All Chapters of My Precious Baby: Chapter 21 - Chapter 30
59 Chapters
BAB 21 pt 1
Magani, Javis, dan Theo buru-buru datang ke tempat Sadam. Mereka mendapat pesan pribadi dari Rainer yang mengatakan kalau Yuwa dan Janu cekcok semalam. Ketiganya terburu-buru pergi setelah tahu Alba berada disana juga. Javis dan Theo tentu sama terkejutnya seperti Sadam dan Rainer ketika pertama kali tahu kalau Yuwa mengetahui keberadaan Alba, dialah juga yang merencanakan setelah kematian Millie, Alba harus pergi kemana.“Sebenernya gak ada yang salah, yang dilakukan kak Yuwa udah bener kok.” Theo buka suara, memainkan topi di tangannya. Kelima temennya yang lain duduk di depannya, mendengarkan. “Hanya saja sudah terlalu terlambat, maksudku, kalau kak Yuwa seenggaknya ngasih tahu Janu setelah Aba lahir itu bakalan jauh lebih baik.”“Well, yang jelas sekarang Aba kan sudah disini, Janu berhak marah tapi kayaknya itu juga sudah terlalu terlambat.” Magani menambahkan, membuka masker yang menutupi wajahnya.“Tapi k
Read more
BAB 21 pt 2 END
Ketujuh mata itu langsung  menuju ke arah si kecil yang masih mematung di tempatnya, suasana yang semula sendu mendadak riuh. Sadam berlari ke arah Alba dan menggendongnya, menciumi gadis kecil itu. “Hmm wanyi banget ciihhhhhhh padahal bangun bobok.” Ucapnya sambil mencium dan mengendus-endus Alba. “Ya Tuhan serem banget sih you ngendus-ngendus Aba.” Magani menanggapi, mengambil alih Alba dalam pelukannya, duduk di sofa yang hanya bisa diduduki satu orang, Alba duduk di pangkuannya masih mencoba mengumpulkan ‘nyawa’ dengan menerawang jauh. Wajahnya terlihat sangat lucu dengan mulut setengah terbuka, tatapan kosong, dan rambut acak-acakan. “Gimana tidurnya?” Tanya Janu, Alba mengalihkan perhatiannya, menatap Janu kemudian berkedip-kedip, melirik ke arah Yuwa dia ingat apa yang terjadi semalam. Dia kemudian mengitari pandangannya, melihat semua pamannya berada disini. Melirik ke arah Magani, dia menangkup wajah pria itu meskipun kedua tangan mungi
Read more
BAB 22
Janu terbangun dari tidurnya, hal pertama yang dia lihat adalah plafon berwarna putih, suara lembut disfuser, dan dengkuran kecil dari sisinya membuatnya terbangun sepenuhnya, menengok, dia mendapati putri kecilnya masih tertidur dengan posisi telungkup. Pipi kanannya berada di bawah hingga bibirnya maju ke depan, Janu terkekeh, menyibak rambut Alba dia tersenyum kecil sebelum akhirnya mencium pipi itu.Setelah satu bulan penuh dia mengerjakan proyek album baru untuk Kiyoko, akhirnya Janu bisa sepenuhnya berada di rumah. Proyeknya telah selesai dan yang tertinggal hanya pemotretan Kiyoko, wanita itu juga sudah menyelesaikan rekaman dan hasilnya bagus sehingga tidak memakan waktu banyak untuk prosesnya. Alba meminta tidur bersama semalam karena memang selama satu bulan lebih gadis kecil itu berpindah dari satu paman ke paman yang lainnya, Janu bisa menebak paman-pamannya tidak membiarkan anak itu tidur sendiri setelah mereka menemaninya sampai tertidur.Janu tidak ingin
Read more
BAB 23
