Semua Bab Diam-Diam Jadi Madu: Bab 21 - Bab 30
50 Bab
Bab 20
Bab 20Mengapa aku harus iba?  Ini adalah keinginanku. Melihat Remon menderita. Kenapa hatiku tidak nyaman? Mungkin karena Remon berpura-pura baik.-----------"Bagaimana, Sayang. Sudah beres masalah Remon" tanya Mas Indra sembari duduk di hadapanku"Belum" jawabku. Masih dengan aktivitasku, membaca majalah."Belum? Bagaimana cara orang suruhanmu menanganinya" "Sudah, tapi tidak berhasil. Remon tetap tidak mengaku" jawabku tanpa melihat wajahnya. "Apa orang suruhanmu bisa melakukan pembunuhan?" tanya Mas Indra lirih, tapi ditekan"Dia terbiasa dengan itu, aku tidak menyuruh untuk membunuhnya jadi dia membiarkan Remon masih bisa bernafas" sesantai mungkin aku menjawab pertayaan mas Indra."Kenapa tak kamu suruh saja menghabisinya?" Mas Indra langsung membawaku ke arah itu.Aku sudah tahu kemana arah Mas Indra membawa percakapan ini, aku langsung meletakan majalah yang sedang kubaca."Mas, aku
Baca selengkapnya
Bab 21
Bab 21"Mega... Dari mana aja, kamu" Tia berlari menghampiriku, padahal menungguku berjalan lebih baik dari pada membuang energinya."Pasti habis lari, ya. Tumben" ucap Tia, padahal aku belum menjawab pertayaanya. Untung saja Mas Indra tidak ikut, kalau ikut kan, bisa ketahuan."Kamu udah lama, ya. Nunggu aku"  aku berbalik bertanya. "Udah hampir sejam, aku kaya orang ilang di lihatin penghuni sini. Kaya mau maling!" ujar Tia sambil melirik kanan kiri penghuni apartemen sini."Lagian, kamu. Kenapa enggak pake call dulu atau WA" "Kamu yang enggak bales WAku" aku pun langsung mengmbil handponeku dari saku memastikan. "Ada kan" tanya Tia, melongkokkan matanya ke gawaiku."Hehe. Maaf, deh. Enggak kedengeran" ucapku merasa bersalah.Kami masuk ke dalam apartemen, aku langsung membawakan Tia minuman berserta camilan. "Tia, aku mandi dulu, ya. Bauk asem" pamitku meninggalkan Tia,"Ya,
Baca selengkapnya
Bab 22
Bab 22Aku memegangi perutku yang kesakitan, akibat ditikam, aku melihat mata orang itu sebelum pergi. Aku seperti familiar dan sangat mengenalnya, tapi siapa?"Arkkhh...tolong, tolong" Aku meminta pertolongan, berjalan merangkak aku tak bisa untuk memberdirikan badan, lalu langkah kaki banyak berdentum ditelingaku kemudian banyak orang mengeremuniku.------Aku terbangun di rumah sakit. Aku bersyukur masih bisa melewati ini, setelah peristiwa tikaman itu hampir membuat jiwaku melayang terpisah dengan ragaku.Mas Indra mencariku dengan banyaknya chat yang masuk. [ Mega, kamu dimana? ][ Cepat angkat telfonku ][ Kami dimana ][ Aku mencarimu di apartement ] [ Aku sudah menemukan rencana selanjutnya, Sayang ] seketika pikiranku yang telah buntu kini kembali bersemangat, rencana apa yang Mas Indra susun? Tanpa pikir panjang atau ketikan aku membalas dengan berselfi. Sebuah foto kukirimkan ke nomer Mas Indra.[ Kamu saki
Baca selengkapnya
Bab 23
