Semua Bab KUSEMBUNYIKAN KEKAYAANKU DARI SUAMI DAN MERTUA: Bab 21 - Bab 30
90 Bab
Dua Puluh Satu
"Aamiin ... semoga kamu juga diberikan kebaikan sama Allah supaya bisa melahirkan dan membesarkan anak kamu dengan baik meskipun ayahnya mungkin nggak bisa mendampingi ya, Mia. Ya, sudah nanti ibu lanjutkan ke wa saja ya. Oh ya, Suf, kamu ada yang mau diomongin ke Mia nggak?" tanya Bu Indah sembari berpaling pada sosok Yusuf yang sedari tadi hanya diam karena pembicaraan sudah diwakilkan pada ibunya."Sepertinya nggak ada sih, Bu. Nanti kalau ada pertanyaan biar via ibu juga nggak papa," sahut Yusuf sembari fokus ke ponselnya saat benda di atas meja tersebut berdering. Sepertinya ada yang menelpon lelaki itu sehingga laki-laki itu undur diri untuk menerima telepon."Ok, baiklah kalau gitu. Oh ya Mi, kamu udah sarapan belum? Kalau belum temani ibu sarapan yuk, kebetulan tadi Mbak Tinah masak makanan kesukaan kamu tuh, urap, perkedel jagung sama tempe goreng. Yuk ...!"*****Siang itu usai ribut dengan menantunya, Sri, Bu Rina membawa kedua putrinya keluar
Baca selengkapnya
Dua Puluh Dua
"Ibu nyuruh aku bawa Mia ke sini lagi? Nggak salah?" Azmi bengong mendengar ibunya memintanya untuk menjemput kembali mantan istrinya, Mia dan membawa perempuan itu kembali ke rumah mereka, tepatnya kontrakan baru mereka ini.Bukannya dulu ibunya yang ngotot supaya mengusir istrinya itu dari rumah mereka? Kok mendadak bisa berbalik seratus delapan puluh derajat seperti ini? Apa tidak salah? Pikirnya bingung."Iya Az, ternyata nggak ada istrimu repot juga, semua harus ibu kerjakan sendiri. Mau cari pembantu, uang nggak ada. Jadi jalan satu-satunya ya cuma jemput istri kamu lagi ke sini," ujar Bu Rina kembali sembari menghembuskan nafas panjang."Iya, Mas. Mbak Mia kan cinta banget sama Mas Azmi. Diapain aja mau. Pasti senang kalau dijemput lagi sama Mas," imbuh Sinta pula yang sedari tadi hanya mendengarkan pembicaraan antara kakak dan ibunya itu sembari asyik bermain ponsel."Bener itu, Mas. Dia kan bucin sama Mas. Pasti mau deh balikan lagi sama mas lagi
Baca selengkapnya
Dua Puluh Tiga
Rumah orang tuanya di kampung sendiri tergolong kurang layak, rumah papan yang atapnya sudah sering bocor saat hujan lebat, itu sebabnya ia ingin membeli rumah baru dan memboyong mereka ke sini untuk mewujudkan kebahagiaan orang tuanya yang selama ini belum mampu ia lakukan.Kasihan kedua orang tuanya. Dari ia kecil hingga dewasa belum bisa membahagiakan mereka. Jadi sekaranglah saatnya untuk mewujudkan semua itu, pikir Mia lagi.Selama ini dengan menjadi istri Azmi, kedua orang tuanya berharap walaupun belum bisa meningkatkan perekonomian keluarga, tetapi setidaknya hidupnya sendiri tidak kesulitan.Sayang, selama jadi istri Azmi dan menantu Bu Rina, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan melainkan kesengsaraan yang bertubi-tubi. Dan Mia berjanji, demi apapun ia tak akan mengulangi kembali kebodohannya itu.Mia tersenyum gembira saat berhasil mengecek saldo tabungannya melalui aplikasi mobile banking. Di sana tertera jumlah keseluruhan uang yang berhasil ia
Baca selengkapnya
Dua Puluh Empat
