All Chapters of Diam-Diam Jadi Madu: Chapter 11 - Chapter 20
50 Chapters
Bab 10
Bab 10Usia kandunganku sudah berusia empat bulan, Remon selalu menjagaku, ia berubah 360 drajat. Berbanding terbalik dengan sifatnya, selalu mengalah padaku, saat aku menginginkan sesuatu pun ia langsung menurutinya. Sore hari Remon pulang dengan wajah lesu. Pasti ia sangat capek berkerja. Aku pun langsung menyiapkan air hangat untuknya. JRemon segera mandi.Ada yang aneh darinya, ia tak menyambutku seperti biasanya, ia seperti banyak menyimpan beban. "Kamu kenapa? Sayang." Aku memberanikan diri bertanya"Mega... " Remon tak mengatakan apapun, tapi menyerahkan amplop berwarna coklat."Apa ini?" Aku membuka amplop tersebut, berisikan uang satu bulan gaji. Aku masih belum mengerti maksudnya. "Aku di PHK. Itu pesangonnya" Aku syok mendengarnya, mau makan apa kami kalau pesangon hanya sebulan gaji, tabunganku juga sudah menipis untuk menutupi kekurangan biaya hidup kami." Tapi aku janji. Aku akan cari kerja lainny
Read more
Bab 11
Bab 11"Kenapa menutup mata?" Bos gendut bertanya, suaranya terdengar sangat dekat. "Jangan menutup mata. Apa yang kamu takutkan" Aku masih tidak mau mmembuka mataku, atau pun menjawabnya. "Baiklah, pisau ini kuletakkan. Aku tidak akan menyakitimu" Sebuah benda seperti dari almunium dilempar. Bunyi klentingnya sangat jelas. Aku mulai membuka mata perlahan. Aku masih tak mau melihat mereka kuarahakan penglihatanku ke bawah menunduk. "Lihat aku, apa yang kamu takutkan?" Bos gendut malah menayaiku, aku bahkan tak bisa menjawab."Kamu sudah membaca perjanjiannya bukan? Remon sudah menandatanganinya, tapi ia tak bertanggung jawab. Dia pergi, dan bisa di gantikan orang lain. Kurasa kamu penggantinya" meski nada bicaranya halus aku dapat merasakan aura kejam pria gendut ini, Aku langsung berlutut berharap masih ada ampun. Semua salah Remon bukan aku. "Aku mohon lepaskan aku. Aku sungguh tak tau masala
Read more
Bab 12
Bab 12Tia menyaksikan kami kembali berbaikan, Tia tersenyum, raut wajahnya tetap tidak suka. Mungkin Tia butuh bukti Remon sudah berubah.  Sedangkan aku yang akan membuat bukti itu. Aku yakin Remon sudah kembali. Ia akan menjadi Remonku, yang dulu.Selama di rumah sakit ia merawatku sampai pulih, meski aku kehilangan anak, aku sudah menerimanya, meski sulit. Perubahan sikap Remon pun membuat aku pulih lebih cepat. Aku kembali menjalani hidup dengan Remon, ia tak mengekangku lagi melainkan. memberi aku cinta, kebebasan dan kebahagiaan. Hari-hari yang kulalui kembali seperti dulu, Remon memanjakanku, menyanyangiku. Bahkan ia tak melarangku jika ingin kembali bekerja asal aku sudah pulih.Remon sekarang berkerja menjadi supir. Ia tak lagi keluar malam selain untuk pekerjaan. Aku tak mendapati Remon mabuk atau lainnyaMalam itu, Remon mendadak Romantis. Ia memberiku sebuah hadiah, kalung emas putih."Selamat ulang tahun
