All Chapters of Teror Berdarah: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
Bagian : 11
"Mas! Kenapa setiap aku ngomong kamu nggak pernah turutin?!" tanya Yulissa meninggikan suaranya.   "Arghh! Kamu bisa tidak, sekali saja berhenti membicarakan ini? Saya capek. Baru sekarang saya bisa pulang awal, bukannya nawarin minum atau makan, malah teriak-teriak tidak jelas."    "Alasan kamu, Mas! Palingan juga kamu habis senang-senang, kan? Giliran perayu itu minta ini, mobil, rumah, ATM, langsung kamu kasih. Sedangkan ketika aku minta pengertian kamu sedikit saja, nggak pernah kamu lakuin, Mas!"   "Lissa! Jaga bicara kamu! Pengertian apa yang kamu mau?! Dari dulu sampai sekarang, pengertian, pengertian terus yang kamu minta. Kurang pengertian apa saya? Hah?!"   "Mas! Kalau selama ini Mas pengertian seperti yang kamu bilang, kenapa masih berhubungan sama perayu itu? Tinggalin dia sekarang! Aku nggak mau tahu! Kita semua tahu tindakan kamu itu salah, Mas!"   "Oh? Jadi sa
Read more
Bagian : 12
Di atas motor, Luther merasa risih. Terutama saat merasakan tangan Petunia menggenggam kedua sisi pinggang seragamnya, sangat erat. Seakan, bergeser sedikit saja, ia bisa terlempar ke tengah jalan. Sekitar sepuluh menit melaju, akhirnya Luther menghentikan motor saat Petunia menepuk-nepuk pundaknya.   "Ke-kelewatan, Luther. Ru-rumah saya ya-yang gerbang e-emas," ujar Petunia masih duduk di jok belakang.    Dengan malas, Luther melirik ke belakang, jarak rumah yang dimaksud Petunia terlewat dua rumah saja.    "Cuma kelewatan dua rumah aja, kali. Jalan kaki kan, bisa," ucap Luther bernada ketus.    "Sini helmnya, aku nggak mau biarin pacarku menunggu lama."    Mendengar nada tak bersahabat Luther, Petunia pun turun dari motor. Setelah menerima helm tersebut, Luther langsung memacu motornya secepat mungkin. Bagaimana mungkin dia membiarkan pacarnya menunggu untuk
Read more
Bagian : 13
"Dasar curang, pakai senjata. Dikeluarkan, kan, dari geng! Huu!" kesal Yonna saat laki-laki yang menusuk Gun baru saja dikeluarkan dari gengnya, ditinggalkan oleh ketua.    Meski geng itu adalah musuh dari Geng SP*RM—geng Gun dan kawannya—tetapi Yonna senang karena penusuk itu tidak mendapat dukungan dari mana pun.    "Kalau aku jadi Song, sudah kutusuk-tusuk itu dada si pecundang. Selalu aja pakai senjata."   "Beruntung Song masih ingat pesan Gun, kalau laki-laki berkelahi sampai ada yang menang bukan membunuh."    "Oh, iya! Ngomong-ngomong soal membunuh, pas pulang dari toko roti, kau sempat nggak lihat ada yang saling bacok?" tanya Malilah mengingat pembicaraan Ayahnya di telepon.   Yonna mendesah berat, "Nggak lihat aksinya, cuman sisanya. Asli, Lil, sampai muntah aku lihatnya."   "Aku juga sempat mual waktu lihat postingan di media sosial,
Read more
Bagian : 14
Luther mengobrak-abrik isi tas pinggangnya, mengambil obat pereda pusing yang selalu dia bawa. Menyerahkan satu butir obat ke Yonna, lalu dibiarkannya gadis itu meneguk bersama air mineral yang tersedia di meja.    Luther selalu berusaha menjadi pacar yang baik juga siaga, jangan terkejut bila suatu saat nanti akan ada adegan di mana Luther mengeluarkan pembalut wanita dari dalam tasnya. Bahkan Luther juga menyiapkan obat pereda nyeri haid, apabila dia mendapati Yonna kesakitan karena haid saat berada di luar. Karena jika Yonna merasakan nyeri ketika di rumah, Luther lebih menyarankan untuk mengompresnya dengan air hangat, dan banyak meminum air putih.   "Aku nggak bisa meminta kamu buat berhenti memikirkan masalah ini, bagaimanapun semua itu berada di sekeliling mu. Aku juga nggak bisa bantu menyelesaikan, karena ini terjadi di dalam keluarga kalian. Aku orang luar, yang beruntung menjadi pacar kamu, hanya bisa membantu menenangkan. Se
Read more
Bagian : 15
Helaan napas lolos dari bibir kecil Yonna.   "Luther," panggil Yonna dengan suara kecil.   "Iya?" Luther memindahkan segala atensinya kepada Yonna.   "Kapan masalah Mama sama Ayah selesai?"    Mengerti arah pembahasan tersebut, Luther menggeser tubuhnya agar semakin dekat dengan pacarnya. "Aku nggak yakin kapan, yang pasti secepatnya. Tante sama Om juga nggak pernah mau menyentuh keadaan ini, 'kan?"   "Secepatnya, ya? Kapan itu secepatnya? Enam bulan lagi? Satu tahun? Atau sampai hubungan mereka benar-benar berakhir?"   "Sstt... Jangan ngomong kaya gitu, doakan aja semoga cepat ditemukan jalannya."   "Aku capek, Luther. Aku kangen ngobrol bareng mereka, nonton tv ramai-ramai, kursi meja makan lengkap terisi, liburan bersama. Aku kangen semua itu, Luther. Suasana sekarang jauh lebih sesak. Iya, Mama masih peduli, Ayah kadang nanya kab