"Rik, hari ini kamu libur kerja 'kan? Temani aku yuk, rencana pengen lihat-lihat rumah nih," ujar Mia sembari menatap Rika yang sedang melahap sarapan paginya di meja makan. Sementara ia sudah duluan makan karena sudah lapar dari tadi. Kodrat ibu hamil memang mudah sekali lapar, seperti Mia.Hari ini hari Sabtu. Rika libur kerja, jadi Mia bermaksud meminta bantuan sahabatnya itu untuk menemani dan mengantarnya melihat lihat kompleks perumahan cluster baru yang sudah masuk daftar list-nya kemarin."Rumah? Kamu mau beli rumah?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Rika justru berseru kaget dengan ekspresi tidak percaya. Sungguh, ia tak pernah menyangka. Sang sahabat yang kemarin masih kebingungan karena mendadak diusir dari rumah mertua, sementara ia tak punya tempat tinggal, sekarang malah mau beli rumah baru. Wah, cepat sekali kemajuannya, pikir Rika kagum."Alhamdulillah, Rik. Bukan aku nggak betah di sini ya, tapi rasanya nggak mungkin aku mau ngerep
Baca selengkapnya
Dua Puluh Lima
Mendengar pertanyaan sahabatnya, Mia menggelengkan kepala dengan ekspresi kaget seolah tiba-tiba baru menyadari hal itu. "Iya ya, Rik? Mestinya sih sudah selesai diurus, soalnya mas Azmi kan mau nikah lagi sama selingkuhannya itu, tapi nggak tahu kenapa, sampai sekarang kok belum juga ada kabarnya ya? Gimana ini, Rik?"tanya Mia dengan nada sedikit cemas.Ya, tiba-tiba saja ia jadi kepikiran soal surat cerai yang belum juga ada informasinya."Kamu nggak usaha hubungin dia? Tanyakan sampai sejauh mana sudah proses perceraian kalian? Jangan berlarut-larut. Takutnya nanti dia berbalik pikiran. Ya siapa tahu aja sih, soalnya lelaki pelit dan mertua materialistis begitu pasti nggak bisa lihat menantu banyak duit kayak kamu, bisa-bisa mereka nanti maksa kamu balikan lagi. Siapa tahu lho ...." ujar Rika kembali, mencoba memberikan analisa dan peringatan pada Mia supaya tak lengah dan segera mengantisipasi keadaan agar tidak dirugikan oleh statusnya yang masih menggantung terse
Baca selengkapnya
Dua Puluh Enam
Mia tersenyum haru penuh kerinduan saat sepasang netranya menangkap sosok ibu, bapak, juga adiknya, Sindy baru saja turun dari bus antar kota antar propinsi yang baru saja tiba di terminal.Tadinya ia hendak menyusul mereka dengan menggunakan mobil carteran yang bisa disewa dari sini, tetapi kedua orang tuanya mencegah dan mengusulkan agar mereka saja yang menyusul ke kota ini menggunakan bus AKAP supaya lebih hemat pengeluaran. Dan Mia pun akhirnya setuju saja.Ia dan Rika buru-buru mendekat sembari memberi kode dengan panggilan hingga akhirnya ketiga sosok yang baru saja turun dari bus itu pun melihat keduanya dan berjalan mendekat.Orang tua dan anak pun saling berangkulan penuh haru saat tak ada lagi jarak yang memisahkan di antara mereka."Alhamdulillah, Nduk. Akhirnya ketemu juga sama kamu. Ibu pikir kamu kenapa kok nggak pulang-pulang. Ibu mau ke sini juga takut merepotkan suami sama mertua kamu, akhirnya ndak jadi ke sini. Oh ya kandungan kamu sud
Baca selengkapnya
Dua Puluh Tujuh
"Rik, hari ini kamu libur kerja 'kan? Temani aku yuk, rencana pengen lihat-lihat rumah nih," ujar Mia sembari menatap Rika yang sedang melahap sarapan paginya di meja makan. Sementara ia sudah duluan makan karena sudah lapar dari tadi. Kodrat ibu hamil memang mudah sekali lapar, seperti Mia.Hari ini hari Sabtu. Rika libur kerja, jadi Mia bermaksud meminta bantuan sahabatnya itu untuk menemani dan mengantarnya melihat lihat kompleks perumahan cluster baru yang sudah masuk daftar list-nya kemarin."Rumah? Kamu mau beli rumah?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Rika justru berseru kaget dengan ekspresi tidak percaya. Sungguh, ia tak pernah menyangka. Sang sahabat yang kemarin masih kebingungan karena mendadak diusir dari rumah mertua, sementara ia tak punya tempat tinggal, sekarang malah mau beli rumah baru. Wah, cepat sekali kemajuannya, pikir Rika kagum."Alhamdulillah, Rik. Bukan aku nggak betah di sini ya, tapi rasanya nggak mungkin aku mau ngerep