Javis membuka ponselnya dan kebingungan melihat pesan dari Janu. Tara di bully? Dia baru saja akan membalas pesan ketika satu telepon masuk, Tara. Gadis itu sudah berada di basement, jadi Javis sarung tinju dan handwrap dan segera turun ke bawah.Lift berhenti tepat di basement, ketika keluar Javis menemukan sosok Geya di sebelah Tara. Dia terdiam sebentar, mengingat pesan yang dikirimkan Janu dia jadi terkekeh.“Vis!” Tara melambaikan tangannya, pemuda penuh tato dengan rambut yang kini di potong sangat pendek memakai sleeveless serta celana pendek itu menghampiri.“Pantes aja kak Janu ngirim pesan aneh, ternyata ada kak Geya.”Si wanita yang disebutkan namanya itu mengerenyit bingung, “Hah? Emang kenapa?”“Kata kak Janu pacarku kayaknya di bully di kantor.”Geya dan Tara kemudian saling menatap sebelum akhirnya mereka tertawa, disusul tawa Javis.“Mukamu nah kak, serem b
Read more
BAB 24
“Coba buka mulutnya, AAA” Janu berkata, berjongkok di depan Alba sambil membuka mulutnya agar si kecil bisa mengikutinya. Anak itu dengan rambut kuncir dua, seragam rapi, bersiap untuk pergi ke sekolah mengikuti ayahnya membuka mulut lebar-lebar.“Nah, pantesan sudah gak panas dan mau makan ya nak, giginya sudah keluar.” Janu bertepuk tangan dan mengelus puncak kepala si kecil yang kini tersenyum sangat manis padanya.“Sudah tidak sakit!” Katanya penuh semangat, berlari ke arah mbak Ayu yang tersenyum sambil memakaikan tas di punggung si kecil. “Mbak, makan Aba sudah banyak ya?” Tanyanya lagi, mencoba meyakinkan kalau dia sudah memberitahu info tepat pada ayahnya yang masih berdiri menatapnya sambil tersenyum.“Iya, Non sudah makan banyak dan lahap!”“Lahap! Lahap!” Dia mengikuti ucapan itu dengan riang.Janu hanya tersenyum sambil menggeleng kecil, berjalan mengambil kunci mobil
Read more
BAB 25
Sudah dua pekan terakhir Sadam disibukkan dengan promo filmnya yang sedang tayang di bioskop. Dia hanya pulang untuk tidur selama dua jam dan akan kembali disibukkan dengan aktifitas lainnya, Ayas sampai kewalahan menyediakan vitamin dan keperluan si artis. Agensinya memberikan Sadam katering mahal untuk dirinya sendiri agar semua kebutuhan tubuhnya tetap terpantau meskipun dia sibuk.Ini pertama kalinya bagi Kamala setelah menjadi asisten utama penata rias memiliki kesibukkan yang gila, seniornya mbak Riska bilang kalau ini hal biasa ketika si artis sedang melakukan promo. Tapi melihat bagaimana padatnya jadwal Sadam dari satu acara ke acara lain membuat Kamala tidak habis pikir. Cari uang begini banget ya?Kamala besar di keluarga yang tidak begitu hangat, ayahnya selingkuh dan menikah lagi, sedangkan ibunya dibiarkan begitu saja. Tidak diceraikan dan juga tidak dinafkahi, bertahun-tahun. Kedua orangtuanya baru saja resmi bercerai sekitar 3 tahun lalu, ketik
Read more
BAB 26
Suara alarm ponsel yang nyaring membangunkan si empunya, pria dengan kulit putih berambut hitam itu segera mematikannya, menguap sebentar dia kemudian duduk diatas kasur. Beberapa saat kemudian dia bangun dari tempat tidur, membereskannya dan keluar dari kamar menuju kamar mandi. Menyalakan kran air hangat, dia bersiap untuk mandi. Melepaskan celana pendek dan kaos yang dipakainya tidur, dia membalut separuh tubuhnya dengan handuk dan pergi menuju dapur untuk menyalakan mesin pembuat kopi. Dia baru saja membelinya beberapa bulan lalu dan sudah jatuh cinta pada alat itu.Pria itu kembali ke dalam kamar mandi dan mulai mandi. 15 menit dan dia keluar, kembali ke kamar dan berganti baju. Hari ini, dia memakai kaos putih dipadu dengan celana jeans, merapikan sedikit rambutnya dia kemudian tersenyum di depan cermin, mengecek dirinya sendiri.Ponselnya berbunyi tepat ketika dia keluar dari kamar menuju dapur.Danda, jangan lupa berkeliling hari ini.
