Semua Bab Diam-Diam Jadi Madu: Bab 31 - Bab 40
50 Bab
Bab 30
Bab 30Mas Indra, ingin segera mebarik pelatuk pistol...."Itu adalah Ardi" ucap Andraian, aku dan Mas Indra dibuat semakin bingung."Aku mohon lepaskan ibuku. Yang kalian ambil fotonya itu adalah Ardi. Bukan aku" Andrian memohon sembari memberikan penjelasan."Maksudmu?" aku semakin bingung dibuatnya. Mas Indra juga kebingungan."Aku sudah katakan biarkan aku menjelaskan" titah Andrian. Sementara ibu Andrian jatuh dari kursi roda, lalu kejang-kejang."Ibu..." gadis remaja itu menghampiri ibunya, Mas Indra mundur selangkah sedangkan aku merasa iba melihat pemandangan ini. "Ini gara-gara kalian" Gadis itu menangis, menyalahkan kami. Andrian langsung membopong ibunya "Aku akan menjelaskan, tapi tolong jangan sakiti ibu dan adikku" Andrian pergi menggendong ibunya pergi, mungkin menuju kamar.Aku dan Mas Indra memilih percaya, apalagi Ardi? Siapa dia? Aku dan Mas Indra semakin penasaran dengan ini. Siapa sih, di
Baca selengkapnya
Bab 31
Bab 31Aksi kejar-kejaran terjadi, kami layaknya pembalap berkeliaran di jalan. Kemampuan Andrian tidak bisa diragukan. Meski aku terpental-pental Andrian berhasil melewati beberapa mobil yang menghalangi."kamu tidak papa, Nona?" tanya Andrian. Saat kami sudah agak jauh dari pengejar."A-ku ti-dak pap-pa" ujarku menahan rasa sakit diperutku."Kamu tidak papa? Kamu sepertinya sakit" ucap Andrian bernada khawatir."Fokus saja pada kemudimu. Aku tidak papa" ungkapku berusaha tegar."Kamu sedang tidak baik-baik saja! Kamu kesakitan! Aku akan membawamu ke rumah sakit!" tegasnya lagi."Jangan!" ucapku tak kalah tegas. Jalan yang sedang kami lewati rumah sakit terdekat adalag dimana Tia bekerja. Apa yang harus ku katakan? Kalau Tia memergoki dalam keadaan seperti ini."Pokoknya kamu aku antar ke rumah sakit!" paksa Andrian. Dia terus memaksaku, aku tetap menolak sampai aku menemukan klinik saja."Andrian... Awas!" Teriaku saat
Baca selengkapnya
Bab 32
Bab 32Melihat ekspresi mereka seperti singa siap saling mencengkram, aku bertambah kesal."Bisa kalian hentikan. Mas Indra ini bukan salahnya, siapa yang tahu peneror itu akan melakukan hal ini. Dan kamu Andrian! Mas Indra bukan tidak bertanggung jawab, dia memang tidak bisa datang menjengukku!" tegasku. Membuat mereka merenung.Beberapa menit saling diam, suasana menjadi canggung aku berdehem mencairkan suasana. "Ehem.""Oh, iya, aku pergi dulu" Andrian mengacir pergi. Padahal aku memberi kode pada Mas Indra untuk berbicara bukan untuk mengusirnya."Meg, Maafin aku tidak bisa nemenin kamu saat di rawat" sesal Mas Indra."Tidak papa, Mas. Ini bukan salahmu. Aku mengerti keadaannya" ungkapku tak menyalahkan."Makasih udah maafin aku" Aku tersenyum mengangguk melihat ketulusan Mas Indra."Lalu bagaimana kamu disana. Apa kamu bertemu Tia" tanya Mas Indra lirih."Bukan cuma bertemu, Mas. Tia juga yang merawatku" jawabku.
Baca selengkapnya
Bab 33
Bab 33Aku membuka pintu, belum sempat melangkah Andrian menyambutku "Ada paket.""Dari siapa" ucapku tak menghiraukan."Kamu bisa saja baca sendiri dari siapa? Mungkin dari suami angkuhmu" Andrian mengolok suamiku, meletakkan kata angkuh diperkataannya."Hei, Kamu harus hati-hati kalau bicara" Aku tidak terima. Suami tercintaku dibilang begitu."Oke, Nona" jawabnya malas sambil menaruh sarapan di atas meja.Aku mencicipi sepotong tempe goreng, rasanya sangat enak "Wow, ini enak sekali""Tentu. Tanganku ajaib bisa membuat masakan apapun menjadi enak" candanya. Aku mangut-mangut. Padahal masakan begitu sederhana, tapi begitu enak.Aku langsung duduk mengambil nasi berserta lauk pauknya."Kamu sepertinya menyukai masakanku" tanyanya penuh senyum. Andrian tertawa geli melihatku melahap makanan buatan tangannya itu. "Masakanmu enak" ucapku mengancungkan jempol."Kenapa kamu tidak membuka rumah makan
Baca selengkapnya
Bab 34
Bab 34"Apa kamu jatuh cinta pada pandangan pertama?" alih-alih menjawab aku melontarkan pertayaan konyol."Hahaha, aku cuma bertanya" tukasnya sambil tertawa."Apa penting buatmu sampai kamu harus tahu?" ucapku dengan mendongakkan pandangan mentapnya."Hm, tidak. Aku cuma merasa kamu menyembunyikan sesuatu pada sahabatmu""Kenapa kamu begitu ingin tahu?" tanyaku mulai terlibat obrolan serius."Aku hanya ingin tahu saja" jawabnya acuh."Jika itu alasanmu, kurasa tidak perlu menjawabnya bukan.""Ah, kamu sungguh membosankan! Aku hanya ingin mencari obrolan saja!" Andrian kesal mengutarakan niat dari perkataannya.Seketika hening sejenak. Aku berfikir yang dikatakan Andrian ada benarnya juga, rasanya membosankan, sepi dan hampa. Apalagi disuasana seperti ini, lantaran masalah penerorran ini membuatku kian setres. Seperti burung yang diincar harus waspada dimana pun, bahkan jika harus di rumah seperti ini
Baca selengkapnya
Bab 35
Bab 35Andrian tertawa, makin lama tawanya terdengar sangat jahat.Hahahahahaha...hahahahaha. Andrian bangkit, lalu tanpa aba-aba mencekik leherku. Aku di hempitkan pada dinding, tubuhku tidak bisa melawan, aku terus meronta mencoba melepas cekikan tangan Andrian."Harusnya aku tidak bergabung dengan kalian. Harusnya aku tidak pernah mempercayai kalian!" setelah mengatakan itu, aku sekarat di hempaskan. Uhuk...uhuk...uhuk...uhuk.... Aku terbatuk-batuk. "Aku akan membicarakan masalah ini dengan Mas Indra" tubuhku lemah, berusaha menjelaskan. Andrian semakin diam saja, seketika rasa bersalah muncul, di sepanjang jalan pulang Andrian diam seribu bahasa. Pikiranku kalut. Mengapa Mas Indra menyiksanya? Apa yang dilakukan gadis kecil itu? Harusnya sebelum pulang aku menanyainya dulu tetapi, gara-gara emosi kakaknya gadis itu malu, menutup pintu enggan membuka untukku. -------"Kapan suamimu itu pulang?" tanya
Baca selengkapnya
Bab 36
