Semua Bab Home: Bab 31 - Bab 40
60 Bab
30. Runalla: Dia Sudah Berusaha
«warning» ***   19.22 Dua jam lalu, kami baru selesai menikmati makan malam di hotel dan sekarang dalam perjalanan menuju ke alun-alun ibu kota Bali. Taman Kota Lumintang, kalau tidak salah. Kami sama sekali tidak memiliki rencana pergi ke sana, tapi Mas Biru mengatakan, "Nggak papa, sekalian isi ulang bensin sama nunggu makanan di perut turun." Sepanjang jalan ke sana, sisi jalan selalu menampakkan para wisatawan asing yang berpergian bersama kelompoknya. Aku menerka, apakah mereka tidak takut tersesat apabila berkunjung ke negara orang? Aku tidak terlalu suka berpergian semenjak putus dari Septa, karena sampai sekarang juga aku masih ingat saat dirinya mendorongku keluar dari mobil. Aku takut ditinggal
Baca selengkapnya
31. Runalla: Di Luar Ekspektasi
«warning»yang masih di bawah umur silahkan skip ke part berikutnya yaa. *** 23 Desember 2019 Sudah beberapa hari mencoba kemudian berujung gagal. Sudah lima kali dibuat kentang karena selalu berhenti di tengah jalan, tepatnya saat Mas Biru akan menanggalkan celanaku. Aku berusaha mengerti, berusaha memahami, dan selalu memberi kesempatan. Ada istilah 'setiap orang memiliki batas kesabaran'. Itu sebuah fakta mutlak. Merupakan saat genting ketika seseorang sudah tak mampu lagi bersabar lalu marah-marah. Terjadi padaku dan Mas Biru kemarin malam.
Baca selengkapnya
32. Perbincangan Hangat (1)
"But it make you stronger."But I was a child.I didin't need to be stronger.I needed to be safe. -Unknown- *** 15.23 Pada dasarnya, Biru masih memiliki masalah yang mendalam sehingga masih belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Kejadian ketika dia berumur tiga belas tahun memang sudah berlalu, tapi tidak dengan memori fisik serta psikis yang membelenggunya selama hidup. Biru meminta Runalla menyentuh penisnya terlebih dahulu agar dia bisa meyakinkan diri lebih kuat untuk menepis ingatan itu. Yang menyentuhnya bukan mereka, tapi istrinya sendiri, yang sudah selalu sabar menunggu dan memberi kesempatan berulang. Biru menyentuh seluruh tubuh Runalla memang karena istrinya ingin, bukan karena pa
Baca selengkapnya
33. Perbincangan Hangat (2)
24 Desember 2019 07.15 ["Kenapa pagi-pagi telepon?"] Aku melangkahkan kaki menuju area kolam renang hotel yang letaknya berada di lantai paling atas. Aku tak berniat berenang. Hanya ingin mencari udara segar sekaligus sengaja menjauh agar Mas Biru tidak dapat mendengar pembicaraanku dengan Angkasa. Aku butuh waktu cukup lama sebelum berani menanyakan hal yang berhubungan dengan Septa padanya. Sejak tahu dari Mas Biru bahwa Angkasa mengetahui hal yang selama ini kurahasiakan tentu saja membuatku terkejut. Harus kutanyakan sebagai konfirmasi. Sebenarnya hari ini aku ingin mengungkapkan semuanya pada Mas Biru. Aku ingin dia tahu cerita dar
Baca selengkapnya
34. Perbincangan Hangat (3)
"I Wish you knew how bad it fucked me up." -Anonymous *** 24 Desember 2019 Mereka tiba di salah satu bandara Jakarta setengah jam lalu. Tidak langsung pulang, mereka memutuskan untuk singgah di salah satu restoran cepat saji yang siang ini tampak sepi-mungkin karena besok adalah hari natal dan banyak keluarga memutuskan untuk berdiam di rumah masing-masing. Mereka duduk di bagian paling ujung, yang jarang dijangkau oleh siapapun ketika memasuki resto. Biru menghadap ke arah pintu masuk, sedangkan Runalla membelakangi. Sengaja, agar tidak ada yang melihat Runalla menangis. Meski duduk berhadapan, dia masih belum bisa menatap Runalla. Baginya, ini bukan masalah yang bisa disikapi dengan bodo amat atau pura-pura tidak tahu. Biru terlalu kecewa.