Bab 23"Namanya adalah Andrian. Alamat. JL. Abdxxx" Regal membuat aku dan Mas Indra menemukan harapan."Bisa kita cari lebih lanjut" tanya Mas Indra."Atau kita cari Nasibooknya. Sebuah aplikasi terkenal berlogo biru" ide muncul tepat waktu dikepalaku.Banyak deretan nama andrian dalam dunia maya. Berkat kepintaran sang hacker dan potret yang sempat kuambil kemarin, kami menemukan dengam tepat. Ya, dia andrian yang kita maksud? Kami mencocokan gambar dan benar saja.Aku dan Mas Indra merasa puas dengan cara kerja Regal. Sebelum berpamitan Mas Indra memberikan amplot berwarna coklat."Regal, kuharap kamu jangan sampai menyebarkan tentang ini" celetuk Mas Indra pada Regal. "Tenang saja, Pak Indra. Banyak orang datang kesini dengan kasus sama seperti, Pak Indra. Masalah yang Pak Indra ini sepele daripada yang pernah saya tangani" timpal Regal profesional."Kalau Pak Indra masih kurang puas dengan saya, Pak Indra bisa lapor d
Baca selengkapnya
Bab 24
Bab 24Sangat mustahil, sangat, sangat mustahil! perasaan baru kemarin Remon mengakui kesalahannya, tapi sekarang ia sudah pergi menghadap pangkuan ilahi."Lalu dimana, dia dimakamkan, Pak" tanyaku pada seorang petugas."Di Kamboja Indahxx" jawab petugas berseragam coklat. Jadi, dekat sini. Aku akan mengunjunginya nanti. Sebelum pergi aku ada hal penting yang perlu kutanyakan."Bapak ada waktu sebentar" pintaku lirih, tapi petugas itu masih bersikap acuh."Aku mohon, Pak. Ini penting! Sekedar beberapa pertayaan saja" Aku memepet petugas itu, sambil memberikan beberapa lembar uang merah ditangannya. Mencuri pandang sekitar jangan sampai terlihat yang lain!"Baiklah. Cuma pertayaan, kan," Aku mengangguk, lelaki berseragam coklat menyanggupi permintaanku.----"Bagaimana kejadian Remon meninggal, Pak. Apa sebelumnya Remon mempuyai masalah dengan tahanan lain? Lantas apa benar meninggalnya Remon karena perkelahian atau ada pihak lain
Baca selengkapnya
Bab 25
Bab 25Aku membeli seikat bunga, kemudian meletakkan disebuah batu nisan, tanahnya masih merah. hatiku menangis, sedangkan mata dan logikaku terus merasa puas."Kamu pergi lebih cepat. Padahal kamu ingin aku mati dulu, tapi lihatlah aku menghadiri kuburanmu! Kamu tahu aku sudah lepas dari maut berkali-kali, tapi tuhan masih ingin aku hidup dan terbukti mellihatmu dalam keadaan ini! Selamat menikmati neraka" Aku pergi dari makam itu, ada rasa senang ada rasa sedih, Meski aku tersenyum, tapi hati? Hatiku tidak nyaman, tidak bisa menerima ini. Kemudian aku mendatangi Rumah Tia, aku menghubungi Mas Indra, tapi diabaikan terpaksa aku datang ke rumahnya.------"Hai! Ya ampun, Mega, kamu enggak ngomong kalau kamu kesini. Harusnya biar aku jemput" sambut Tia, dengan perasaan hangat seperti biasa, sedangkan Mas Indra tampak kikuk, glagapan, aku tiba-tiba datang."Aku kangen sama kamu, Tia. Pengen makan masakanmu" ucapku seolah aku berkunju
Baca selengkapnya
Bab 26
Bab 26Mas Indra sudah berpaikan rapih ketika aku membuka mata."Selamat pagi, Sayang" sambut Mas Indra, duduk ditempat tidur sambil memberikan segelas air putih."Kamu enggak pulang?" tanyaku. Bukankah tadi malam Mas Indra akan pulang."Tadinya aku mau pulang, tapi ninggal kamu sendirian enggak tega. Jadi kubatalkan" ujarnya sambil membelai pipiku."Kepalaku sakit banget, Mas. Pusing" aku memegangi kepalaku terasa penat, sakit rasanya tidak karuan."Nanti kita ke dokter, ya" ucap Mas Indra, mengecup keningku seperti biasanya.Aku mendadak ingat dengan peristiwa semalam "Mas, kita ke kantor polisi" "Hm, tapi kamu enggak papa""Aku nanti aja priksanya! Oh, iya. Kamu pake baju ini" aku berjalan, membuka lemari, lalu melemparkan pakaian, jaket, topi dan kacamata.Mas Indra hendak menolak, tapi aku menghentikannya sebelum Mas Indra mulai berbicara " Pokoknya, Mas pakai aja. Dari sini nanti kita tahu. Karsono ber
