Runalla meyakini bahwa pernikahannya akan baik-baik saja, walau sang suami tak pernah memberi perhatian atau sentuhan sedikit pun. Rumah tangga tak biasa--tak banyak dilalui oleh pasutri. Bukankah seharusnya dia bersyukur? Setidaknya, Biru tidak melayangkan pukulan atau makian. Biru hanya memberi sebuah pengabaian emosional yang begitu besar. Runalla selalu memandang segalanya dari sisi positif, maka dari itu, satu per satu celah mulai terbuka. "Kalau aku kayak gini ... nggak papa?" Biru adalah sosok yang rapuh. Membutuhkan rasa sayang sebagaimana anak kecil, yang kebutuhannya tak pernah dipenuhi oleh orang tua. Dan tiba saat di mana lelaki itu memohon. Dengan teramat sangat. Ketika keadaan berputar, menguak segalanya--berbagai masa lalu buruk yang jarang dialami oleh anak kecil. "Kamu jahat banget. Tahu itu, nggak, Runa?" Warning: » abuse (physical, emotional, and sexual) » self harm » suicide ideation » ptsd. #SalahSasaran
Lihat lebih banyak20 Juni 2019
Kenapa, ya, kalau di film romantis, kisah perjodohan antara dua orang asing tampak dan terasa begitu mendebarkan? Yang awalnya tidak saling mengenal, justru menjadi sedekat nadi yang tidak bisa terpisahkan sampai maut menjemput.
Tapi, kenapa di versi kehidupan nyata milik Runalla Edrea, kisahnya begitu tragis nan menyedihkan? Sama sekali tidak ada interaksi berarti, tidur bersama pun dibatasi oleh guling, dan suaminya itu sama sekali tidak peka-bahkan, Runalla sempat mengira kalau ia terikat dengan lelaki impoten atau memiliki gangguan seksual.
"Mas, kamu yang benar aja," pagi-pagi sekali, Runalla sudah merengek meraung-raung karena ulah lelaki yang memiliki wajah sedatar jalan tol. "Mas, aku mau punya anak!"
"Ngebet banget, sih?"
'Biar kamu bisa perhatian, lah, Mas.'
"Mas, kita sudah nikah tiga bulan dan kamu belum nyentuh aku sama sekali. Kamu seharusnya beruntung, karena dapetin perempuan secantik dan sebaik aku. Banyak cowok di luar sana yang mau diagresifin sama istrinya tapi nggak kesampaian. Mas, pokoknya aku pengen punya anak! Malam ini cihuy-cihuy sama aku, ya?"
Hal paling menyebalkan dalam hidup Runalla adalah terjebak dalam pernikahan dengan seorang lelaki bernama Biru Ayres Pancarona. Biasanya dipanggil Biru. Sangat suka anjing, lebih dari apapun. Makannya, sifatnya sebelas-dua belas dengan anjingnya.
Namanya warna-warni bagai es krim, tapi hari-harinya sama sekali tidak berwarna.
"Pakai bahasa yang benar, Runa. Nggak lulus sekolah dasar?" pertanyaan Biru sukses membuat Runalla tertohok. Cemberut, Runalla mengamati suaminya itu dengan kedua alis bertaut geram. "Yaudah, senggama sama aku nanti malam."
Biru memutar kedua bola matanya sembari menghela napas lelah. Biru mengambil tas ransel yang sejak tadi menganggur, bersiap berangkat ke kampus guna mengajar kelas pertama yang satu jam lagi akan dimulai.
Runalla tahu betul apa yang akan Biru sampaikan.
"Jangan lupa kasih makan Vivi." tuh, kan.
"Senggamanya gimana?"
"Susunya Vivi udah mau abis. Nanti kamu bisa ke pet shop, ya, uang bakal aku transfer." Biru sama sekali tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang Runalla sampaikan. Biru malah asik menggendong dan mendekap hewan yang tampak seperti gumpalan kapas besar yang begitu lembut ketika disentuh. Untuk pertama kalinya, Runalla begitu iri pada seekor hewan hanya karena mendapatkan ciuman bertubi-tubi dari Biru.