Read more
Bagian : 16
Semua murid di kelas Yonna sedang sibuk dengan urusan bersama lingkaran pertemanan mereka masing-masing, guru yang seharusnya mengajar tidak dapat hadir.    Akia yang rajin dan berbakat, sedang membuat sketsa dalam buku miliknya, Malilah terlelap di sebelahnya dan Yonna bersenandung sembari menuliskan lirik-lirik dari lagu yang ia nyanyikan.   "I-itu lagu dari You-youtub-tuber, 'kan? Na-namanya Bee, ya?" Pertanyaan Petunia membuat Yonna berhenti bersenandung.   "Kau tahu Bee juga?" tanya Yonna kaget.   "Te-tentu! Sa-saya pengge-penggemarnya!" balas Petunia ceria.   "Wah! Kita sama, nih! Tapi kenapa Bee sudah nggak pernah membagikan video terbaru, bahkan dia nggak pernah aktif di akun pribadinya. Aku kangen banget tahu, kalau mengerjakan tugas sekolah, aku selalu memutar video cover-nya."   "Sa-saya juga rin-ndu. Apa-kah benar go-gosip yang sempat bere-be
Read more
Bagian : 17
Malilah bersorak gembira, pasalnya sudah dua hari ini mereka tidak perlu melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Acara amal Sumbang Olahraga akan dilanjutkan hari ini, dan semua pihak sekolah yang bersangkutan tentu datang ke sekolah mereka. Acara utama pun, sedang dimulai.    Seluruh pendukung dari regu masing-masing sibuk memberi teriakan semangat. Tidak terkecuali bagi para siswi yang pasangannya tengah bertanding di bidang olahraga futsal sekarang.    "Ayo! Luther!! Kalahkan mereka! Semangat!" sorakan Malilah yang paling heboh.    Bahkan Yonna yang notabene pacar Luther tidak seheboh itu. Tetapi Yonna tidak juga mempermasalahkan, setidaknya Yonna tak perlu mengeluarkan suara sekeras itu juga untuk dapat didengar Luther.   "Woahh!! Gol!! Hahah!"    "Gol!!"   "Yeah!!"   "Mampus!"  
Read more
Bagian : 18
"Yonna," tegur Akia mendapati Yonna duduk di luar pagar sekolah menahan tangis.   "Aku nggak tahu kenapa aku lari, Ki. Aku percaya sama Luther, tapi kenapa rasanya sakit banget?!" curah Yonna tak sanggup menahan air matanya.   "Wajar, kok. Itu reflek dari emosi kamu, saya juga pasti akan melakukan hal yang sama."   "Aku nggak tahu harus bersikap bagaimana, Ki."   "Yonna!" Luther berteriak ketika melihat keberadaan Yonna.   Akia membantu Yonna berdiri, terlihat jelas Yonna masih ingin menjaga jarak dengan pacarnya.   "Kamu jangan salah paham tentang apa pun yang kamu lihat, tadi."   "Iya."   "Yonna, tolong. Aku nggak mau kita jadi renggang karena salah paham yang konyol ini."   "Kamu bilang ini konyol?"   "Aku nggak terima kue itu." Luther meraih pergelangan tangan Yonna.
Read more
Bagian : 19
"Ma?" Yonna menuang segelas air putih.   "Iya, sayang?" balas Yulissa mengalihkan tatapannya dari laptop.   "Ayah ada kerja di luar kota? Sudah tiga hari ini nggak pulang ke rumah." Yonna mempertanyakan apa yang membuat ayahnya pergi selama ini.   Yulissa menurunkan bahunya. Tanpa menatap Yonna, Yuliisa menjawab, "Tidak tahu, Nak. Ayahmu tidak dapat dihubungi."   Menahan kesedihan di dalam dirinya, Yonna duduk di kursi yang bersebelahan dengan Yulissa. "Sampai kapan kalian akan bertengkar? Yonna merindukan kebersamaan kita seperti dulu, Ma."   Jujur, perkataan anaknya membuat hati Yulissa teriris, ia sungguh merasa bersalah. "Maafkan Mama dan Ayah. Sudah hampir belasan tahun ini kami melalui lika-liku kehidupan berumah tangga, Mama merasa masalah kali ini adalah yang lebih rumit. Mama benar-benar minta maaf, sayang."   "Maaf, Ma. Tapi Yonna tidak kuat melihat
Read more
Bagian : 20
Keesokan harinya, hubungan pertemanan antara Petunia dan yang lainnya sudah membaik. Walau masih ada murid lain yang berbisik dan menggiring opini yang berkembang, mereka tidak ambil pusing.    Termasuk kelompok yang suka menggosip, Rasia dan teman-temannya. Bahkan, Gisel kembali mengingatkan Yonna agar langsung menjauhi Petunia, sebelum Petunia berhasil menggoda Luther lebih jauh. Tetapi Yonna tidak acuh, ia tetap ingin menjaga pertemanannya dengan Petunia.   "Hari ini, kalian tanding?" Malilah bertanya pada Dovis.   "Nggak, kami besok baru tanding. Hari ini antar SMA Garuda dan Merah Putih," jawab Dovis.   "Jadi, kita nonton apa hari ini?"   "Basket ajalah."   Clovis yang terus menatap Yonna, beralih memandang Petunia. Dia masih memikirkan kejadian kemarin. Clovis begitu khawatir dengan perasaan Yonna, ia pasti sangat terluka. Bahkan keik yang ingin Yo
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status