Baca selengkapnya
Bab 27
Bab 27"Ngumpet, Mas. Cepetan! Ngumpet!" aku meyuruh Mas Indra, menggiring ke kamar, ke dapur, mengitari Saking lamanya kami mencari tempat ngumpet sampai bel pintu tak berbunyi lagi, aku dan Mas Indra berjalan pelan menuju pintu, ya dari tadi Mas Indra tidak bisa bersembunyi. Aku mengintip celah pintu lagi, Tia sudah beranjak pergi. Nada dring ponsel bergetar, aku melihat panggilan dari Tia, akupun mengangkatnya."Halo""Halo, Meg, kamu dimana" sahut suara sahabatku"A--ku, " belum menyahut Mas Indra memperagakan kode dengan tanganya."Aku lagi, pergi""Ke mana?" "Eee," Aku melihat kode Mas Indra, karena bingung aku langsung sentuh kata akhiri panggilan."Apa sih, Mas, aku enggak ngerti!" sewotku, kode Mas Indra, membuat otakku lemot mencari alasan."Bilang aja, sibuk. Kalau Tia telepon lagi, bilang aja sibuk!" "Hm" aku telanjur jengkel malas meladeni. Terpenting, Tia tidak j
Baca selengkapnya
Bab 28
Bab 28Hari ini aku dan Mas Indra mendatabgi alamat peneror itu bersembunyi. berbekal aplikasi ponsel, Kami tidak akan kehilangan arah atau nyasar.-----Sebuah kota kecil, ramai, tapi tak terlalu ramai, tenang dan udaranya tidak seperti dikota besar masih cenderung asri.Sebuah toko kecil bernama Andrian Shoess mencuri perhatianku, "Mas, tunggu bentar," titahku pada Mas Indra. Menyuruh menghentikan mobilnya yang sedari tadi berjalan pelan."Ada apa?" tanyanya seraya menepikan mobil di pinggir jalan."Itu" Telunjukku menunjuk " Kita awasi toko itu" Mas Indra melirik toko yang kutunjuk."Andrian Shoess. Toko sepatu. Apa itu andrian yang kita cari?" Mas Indra sedikit heran."Kita tunggu aja. Lihat ada lelaki disana, tapi mukanya tidak jelas" Aku dan Mas Indra memeperhatikan dari mobil, terlihat seorang lelaki dengan kemeja duduk di kasir."Lebih baik kamu dekati aja, Meg" suruhnya. Aku langsung menoleh menatap mukany
Baca selengkapnya
Bab 29
Bab 29"Kalian dapat darimana foto itu" Andrian nampak begitu serius, matanya menahan amarah."Sekarang kamu sudah terciduk, tidak usah membangkang" kata Mas Indra sambil terus menodongkan pistol."Kamu tidak usah berpura bodoh lagi. Permainannya berakhir. Jadi, kamu tinggal pilih atau kamu..." Aku melirik pada pistol Mas Indra, tidak perku dijelaskan pasti Andrian mengerti maksudku."Aku mengerti sekarang. Kalian adalah korban atau sedang dalam masa diburu oleh foto yang kalian kira adalah aku. Kalian salah mengenali orang" ucap Andrian dengan nada biasa datar."Maksudmu" Mas Indra bingung. Aku menyela bicaranya "Aku tidak salah mengenali orang, mataku belum rabun. Tiap hari kamu berdiri memandangi jendela apartemenku. Jangan bohong!" "Aku benar-benar tidak berbohong. Jika, kalian membiarkan aku menjelaskan, aku akan membantu kalian. Kebetulan sekali aku akan menangkap dia" ujar Andria menahan sedikit amarah saat mengatak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status