Read more
BAB 27
Yuwa keluar dari dalam mobil, dia tersenyum lebar kemudian setengah berjongkok dia menggendong Alba dalam pelukannya.“Hai, apa kabar?” Tanyanya, menyentuh ujung hidung bocah yang juga tersenyum lebar itu.“Baik, paman kangen Aba tidak?” Bocah itu balik bertanya, sambil mengelus kedua pipi Yuwa, menatap mata hitam pria itu dengan dalam. Yuwa mengangguk kecil.“Haduh, bukannya bantuin malahan kangen-kangenan!” Janu mengoceh, memindahkan semua barang-barang belanjaan ke dalam bagasi dan kursi belakang mobil Yuwa.“Wah, di jemput siapa nih Aba?” Pertanyaan itu membuat ketiganya menoleh, Yuwa mengerenyit. Seorang wanita tinggi, putih, dengan mata bulat besar memakai kemeja berwarna khaki dipadu rok span hitam pendek diatas lutut dengan heels berwarna senada.“Ini paman Aba!” Ujarnya, ada nada bangga disana. Dan wanita itu tertawa.“Wah, Aba punya banyak paman ya?” Wanita itu
Read more
BAB 28
Beberapa hari lalu, Geya bertemu dengan Janu dan anaknya, kali ini anak itu tidak tertidur seperti pertama kali dia bertemu, kedua kali mereka bertemu juga anak itu sangat manis dan terlihat sangat berhati-hati untuk bicara dengan orang asing. Maka dari itu, Geya menawarkan si kecil untuk bermain ke tempatnya. Dia berjanji untuk membuatkan anak itu Spaghetti, jadi dia mengeluarkan beberapa bahan makanan untuk membuatnya sore ini.Geya, baru saja pindah ke rumah ini.Dia memutuskan untuk menjual rumah yang diberikan mantan suaminya itu sebagai harta gono-gini, rumah yang dulu menjadi sumber kebahagiaannya saat pertama kali dihadiahkan oleh suaminya telah berubah menjadi tempat yang mengerikan, yang bahkan saat dia masih bersama suaminya, dia enggan untuk masuk ke dalam. Setiap sudut rumah mengingatkan dia bagaimana laki-laki itu memukulinya habis-habisan, setiap sudut rumah mengingatkan dia bahwa laki-laki itu pernah membawa seorang perempuan dan berbuat mesum
Read more
BAB 29
Pria dengan setelan santai, kaos berwarna putih, celana jeans robek dan jaket denim berjalan masuk ke dalam lobi Rumah Sakit. Dia memakai masker berwarna senada dengan kaos dan topi bercorak, wajahnya hampir tertutup seluruhnya, namun semua orang mengenali hanya dari caranya berjalan, atau dari merk-merk pakaian terkenal yang dia pakai dari ujung kepala sampai ujung kaki.Semua orang menyapanya, dan beberapa memberikan senyuman kecil, dia membalas. Selalu mencoba ramah kepada semua orang meskipun matanya sesekali sibuk dengan ponsel.“Mas Theo, Nyonya sudah nunggu didalam.” Seorang pria berkata, menghentikan langkahnya yang baru saja akan masuk ke dalam ruang ganti. Mengganti baju santainya dengan baju kerja.Theo berkerenyit, dia tidak berpikir ibunya akan datang ke tempatnya bekerja. Dia langkahkan kakinya menuju ruangan tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu, ketika pintu dibuka seorang wanita berusia 56 tahunan dengan wajah yang masih cukup muda
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status