"Ayah berangkat," Biru berdialog dengan Vivi-yang padahal hanya bisa menyahut menggunakan tatapan mata, juluran lidah, serta napas tak beraturan. "Jaga rumah, ya."
"Mas," Runalla menarik ujung kemeja Biru. Memasang ekspresi super duper melas sembari menunjuk kening lebarnya. "Keningku nggak dicium? Biasanya suami cium kening istri sebelum berangkat kerja. Lah, ini malah cium anjing."
Biru berdecak. "Udah, nggak usah aneh-aneh. Jangan lupa kasih makan Vivi terus ajak dia jalan-jalan pas sore. Aku berangkat."
Sesudah Runalla mengantar Biru keluar dan suaminya itu berangkat menggunakan mobil seperti biasa, Runalla menoleh ke arah Vivi yang duduk manis di teras dengan ekor yang mengibas semangat berulang kali. Lidahnya menjulur keluar seakan mengejek Runalla, padahal nyatanya tidak.
Tak lama, ponsel perempuan itu berdering--menandakan ada pesan masuk dari salah satu aplikasi. Runalla menggigit bibir bawah sebelum memberanikan diri membaca. Runalla kesepian; tak ada yang mau mengerti posisinya sebagai seorang istri yang tiap kali bertemu keluarga selalu ditanya mengenai: "Kapan hamil?", "Udah keisi belum?", "Udah agak lama loh nikahnya. Masa belum hamil?", "Kamu rajin ngasih suamimu jatah, nggak?"
Selalu Runalla yang ditanya. Biru? Jangan harap suaminya itu mau membantu.
Runalla sebenarnya juga tahu bahwa dia salah ... tapi, mau bagaimana lagi?
Dan sayang, dia belum mengerti apa yang sudah dilalui Biru hingga menjadi seperti ini.
--
a/n: Anyelir's pov. *** Patah hati pertamaku sudah berlalu dan Mama tidak memperbolehkanku menemui Satya lagi. Aku, Anyelir Pramudita, sekarang lebih dijaga oleh Mama yang mengatakan bahwa tidak mau melihatku menangisi lelaki brengsek. Satya sempat datang ke rumah--Mama tidak memperbolehkanku bicara dan sebagai gantinya Mama yang mengomeli Satya sampai Papa terpaksa menarik Mama masuk ke dalam. Hari ini, Mama baru pulang dari Surabaya setelah mengunjungi satu sahabat baiknya, Tante Noela. Sepengetahuanku, mereka sudah bersahabat sejak Mama duduk di bangku kuliah dan sempat ada konflik walau aku tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi. Mama pulang kemudian langsung disambut oleh Papa dengan pelukan hangat. "Runa, capek?" Papaku tersenyum kelewat lebar ketika kembali melihat wajah Mama, setelah tiga hari ditinggal pergi ke Surabaya. Mama menyahut, "Biasa aja, sih. Kamu sama Anye sudah makan? Mau dimasakin apa?" "Terserah, pokoknya bisa dimakan
6 Januari 2021 Biru mengalami masa-masa sulit setelah kepergian Vivi, anjing kesayangannya. Biru tahu betul bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, tapi dia tidak pernah mempersiapkan diri untuk berpisah dari hewan peliharaan yang setiap hari menemaninya dalam suka maupun duka. Tahu, tidak, alasan mengapa berpisah dari hewan peliharaan bisa 'sedalam' itu? Menurut penelitian, itu disebabkan oleh adanya ikatan yang begitu dekat dengan mereka. Individu yang sudah menyayangi sepenuh hati dan rela memberikan apapun, merasakan kehilangan mendalam akibat setiap hari--secara tidak langsung--berperan sebagai orang tua; yang mengayomi, menghidupi, membahagiakan, dan memberikan afeksi fisik maupun emosi. Apalagi Vivi sudah menemani Biru selama bertahun-tahun lamanya. Vivi baru pergi meninggalkannya di bulan Desember dan Biru masih belum bisa merelakan. Hari-hari Biru semakin berat, karena dia harus bekerja di tengah pandemi dan memastikan keadaan Runal
