All Chapters of Home: Chapter 1 - Chapter 10
60 Chapters
Prolog
20 Juni 2019 Kenapa, ya, kalau di film romantis, kisah perjodohan antara dua orang asing tampak dan terasa begitu mendebarkan? Yang awalnya tidak saling mengenal, justru menjadi sedekat nadi yang tidak bisa terpisahkan sampai maut menjemput. Tapi, kenapa di versi kehidupan nyata milik Runalla Edrea, kisahnya begitu tragis nan menyedihkan? Sama sekali tidak ada interaksi berarti, tidur bersama pun dibatasi oleh guling, dan suaminya itu sama sekali tidak peka-bahkan, Runalla sempat mengira kalau ia terikat dengan lelaki impoten atau memiliki gangguan seksual. "Mas, kamu yang benar aja," pagi-pagi sekali, Runalla sudah merengek meraung-raung karena ulah lelaki yang memiliki wajah sedatar jalan tol. "Mas, aku mau punya anak!"
Read more
1. Dua Paket Kejutan
10 September 2019 Biru menghela napas super panjang ketika melangkah masuk ke dalam rumah. Sudah lebih dari empat hari tumpukan paket dari kurir menganggur di samping rak sepatu. Ditambah lagi, seminggu terakhir ini, Vivi tak menyambutnya ketika pulang ke rumah. Padahal biasanya kalau mendengar suara mobil Biru, Vivi sudah menggonggong serta melompat-lompat kegirangan. Kemudian, sebuah teriakan seorang lelaki serta suara sepeda motor yang mesinnya dimatikan terdengar jelas dari luar rumah. "PAKEETTT!" Tidak sampai sedetik, Runalla dan Vivi langsung berlari keluar dari kamar dengan begitu antusias. Wajah Runalla dipenuhi oleh sumringah kebahagiaan serta gonggongan semangat dari Vivi.
Read more
2. Sebuah Penjelasan
17 Februari 2019 Biru melangkahkan kakinya masuk ke sebuah ruangan yang tampak begitu asing. Setelah tiga puluh tahun hidup, baru pertama kali ia mengetahui bagaimana rasanya ketika akan menemui seorang psikolog di rumah sakit. Biru sudah mengisi data diri serta pembayaran yang cukup mahal. Tak apa, demi kesembuhannya. "Pak Biru?" "Iya." Biru menggenggam sabuk yang melingkar kelewat erat sampai pinggangnya terasa sakit. Biru duduk, tidak bisa menatap seorang lelaki yang tampak ramah dan siap mendengarkan. Biru beruntung, menemukan seorang psikolog humanistik yang bisa menerima klien apa adanya. "Salam kenal, s
Read more
3. Kecemasan
24 Februari 2019 Pertemuan minggu lalu yang berlangsung satu jam, kembali dilanjutkan minggu ini. Ersa masih belum mengupas tuntas permasalahan dalam diri Biru. Belum juga mengetahui akar permasalahan, karena minggu lalu Biru begitu meledak-ledak ketika membicarakan pernikahannya mendatang. "Pak, boleh ceritakan masa kecilnya?" tanyanya kala mereka kembali duduk berhadapan. "Masa kecil saya nggak terlalu menyenangkan.." Biru melipat kedua tangan di depan dada. Kepalanya mendongak ke atas. Dia memandang langit-langit dengan pandangan kosong—berusaha menerima semua rasa sakit dari masa lalu ketika mengingatnya. Menggali kembali luka lama adalah sesuatu yang tidak
Read more
4. Suatu Pertanda
24 Februari 2019 "Kalau boleh tahu, apa yang Pak Biru rasain setelah cutting? Dan kenapa cutting-nya di bagian dada?" Biru tampak ragu-ragu untuk memberikan jawaban sebab takut dihakimi. Orang tuanya saja selalu menghakimi, apalagi orang lain, kan? Biru menunduk, memperhatikan kuku ibu jarinya yang kini tengah menggoreskan luka pada pergelangan tangan kiri berulang kali hingga berdarah. Menyadari itu, Ersa pun mengatakan, "Nggak papa, Pak. Saya nggak akan menghakimi." Biru gemetar ketika perlahan dia memberanikan diri mengangkat kepala. "Nggak banyak pria seumuran saya datang kemari. Saya malu," ujarnya tidak percaya diri. "Masalah saya juga masalah sepele, tapi saya lebay.."
Read more
5. Tamu yang Tak diundang
trigger warning: harsh words+abuse ***   6 Februari 2019 "Kamu nikah aja sama anak temannya Ayah. Kamu sampai kapan mau melajang? Nunggu Ayah dan Bunda meninggal dulu baru mau nikah?" Suara orang tuanya menggema mengitari kepala. Kemarin malam, ia dicerca tanpa ampun oleh Ayah dan Bunda perihal pernikahan. Biru tidak ingin menikah—lebih baik hidup sendirian. Hidup sendirian lebih bahagia; tidak akan ada yang menghina, mencela, menghakimi, atau mengomentari segala tindakannya.
Read more
6. Maaf tanpa Bicara
  24 Februari 2019 "Jujur, saya kurang tahu gimana masa lalu Ayah. Ayah orangnya tertutup dan ke Bunda pun juga jarang ngobrol. Mereka dipaksa menikah disaat Bunda juga masih berusia sembilan belas tahun, sedangkan Ayah dua puluh dua tahun," Biru tampak berusaha mengingat kembali agar menjawab pertanyaan dari Ersa dengan benar. "Saya tahu ini dari saudara Ayah. Ayah itu tiga bersaudara, anak sulung, adik-adiknya perempuan semua. Nenek dan Kakek orang yang keras. Saya ... saya sempat dengar, Ayah dulu pernah diusir dari rumah karena nggak mau sekolah." "Diusir sama Kakek-Nenek?" "Iya," jawabnya sambil menganggukkan kepala. Dada Biru terasa sesak membayangkan kejadian di mana Ayahnya diperlakukan buruk. "Saya s
Read more
7. Menghindar
«warning» ***   24 Februari 2019 "Menurut saya, urusan dengan diri Pak Biru ini harus segera diselesaikan agar lingkaran yang sama nggak terulang lagi dikehidupan keluarga Pak Biru yang baru. Sebentar lagi, Bapak juga akan menikah, kan?" Biru diam cukup lama. Biru bisa membayangkan dengan jelas bagaimana kehidupan keluarga barunya nanti setelah menikah. Akan hancur—perceraian tahun depan atau Biru akan ditinggalkan karena tidak bisa berperan sebagai seorang suami. Namun, Biru masih takut. Masih belum berani maju menghad
Read more
8. Runalla: Sesak
a/n: runa's pov. ***   26 April 2019 Aku selalu menginginkan calon suami yang mirip dengan sosok Papa. Tinggi, berwibawa, lembut, menyayangi pasangan, suka anak kecil, dan murah hati. Papa memang bukan sosok yang romantis, tapi sisi jenakanya itu selalu berhasil menghibur keluarga. "Iya kali nyamuk ga terbang. Kalo ga terbang, bisa-bisa populasinya musnah gegara gampang ditepokin." Aku juga masih ingat saat dulu berada di semester akhir. Aku menangis tersedu-sedu karena revisi skripsi yang tak kunjung selesai padahal sudah mendekati waktu sidang. Tapi, herannya Papa malah berceletuk dengan begitu santai saat melihatku menangis.
Read more
9. Awal dari Kehidupan Baru
I ask myself again,"Am I a bad person orAm I just in pain?"- Unknown.   ***   Sejak awal, Biru mengatakan pada Runalla untuk tidak memberitahu pada publik kalau mereka menikah. Selain keluarga dan sahabat terdekat, tidak ada yang tahu bahwa mereka sudah berstatus sebagai suami-istri. Runalla setuju dan benar-benar menjaga rahasia itu dari publik. Semua orang beranggapan kalau Runalla masih single. Runalla tak masalah dengan itu. Dia justru mengatakan, "Tinggal nunggu diciduk doseparch kaya idol-idol Korea terus nanti pada heboh soalnya kita nikah." Biru juga memblokir nanogram Runalla agar perempuan itu tidak dapat memantau atau mengikuti akunnya. Biru pemalu, tidak ingin istrinya melihat apa yang dia unggah. Runalla tah
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status