Bab 36Aku melihat aksi Andrian di belakang saudaranya, Andrian bersiap menyuntikkan obat bius pada Ardi namun aku harus menelan kekalahan lagi karna Ardi tahu. Bahkan berhasil menangkis tangan Andrian. Ardi berlari kabur dari tempat itu, Andrian tak  menyerah dan ikut mengejar. Aku menyanggakan tangan memikirkan kekhawatiran jika malah Andrian yang kalah. Baru saja kaki beranjak pergi pintu sudah terbuka dari luar. Dua wajah sama, serupa tanpa banding sekilas pun, bahkan kedua wajah itu sama bonyoknya. Tebakkanku meraka adu jotos saat mencoba bertahan melarikan diri."Aku berhasil menangkapnya" ucap Andrian sambil membawa saudaranya yang sempoyongan akibat obat bius. Aku tak mau kehilangan akal, takut jika yang berdiri di hadapanku adalah sang peneror untuk mengelabuhuiku "Boleh kulihat tanganmu" ucapku."Untuk apa lagi! Sebaiknya siapkan kursi dan tali untuk mengikatnya" suruhnya padaku.Herannya aku langsung
Baca selengkapnya
Bab 37
Bab 37[ Mas, Aku sudah menangkap Ardi. Sekarang dia disekap di gudang apartement kita ]. Kukirimkan pesan untuk suami tercinta. [ What? Secepat ini! Kamu tidak menduksikan denganku ] responnya sangat cepat, sepertinya Mas Indra memiliki waktu luang.[ Apa kamu sendirian di rumah? Kamu tidak di apa-apakan kan oleh peneror itu] Belum kubalas, notif selanjutnya adalah rasa khawatir suami tercinta. Apa aku bilang, Mas Indra akan selalu menghawatirkanku 'kan. [ Apa kamu ada waktu ] rentetan balasanya membuatku ingin meminta waktunya. [ Hm ]balasnya cepat, singkat dan padat. [ Ada yang ingin aku bicarakan ] Aku mau bertanya soal adik Andrian sebenarnya, tapi aku perlu berbicara di hadapannya. Kenapa adik Andrian bisa babak belur di sekujur tubuhnya?[ Oke ] hanya tiga huruf, sungguh respon tercepat. --------Aku melihat Andrian duduk menunduk di ruang tengah. Aku berjalan menghampirinya, sekilas
Baca selengkapnya
Bab 38
Bab 38."Sebagai wanita, apa yang kamu rasakan ketika sudah jatuh cinta begitu dalam" Abdrian menggiringku ke kenyataan, setelah beberapa detik terjatuh ke masalalu."Tidak ada dunia selain dirinya. Aku pernah merasakan itu" ucapku tulus dari hati. "Pernah? Kamu selalu merasakan itu bukan. Kalian dapat bersama saling mencintai""Tidak." Jawabanku membuat Andrian menoleh. "Ya, tidak. Aku tidak pernah tahu hati suamiku, hatiku sendiri selalu merasa ragu""Eh, aku jadi curhat. Sudahlah jangan bahas tentang diriku" lanjutku. "Benar, tadinya aku ingin bertanya, tapi sekarang aku ingin curhat" jawabnya."Tidak apa-apa, Aku akan mendengarkan. Pasti rasanya sakit setelah menyakiti saudaramu sendiri, padahal aku tidak menyuruhmu untuk melakukan apapun""Aku menghajarnya atas inisiatif diriku sendiri, tidak ada hubungannya denganmu. Namun, setelah melakukan ini hatiku tetap tidak lega""Mungkin aku akan se
Baca selengkapnya
Bab 39
Bab 39."Duh, aku merepotkan ya." ujar Tia. "Apaan sih, Tia. Biasa aja kali. Hehe" jawabku tersenyum."Tidak kok" jawab Andrian, kemudian dia pergi meninggalkan apartemen. Sebelum melangkah jauh aku memeluknya sembari membisikkan kalimat di telinganya "Ingat! Kamu tahu kita harus berpura-pura. Jangan buat dia curiga kita bukan pasangan""Kalian so sweet banget sih," sorak Tia. Andrian melempar senyum kemudian berlalu."Kamu romantis banget sih, paling tinggal belanja bentar, nempel mulu" cletuk Tia. "Biar harmonis" jawabku."Bikin iri, tahu gak""Oh, iya" ucapku heran"Kamu tahu sendiri aku sibuk, Mas Indra juga sibuk. Apa lagi akhir ini saking sibuknya aku sampai gak tahu dia lagi apa? Dia sedang ngerjain apa? Udah makan belum?" adunya mulai curhat. Aku berfikir sejenak, jadi selama ini Mas Indra tidak bersama Tia. Pekerjaannya begitu banyak kah, dia juga tidak menghunb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status