11 April 2026Biru terkejut bukan main, karena tiba-tiba mendapatkan pesan dari wali kelas Anyelir. Anyelir membuat masalah dan memukul temannya hingga mimisan, katanya. Runalla tidak bisa datang, karena perempuan itu juga sedang diopname di rumah sakit--tipes empat hari lalu."Makanya anaknya tuh dididik yang bener," cecar ibu dari Gio--Riri--anak yang dipukul oleh Anyelir. Riri menatap sinis ke arah Biru yang duduk di samping Anyelir. "Orang tuanya cerai, anaknya jadi berandalan deh. Makanya, jangan cerai."Ruang kepala sekolah memiliki dua sofa hitam panjang saling berhadapan yang ditengahi oleh meja. Ruangan itu kecil. Meja kepala sekolah sejajar lurus dengan meja yang menengahi sofa. Di sana ada kepala sekolah serta guru yang biasanya mengajar di TK.
21 Desember 2025Sudah hampir seminggu lamanya Anyelir menginap di rumah Biru. Anak perempuannya itu terkadang menanyakan, "Oma sama Opa di mana, Papa? Anye mau ketemu." dan Biru jelas tidak bisa memberi jawaban secara rinci mengenai kepergian orang tuanya. Hubungan mereka sempat membaik walau tak sepenuhnya. Sebelum keluarga ideal yang Biru idamkan menjadi nyata, Tuhan sudah lebih dulu merenggut nyawa Yasa dan Astrid melalui sebuah kecelakaan tabrak lari pada tahun 2022 silam.Biru dan Mutia sama sekali tidak bisa menangis ketika pemakaman diadakan. Mereka menerima ucapan bela sungkawa dari orang terdekat, tapi tahu bahwa mereka pasti juga dibicarakan di belakang. Entah, Biru enggan membahas hal tersebut dan akan membalas, "Oma sama Opa sudah tenang di surga, Anye."D
«warning»Btw ini scene yang seharusnya ku publish untuk part 31: Di Luar Ekspektasi, tapi nggak jadi pas itu.***23 Desember 2019Dalam keminiman cahaya ruangan, Runalla tetap bisa melihat wajah suaminya yang tampak begitu tampan. Mata tajam, hidung mancung, pipi yang sedikit berisi, bibir tipis ... ah, suhu mendadak meningkat saat dia mengamati bibir itu lekat. Keheningan menguasai sampai detak jantung mereka bisa saja terdengar layaknya suara jarum jam."Mas, pengen cium." bisiknya penuh pengharapan ketika Biru menyibak rambutnya hati-hati. Penuh sayang, Biru mempersempit jarak sebelum menjemput
recommended song: Another by Francis Karrel***7 Oktober 2025"Papa!"Anyelir kecil berlari menghampiri Biru yang sejak tadi sudah menunggu di depan taman kanak-kanak. Anak perempuannya yang kini menginjak lima tahun tampak menggemaskan di balik balutan seragam sekolah berwarna biru laut dan rambut pendeknya juga diurai. Jangan lupakan pipi bulat yang merona akibat cuaca panas di siang hari.Suara hiruk-piruk area sekolah memenuhi telinga. Banyak orang tua berdatangan ke sekolah untuk menjemput buah hati, tapi ada para ibu yang rela menunggu anak dan bercengkrama di kantin taman kanak-kanak. Biru terkadang merasa bahwa para ibu menatapnya ganas seolah bersiap menerkam. Sejujurnya, Anyelir sempat bilang b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen