunya yang menghilang dengan sangat misterius, yang sayangnya selama ini tidak berusaha dicari oleh Vee.Vee memulai pencarian saat Jaeko bercerita jika sosok pria kecil yang berada di dalam CCTV lapangan basket adalah orang yang persis seperti kembaran Lily, nama pun juga sama bukan. Makanya, Vee langsung berasumsi banyak hal. Apalagi saat Rose dengan terang-terangan menunjukkan photo Leon yang sangat persis seperti Leon yang ditemuinya di lap
Read more
57. Leon meet mommy
"Kenapa kau bodoh sekali sih. Aku sudah bilang, bawa pengawal, segitu pengennya kamu dirusak oleh Zara." Tiba-tiba Vee pusing. Rose datang dengan kemarahannya. Vee ingin menyambut dengan bahagia, namun dia tidak bisa apa-apa. Dan detik ini juga ia sadar saat Rose mengatakan Zara. Obat sialan. Vee mengingat dengan jelas kali ini, bagaimana dirinya berciuman dengan Zara di dalam lift. Vee sontak merasa jijik."Maaf. Maafkan aku," ucap Vee sedikit panik serta menarik tangan Rose mendekat.Rose memejamkan mata, ia tidak bisa berbohong sangat sakit melihat Vee di depannya, apalagi tanda merah yang ada dileher pria itu sangat jelas. Pelecehan. Dera sudah bercerita bagaimana kronologinya, namun tidak mengatakan tentang Leon yang ikut terlibat didalamnya.Rose memegang leher Vee. "Aku sedih, aku tidak terima, aku harus bagaimana?" Rose tidak bisa egois dengan mengutamakan kecemburuan. Bahkan kata cemburu saja tidak pas untuk ditempatkan dalam kondisi ini.&n
Read more
58. Jeda atau bepisah?
"Aku butuh jeda.""Maksud kamu?""Vee." Rose semakin mendekat untuk berbicara lebih serius. "Ayo kita akhiri, aku mau kita pisah." ucapnya detik itu juga.Keduanya berada di hotel, menempati kamar di lantai 20. Jangan salah paham, Vee dan Rose bermaksud untuk berkemas karena sebentar lagi akan pulang ke Indonesia.Rose pun Vee tak bisa membiarkan Lily khawatir karena kepergian Rose yang mendadak ke negara ini tak dibicarakan terlebih dahulu kepada putrinya. Keduanya ingin membawakan Leon sebagai hadiah, dan bocah laki-laki itu pun antusias meskipun gugup bukan main sedang melandanya. Lantas tak mau membuang waktu, Leon segera mengemas barang seperlunya, sisanya biar besok saja dibereskan oleh Dera.Vee mundur selangkah saat Rose berusaha semakin mendekat lagi ke arahnya. "Aku nggak ngerti maksud kamu? Bahkan kita belum memulai? Lalu apa yang mau diakhiri?" tanyanya.Disaat keadaan yang semula kacau dan berakhir menjadi baik. Kenapa Rose seak
Read more
59. Lily dan Leon
Vee tersenyum sedari tadi, bahkan ia mengabaikan Rose yang duduk di depannya, suara dengkuran Shane yang sudah tidur di sofa juga tidak mengganggu telinganya. Tangan Vee tak berhenti mengetik sesuatu di ponselnya, entah kenapa perasaan Rose mendadak buruk karena Vee terlihat baik-baik saja setelah sebelumnya sempat memohon untuk tidak berpisah.Kenapa Rose yang lebih merasa kehilangan? Harusnya Vee merasa terpuruk—harapan Rose yang begitu buruk ternyata tidak terealisasi dengan benar. Atau sebenarnya Vee tidak benar-benar menginginkannya. Rose pusing dengan isi kepalanya."Kak Haikal curang." Leon memekik membuat Rose mendongak untuk melihat ke arah putranya.Leon bersama Haikal dan Dilan, ketiganya menempati kursi bagian belakang yang tak terhalang jarak jauh dari Rose. Oh, meraka semua berada di dalam Jet Pribadi milik Lily, sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia lagi."Leon." Vee bersuara sedikit keras untuk memanggil Leon. Sang empu yang me
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status