Semua Bab Diary Istri CEO: Bab 41 - Bab 50
105 Bab
Keputusan Terakhir
Orang-orang yang berada di ruangan masih tampak hening. Bahkan tidak terdengar napas yang keluar masuk dari hidung. Seolah menyiapkan diri melihat siapa sekretaris Robi. Semua menjadi penasaran.            Yah! Seorang wanita yang tidak asing bagi Rahman dan rekan-rekan bisnis lainnya. Siapa yang tidak kenal dengan Niken—sekretaris Rahman yang bertahun-tahun bekerja dengannya. Dengan posisi Niken berada di pihak Robi mungkin laki-laki yang dianggap pecundang oleh Rahman akan bisa membuka semua akses pribadinya.            Niken duduk di sebelah Robi, ternyata Robi sudah menyiapkan satu kursi kosong untuk Niken. Perut Niken tidak selangsing dulu. Kandungan di dalam perutnya sudah mulai kelihatan. Semua orang tertuju kepada Niken.            “Selamat pagi semuanya…”&
Baca selengkapnya
Strategi
Satriya sudah dalam gendongan mbak Siti. Anak itu mungkin kelelahan setelah lama bermain dengan Aisyah. Mbak Siti meminta izin untuk pulang, takut kalau nanti tuannya pulang mendadak tapi tidak ada orang di rumah.           Aisyah pun tidak bisa menghalangi. Belum lama mbak Siti pamit, terdengar suara mesin mobil masuk ke halaman rumah. Aisyah yang baru istirahat membereskan ruang tamu, langsung membuka pintu.             Kedatangan Ayah mertuanya membuat Aisyah merasa kaget. Kenapa Rahman tidak memberikan kabar. Jadi dia bisa menyiapkan makanan untuk Ayah mertuanya.             “Aisyah, how are you?”             “I am fine. Where is Mom and Shelin?”             Aisyah menyadari kehadiran ibu
Baca selengkapnya
Pesan Siapa?
Di kamar Aisyah pura-pura tidak tahu apa-apa. Aisyah menata hati dan menyibukkan diri sendiri. Rahman membuka pintu dan bersender. Tangan kanannya masuk ke dalam saku celana. Dilihatnya Aisyah yang sedang memasukkan baju-baju ke dalam lemari.             “Kenapa berdiri di situ, Mas?”             “Kamu kenapa tidak istirahat saja, sayang…”             Rahman mendekat dan melingkarkan kedua tangannya ke perut Aisyah. Hidung Rahman yang mancung membuat geli leher Aisyah.             “Ayah sudah tidur Mas?”             “I thing so, tadi katanya capek sekali.”             Rahman mengambil tumbukan baju di tangan Ais
Baca selengkapnya
Slow
Sejak turun dari mobil Rahman tidak banyak bicara. Di dalam pikirannya masih memikirkan tentang pengirim pesan. Masih menjadi misterius. Beberapa nama yang coba ditebak Rahman belum ada yang dianggap pelakunya.             Ibu Reta dan Shelin masih bermalas-malasan di sofa. Sementara Aisyah masih membantu Mbok Darsih untuk menyiapkan makan siang.             “Mum, I am going to help her…” Shelin berdiri dan menuju ke dapur.             Tercium wangi curry yang sangat lezat. Hidung Shelin langsung tergoda dan tidak sabaar ingin mencicipinya.             “Guys, come on, lunch is ready…”             Aisyah dan Mbok Darsih hanya bisa tersenyum. Padahal lauk pauk belum selesai d
Baca selengkapnya
Mencari Keberadaan
Rahman terbangun. Terdengar suara kebisingan di bawah. Dia bergegas turun ke bawah. Lampu setiap ruangan menyala. Jam dinding masih menunjukkan pukul dua dini hari. Sumber suara semakin dekat.             Ayah dan Ibunya tampak sedang panik. Rahman pun langsung menghampiri mereka.             “What’s wrong?”                                                                 “Shelin, Rahman….” Ibu Reta tidak kuasa menahan tangisnya.             Rahman memeluk Ibunya untuk memberikan ketena
Baca selengkapnya
Tanpa Perlawanan