Read more
Bab 13
Bab 13"Mega, kamu kenapa" Tia terperanjat melihat gerakanku."Ibu... Tia, Ibuku..." aku tak sanggup menjelaskan. Pikiranku sibuk memikirkan apa yang akan Remon lakukan.Sontak Tia langsung mengambil HPku. Beruntung layarnya saja yang pecah. Semuanya masih bisa di lihat dengan jelas.Tia menghubungi nomer Remon dengan HPnya. Begitu nomer tersambung Tia tak habis memakinya. Marahnya berapi-api. [ Hey. Dasar laki-laki bajingan, laknat, biadab. Apa yang kamu inginkan? Tidak puaskah kau menyiksa Mega, sampai orang tua pun mau kau siksa. Dimana hati nuranimu, dimana rasa kemanusiaanmu. Oh, iya aku lupa kau tak punya empati karna bukan manusia. Kau adalah iblis menyerupai manusia ] Tia mengoceh, tapi ocehannya malah di tertawakan dari sebrang telpon.[ Hahaha... Kamu Tia, sahabat Mega yang menjadi pahlawan. Katakan saja pada perempuan lacur itu untuk mencabut tuntutan ]Mendengar tawanya Tia, sangat membencinya. Ia tak menjawab dengan
Read more
Bab 14
Bab 14Bact to now.... Aku melangkah menuju gedung pengadilan. Aku tak sabar melihat Remon. Kemarin ia mengatakan tak akan melawanku. Artinya siap berada dalam jeruji besi. Aku tak yakin seorang bajingan seperti Remon akan diam saja. Kuyakin kemarin hanya akal-akalannya berharap aku iba lalu melepaskan. Aku mengingat pertayaan 'Tersisakah cinta dihatimu' apa itu Remon? Mahluk licik! Ia pikir aku akan terbayang sampai tak bisa tidur. "Remon, Remon. Sekarang kamu bertanya cinta setelah hatiku mati" Aku tersenyum miris dalam hati. Dari kejauhan aku sudah melihat Tia serta Mas Indra. Aku melihat angka di jam tanganku. Aku kira mereka kepagian ternyata  aku yang tertinggal karena macet."Mega..." Tia memanggilku. Padahal aku tepat di hadapannya. Aku tersenyum menanggapi ekspresi Tia. "Kamu harus kuat! Semangat" Tia mengangkat kepalan tangan ke atas. Aku berujar dalam hati. 'Seperti biasa!' .
Read more
Bab 15
Bab 14Bact to now.... Aku melangkah menuju gedung pengadilan. Aku tak sabar melihat Remon. Kemarin ia mengatakan tak akan melawanku. Artinya siap berada dalam jeruji besi. Aku tak yakin seorang bajingan seperti Remon akan diam saja. Kuyakin kemarin hanya akal-akalannya berharap aku iba lalu melepaskan. Aku mengingat pertayaan 'Tersisakah cinta dihatimu' apa itu Remon? Mahluk licik! Ia pikir aku akan terbayang sampai tak bisa tidur. "Remon, Remon. Sekarang kamu bertanya cinta setelah hatiku mati" Aku tersenyum miris dalam hati. Dari kejauhan aku sudah melihat Tia serta Mas Indra. Aku melihat angka di jam tanganku. Aku kira mereka kepagian ternyata  aku yang tertinggal karena macet."Mega..." Tia memanggilku. Padahal aku tepat di hadapannya. Aku tersenyum menanggapi ekspresi Tia. "Kamu harus kuat! Semangat" Tia mengangkat kepalan tangan ke atas. Aku berujar dalam hati. 'Seperti biasa!' .