Baca selengkapnya
35. Perbincangan Hangat (4)
8 Januari 2020 Echan menyipitkan mata ketika satu per satu mahasiswa melangkah keluar dari kelas. Sudah tiga bulan dia tidak mengunjungi kampus sama sekali, karena memang itu jatah liburnya yang layak. Echan sendiri datang ke kampus karena hari ini merupakan waktu untuk melakukan pengisian KRS manual yang biasanya dibimbing oleh dosen pembimbing akademik. Kebetulan, dosen pembimbing akademiknya adalah Biru. 'Samperin atau nggak, ya?' Echan menimbang ketika melihat kelas sudah benar-benar kosong. Beberapa hari lalu, Echan sudah mendengar cerita lengkapnya dari Runalla. Dia masih belum bisa percaya bahwa kakak sepupu yang selama ini dia kagumi merupakan orang yang bisa berselingkuh diam-dia
Baca selengkapnya
36. Perbincangan Hangat (5)
8 Januari 2020 "Kamu dan Issy boleh tinggal di sini selama mungkin. Kami nggak keberatan." Mutia ingin pindah, karena dia enggan menyusahkan Baskara dan Wulan yang terlampau baik. Berbeda dengan Yasa dan Astrid. Sudah bertahun-tahun mengalami konflik tanpa sebuah solusi. Konflik yang mengakibatkan anak mereka menjadi korban kekerasan secara langsung maupun tidak. Bagi Mutia, tidak ada hal yang dinamakan cinta setelah melihat bagaimana gelapnya kehidupan rumah tangga orang tua. Bagaimana mau mencintai diri sendiri, kalau orang tua sudah merekonstruksi dunianya hingga hancur lebur sejak berumur tiga tahun? Selama tumbuh dan berkembang di rumah, sosok ayah selalu menggambarkan kekerasan—mengakibatkan Mutia terbiasa dengan hal itu. Mengakibatkan Mutia menganggap semua lawan jenis adalah sama dan dia mewajari adanya kekerasan. Menurut Mutia, sebelum berhasil lepas dari Rey, Rey melakukan semua kekerasan itu agar dia menjadi istri yang lebih baik l
Baca selengkapnya
37. Perbincangan Hangat (6)
12 Januari 2020 Ada berapa banyak luka lagi yang mampu dia tampung? Biru menengadahkan kepala menatap langit-langit kamar penuh pilu, sedangkan tangannya mengusap Vivi yang tidur di atas perutnya tanpa minat. Sejak bicara dengan Runalla yang menangis sesegukan, Biru enggan sekali bertemu orang lain meski itu penting. Terkadang dia menyempatkan waktu untuk membalas pesan dari mertua dan berbincang sebentar melalui sambungan telepon. Tapi, energinya seolah telah habis tak tersisa. Biru merasa bersalah pada keluarga Runalla. Terutama, pada istrinya juga. Biru sudah mengatakan hal yang keterlaluan dan langsung pergi. Dia memang sengaja agar tidak goyah ... tapi, nyatanya memang sesulit itu. Sudah setengah jam ponselnya berbunyi berulang kali. Menandakan ada pesan masuk. Ranjang terasa begitu hampa selama beberapa minggu terakhir. Tidak ada yang mengganggu atau menjahili-ah, Biru masih merindukannya terlepas dari bagaimana kekecewaan memel
Baca selengkapnya
38. Perbincangan Hangat (7)
16 Juli 2019 [ 10.22Runalla: PRunalla: Noela lagi di apart lo nggak? Mau main ke sana. Kata dia, dia tukeran shift sama perawat lain ] "Runalla mau main ke sini, tapi nggak tau dia datang jam berapa. Pake baju sana." Angkasa menyapu permukaan kulit wajah Noela menggunakan jari telunjuk. Perempuan bermata sipit itu menatap Angkasa cukup lama ketika jemari yang hangat berhenti pada leher—menyentuh satu titik dan menekannya sehingga denyut nadi Noela terasa. Berdetak cepat untuknya. "Sekali lagi," cicit Noela. Di bawah sana, kaki mereka yang telanjang saling menyentuh. Melilit satu sama lain. "Satu ronde lagi sebelum Runalla datang. Nggak papa?" "Kaki lo nggak gempor apa?" "Nggak bakal selemas dulu lah." Lelaki itu menyibak selimut agar bisa bergerak, menindih si perempuan, dan mengudarakan tawa jenakanya. "Jadi keinget pas lo magang sa
Baca selengkapnya
39. Kembali
29 Desember 201910.23Di ruang praktek, Ersa duduk termenung dengan jantung yang nyaris berhenti berdetak usai mendengar penuturan Biru mengenai sosok Runalla. Runalla berselingkuh dengan teman sendiri dan beberapa lelaki lain, katanya. Biru duduk lemas di kursi yang berhadapan dengan Ersa. Mata lelaki itu menatap kosong ke arah meja kerja Ersa yang dihiasi: tempat pulpen, foto keluarga, dan beberapa tanaman hias berbentuk kaktus.Biru menautkan jemari erat ketika rasa sakit itu tidak mau pergi. Bibir Biru sedikit terbuka, ingin mengatakan sesuatu tapi ditahan oleh keraguan yang kuat. Kondisi fisiknya tidak baik. Wajah yang biasanya segar, kini terlihat pucat seolah belum makan maupun tidur. Dia juga sama sekali tidak mampu mengubah ekspresi—sun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status