Masih di dalam mobil Rahman terus mengintai. Seorang laki-laki keluar dari dalam mobil. Rahman langsung mengenalinya. Jika jarak rumah itu dengan rumahnya juga sesuai dengan ciri-ciri orang tersebut. Rahman dengan langkah sigap yakin keluar dari mobil dan langsung menghampiri dua orang laki-laki yang masih berdiri di depan pintu.             Satunya laki-laki paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah ayahnya Cindy. Sedangkan laki-laki satunya adalah Arfan. Tanpa persiapan, Rahman langsung dihantam oleh Arfan hingga membuatnya tersungkur. Darah segar keluar dari hidungnya.             Rahman belum juga mengerti, kenapa Arfan bisa memukulnya. Arfan berjalan mendekati Rahman yang masih terkulai menahan sakit di hidungnya.             “Why? Surprise?” Arfan menendang perut Rahman.   &nbs
Baca selengkapnya
Pelampiasan yang Salah
Rahman melepaskan keringatnya di ruangan gym. Matanya menghunus tajam mengingat siapa wanita yang dilihatkan oleh Arfan. Kenapa dia begitu sangat marah sekali. Sambil mengangkat beban Rahman terus mengingat-ngingat.             Sekilas Rahman mulai mengingat wajah wanita itu. Rahman meletakkan alat fitnesnya dan merebahkan tubuhnya. Dua jam sudah dia melepaskan keringat. Keringat dibiarkan menetes begitu saja.             “Aghhh! Sial!”             Rahman melempar handuk kecil. Tubuhnya semakin membara, mengingat betapa brengseknya dia saat dulu. Wanita yang dilihatkan oleh Arfan adalah ibu Satriya. Tapi malam itu, saat mereka bertemu di club malam tanpa sengaja.             “Hello, tampan… kencang denganku yuk. Aku janda kesepian tahu
Baca selengkapnya
Maafkan Aku
“Oh dear…” Ibu Reta langsung mencium pipi Aisyah.            Menantu yang akan memberikan cucu pertama bagi keluarga Wijayanto. Kini terbaring lemah dia tas bed rumah sakit.            “Mom, Kak Aisyah pasti baik-baik saja, don’t worry…” Shelin mengelus pundak Ibunya.            Ayah Rahman mengajak anak laki-lakinya itu keluar dari pintu belakang. Sambil melihat pemandangan di rumah sakit, Ayah Rahman bercerita masa lalu. Kejadian yang dialami Aisyah dulu juga pernah dialami oleh Ibunya Rahman.            “Rahman, kamu harus bisa menjaga sikap dan emosimu. Kondisi Aisyah sedang hamil. Jangan berikan dia tekanan batin, karena itu bisa mengakibatkan kesehatannya menurun. Dulu saat Ibumu
Baca selengkapnya
Bersama
Aisyah memandangi wajah Rahman yang kini sudah pulas tertidur. Sikap dan perlakuan Rahman kadang membuatnya takut untuk bertahan. Namun jika pergi dari kehidupannya, bagaimana nasib anak yang dikandungnya.            Perlahan Aisyah meraih pipi Rahman dan mengelusnya. Beberapa usapan tangannya, Rahman membuka matanya.            “Sayang, kamu butuh sesuatu?”            “Istirahatlah Mas, nanti punggungmu sakit tidur dengan duduk.”            “Apakah kamu sudah memaafkan aku?”            Aisyah mengangguk, “Aku tidak marah sama kamu Mas, aku hanya takut akan sikap kamu.”        &n
Baca selengkapnya
Tetaplah Menjadi Aisyahku
Rahman memutuskan untuk membawa pulang Aisyah, tentu saja dengan pantauan dokter yang merawatnya. Kejadian semalam masih menimbulkan kekhawatiran Aisyah. Shelin dan Ibu Reta membantu membawakan barang-barang ke dalam mobil.             Untungnya mertua serta adik ipar Aisyah sangat menyayanginya. Sehingga tidak begitu menyedihkan bagi Aisyah. Perantauannya ke ibukota berubah dratis dari apa yang dibayangkan sebelum berangkat.             Suasana penjara suci yang meski ramai namun juga menyimpan kesepian di dalam hati. Sebenarnya Aisyah ingin mencari keberadaan orangtua kandungnya, namun nasib mengantarkan pada chapter lain.             Aisyah melihat jalanan yang masih pagi. Macet sudah seperti kegiatan sehari-hari yang tidak bisa dihindari. Aisyah menarik napas, perutnya terasa sedikit bergerak-
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status