Read more
Bab 16
Bab 16Aku menjerit ketakutan setelah membuka isi bingkisan yang berisi seekor tikur dicabik-cabik perutnya. Isi dalam perutnya menyembul keluar. Aku merasa mual, kepalaku pusing aku langsung pergi ke kamar mandi. Melepehkan semua isi dalam perut."Huek...huek...huek""Sungguh terlalu peneror ini! Siapa sih dia?" "Apa dia tak jijik saat melakukan ini?""Hewan pun jadi ulahnya"Aku berbicara sendiri seperti orang gila. Jika aku melawan peneror itu sendirian aku bisa kehilangan kewarasanku. Aku menelfon Mas Indra, tapi panggilan di matikan. Kepalaku pusing memikirkan ini.  Belum lagi, aku harus membuang bangkai tikus itu.Aku mencari cara membuang bangkai tikus tanpa melihat lagi,  aku berjalan ke arah ruang tamu dimana kotak itu ku letakkan. Tak lupa melapisi tangan dengan palstik. Aku bejalan mengendap-ngendap agar tak tersandung, karena aku membelakangi tempat.Aku menoleh sedikit ke tutup kot
Read more
Bab 17
Bab 17Orang itu sungguh penguntit. Bagaimana ditengah malam saat orang memejamkan mata, ia sempet-sempetnya memotret kami."Orang ini berbahaya!" Mas Indra bergumam."Aku takut, Mas. Orang itu masuk" aku bersembunyi balik punggungnya. "Kita sebaiknya bicara di kamar saja. Biar tak terlihat dari luar" Mas Indra menuntunku masuk ke dalam kamar. "Kamu tahu sendiri, kan. Orang ini gila. Bisa-bisanya ia beraksi tengah malam" ujarku. "Padahal tak ada siapa-siapa" ucap Mas Indra."Dia pasti sembunyi, Mas! Tadi kamu ada yang ngikutin enggak di jalan" tanyaku memastikan. "Enggak ada Mega, pasti orang ini dekat dengan apartemen ini atau dia memang menguntitmu" ungkap Mas Indra. "Aku takut Mas""Matikan saja HPmu" aku menuruti perkataan Mas Indra. Langsung kumatikan gawai itu.Mas Indra memandangku, matanya memancarkan ketidak sabaran. Mas Indra tanpa aba-aba mencium bibirku. Aku terbawa
Read more
Bab 18
Bab 18Remon tidak mau mengaku, terpaksa aku melakukan cara licik lagi. Diam-diam aku mendatangi lapas, bertanya pada petugas sana siapa yang paling berkuasa nara pidana disana. Lalu kubuat perjanjian..."Siapa, Nona menemui saya?" sapa orang yang kutahu bernama karsono. Jangan hanya menilai orang dari namanya aku melihat sendiri bagaimana wujud perawakan preman itu. Orang itu pasti sangat kejam dari wajahnya ia pantas menjadi preman. Badannya tinggi dan gagah. Mukanya memiliki beberapa titik brewok, mata dan bibirnya di bentuk bak seolah orang kejam."Kudengar kamu orang yang biasa menguasai lapas" aku bertanya padanya "Hahaha. Itu hal biasa" jawabnya tertawa."Lalu apa yang membawamu padaku?" tanya preman itu dengan sorot mata jahat. "Aku hanya meminta tolong" ucapku halus."Pertolongan? Aku tak memberikan pertolongan cuma-cuma" ujar lelaki berbrewok."Sebab itu aku mencarimu" ujarku sambil melontarka
Read more
Bab 19
Bab 19Aku mendapati Mas Indra tidur di sofa ruang tamu, aku telah mengusirnya semalam. Kenapa Mas Indra tidak pergi? Ia juga tak menggangguku jadi kukira ia telah pulang."Mas, bangun. Udah pagi" Aku menenteng segelas air putih lalu membangunkannya."Kamu udah bangun, Sayang?" Mas Indra masih mengucek mata. Tubuhnya mengulet merenggangkan otot. Aku menyodorkan segelas air putih, Mas Indra menerimanya dan meminumnya "Kenapa tidak pulang?" tanyaku. "Aku pulang, kok. Ini kan rumah istriku""Maksudku, ke rumah Tia" "Aku sedang ingin bersamamu""Kenapa tidak masuk tadi malam""Aku takut mengganggumu""Maafkan aku. Aku kira kamu pulang" Mas Indra memelukku, aku merasa tenang berada di dekapannya."Sayang. Kita piknik, yuk" ajak Mas Indra."Aku takut Mas, aku sedang tidak ingin keluar rumah" ucapku. Aku sedang ingin bersembunyi dari peneror. Rasanya tidak nyaman selalu diikut
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status