Baca selengkapnya
Dua Puluh Delapan
Mia tersenyum haru penuh kerinduan saat sepasang netranya menangkap sosok ibu, bapak, juga adiknya, Sindy baru saja turun dari bus antar kota antar propinsi yang baru saja tiba di terminal.Tadinya ia hendak menyusul mereka dengan menggunakan mobil carteran yang bisa disewa dari sini, tetapi kedua orang tuanya mencegah dan mengusulkan agar mereka saja yang menyusul ke kota ini menggunakan bus Antar Kota Antar Propinsi supaya lebih hemat pengeluaran. Dan Mia pun akhirnya setuju saja.Ia dan Rika buru buru mendekat sembari memberi kode dengan panggilan hingga akhirnya ketiga sosok yang baru saja turun dari bus itu pun melihat keduanya dan berjalan mendekat.Orang tua dan anak pun saling berangkulan penuh haru saat tak ada lagi jarak yang memisahkan di antara mereka."Alhamdulillah, Nduk. Akhirnya ketemu juga sama kamu. Ibu pikir kamu kenapa kok nggak pulang pulang. Ibu mau ke sini juga takut merepotkan suami sama mertua kamu, akhirnya ndak jadi ke sini. Oh ya kandungan kamu sudah berapa
Baca selengkapnya
Dua Puluh Sembilan
Sesaat setelah turun dari mobil, kedua orang tua Mia menatap penuh kekaguman pada rumah bergaya minimalis di depan mereka. Untuk ukuran mereka, bangunan itu sangat mewah dan modern, membuat keduanya juga putri bungsunya menjadi terharu dan bahagia."Ini rumah kamu, Nduk? Baru dibangun ya? Masya Allah, bagus banget rumahnya, tamannya juga. Ibu suka. Alhamdulillah, berarti kamu sudah sukses sekarang ya, Nduk?""Alhamdulillah, Bu. Mari masuk ...." Mia membuka pintu depan dengan kunci yang diambil dari dalam tas lalu membantu kedua orang tuanya itu masuk sembari membantu membawa barang bawaan mereka ke dalam rumah."Wuih, Mbak Mia keren. Rumah ini bersih banget dan modelnya kayak di teve-teve, suka deh. Oh ya, Mas Azmi mana sih, Mbak? Kok dari tadi nggak kelihatan?" "Hmm ... Mas Azmi ... " Mia terdiam, begitu pun Rika yang menunggu ia menyelesaikan kalimatnya. Sedari kemarin, sahabatnya itu memang menyarankan padanya untuk terus terang soal hubungannya yang sudah kandas dengan Azmi teta
Baca selengkapnya
Tiga Puluh
"Ya, sudah ke depannya kamu hati-hati saja kalau mau memilih jodoh lagi ya, Nduk. Apalagi nantinya status kamu janda dengan satu anak. Semoga ada laki-laki baik yang berkenqn menerima kamu dan anak kamu dengan baik pula ya.""Iya, Bu. Aamiin ...."*****Pagi ini Azmi tengah bersiap-siap untuk menuju ke kampung halaman Mia bersama ibu dan kedua adiknya. Hari ini dan besok merupakan hari libur kerja jadi Azmi bisa bepergian ke luar kota seperti rencana mereka semula.Dari semalam ibunya sudah tak sabar lagi hendak menjemput mantan istrinya itu untuk diajak rujuk dan kembali lagi ke rumah mereka. Jadi, pagi-pagi sekali semua anggota keluarga sudah siap-siap berangkat untuk menjemput Mia.Azmi sudah menghubungi mantan istrinya itu berkali-kali tapi entah mengapa nomor telepon yang biasa Mia pakai tersebut tidak bisa dihubungi lagi. Jadi, Azmi memutuskan untuk berangkat tanpa pemberitahuan karena ia yakin Mia pasti ada di rumah orang tuanya di kampung sang mertua.Entahlah, apa Mia sudah m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status