Semua Bab Hello, Papa!: Bab 21 - Bab 30
103 Bab
Chapter 21
Stefan meneguk gelas ke limanya, kesadarannya sudah mulai hilang seratus persen. Ia terus meracau tidak jelas, dan tertawa seperti orang tidak waras. Stefan merasa hidupnya kacau setelah meninggalkan Priscilla, memang ia banyak berbuat salah dan menyelingkuhi Priscilla dan mungkin inilah karma untuknya. Stefan baru menyadari bahwa Priscilla adalah cinta sejati di dalam hatinya, Priscilla perempuan tersabar dan terbaik yang pernah Stefan temui. Stefan ingin sekali Priscilla kembali padanya, tapi ia sadar kesalahannya pada Priscilla begitu banyak."Priscilla," gumamnya. Seorang perempuan datang ke meja Stefan dan duduk di sebelahnya, Stefan memperhatikannya lekat dengan sisa kesadaran yang ada. Sadar kalau sedang diperhatikan oleh Stefan, perempuan itu pun melontarkan senyumannya. "Priscilla," gumamnya lagi disertai dengan senyuman. Perempuan itu nampak bingung, tapi ia tidak mau ambil pusing dan terus menikmati alunan lagu yang DJ mainkan
Baca selengkapnya
Chapter 22
Stefan membuka matanya perlahan, wangi aroma shampo menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Stefan memperhatikan sosok perempuan yang ada di sebelahnya, ia tengah mengeringkan rambutnya yang nampak basah. Stefan mengernyitkan kening, ia tidak mengenal siapa perempuan ini. "Eh udah sadar lo," sapa Kalina. "Lo siapa? kenapa gue disini?" tanya Stefan. "Panjang ceritanya, oh iya lo mau sarapan apa?" "Bentar, gue masih ngelag. Lo itu siapa?" Stefan memegang kepalanya yang terasa pening."Lo beneran gak inget kita semalem ngapain aja?" Stefan menggeleng, Kalina menghembuskan nafasnya pelan dan menjelaskan pada Stefan apa saja yang sudah terjadi semalam. Stefan tidak menunjukkan reaksi apapun, padahal ia bisa saja marah karena Kalina lancang memakai uangnya tanpa seizinnya. "Lo serius gak marah sama gue?" tanya Kalina memastikan. "Enggak, buat apa marah." sahut Stefan santai. "Oh oke.
Baca selengkapnya
Chapter 23
Saat mengetahui Priscilla terluka Jay langsung berlari cepat menghampirinya, apalagi sampai dokter datang untuk memeriksa keadaannya membuat pikiran Jay tidak tentu arah. "Priscilla!" panggilnya saat masuk ke ruangan Leonard. Priscilla menoleh ke arah Jay dan tersenyum lebar, Jay menghampirinya dan memeluknya. Priscilla heran mengapa Jay begitu khawatir, padahal lengannya hanya terluka sedikit"Kamu gak apa-apa?" tanya Jay sambil memeriksa keadaan Priscilla dari ujung kaki hingga kepala.Priscilla tertawa melihat Jay panik, "Kakak, aku gak apa-apa. Cuma luka sedikit aja kok, gak usah khawatir." Jay mencubit ujung hidung Priscilla, "Aku gak mau kalau kamu kenapa-kenapa, bisa gak sih jangan bikin ulah." "Aku gak bikin ulah, tanya aja sama Niko." "Mau siapapun yang bikin ulah tetep aja kamu luka tuh," "Iya Papa iya, maaf ya jangan marah-marah lagi nanti baby S sedih." Priscilla memasang tampang
Baca selengkapnya
Chapter 24
"Gue mau ngomong sama lo Sil, berdua aja." ucap Stefan. "Sorry Stef, kalau mau ngomong ya disini aja ditemenin sama Kak Jay juga." Stefan tertawa sinis, "Kenapa dia mesti nemenin lo? emang dia siapa? bodyguard baru lo?" "Dia calon suami gue." sahut Priscilla ketus. Mulut Stefan ternganga, nampaknya Stefan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Di mata Stefan Jay sungguh tidak cocok bersanding dengan Priscilla, bagai bumi dan langit perbandingannya. "Kenapa kamu ketawa? ada yang lucu dari ucapan aku?" "Haha Priscilla, kamu putus asa banget ya karena hamil sampai yang model bentukannya begini kamu terima?"  ucap Stefan yang masih belum berhenti tertawa. "Dia baik, gak kaya kamu bentukan luarnya aja yang jelas tapi dalemnya berantakan." Stefan terdiam, ia tidak terima dihina seperti itu oleh Priscilla. Tangan Stefan reflek menampar wajah Priscilla, hingga menimbulkan
Baca selengkapnya
Chapter 25
Sherin menangis tersedu-sedu di pangkuan Ibunya, ia meluapkan seluruh keluh kesahnya di hadapan kedua orang tuanya. Ibunya menangis mendengar cerita Sherin tentang perlakuan Stefan dan keluarganya, tetapi justru Ayahnya merespon cerita Sherin dengan sebaliknya. "Itu kan pilihan kamu, Ayah sudah memperingatkan kamu tapi kamu tetap ingin menikah dengan dia."  sahut Yuda. "Ayah, mau dia itu pilihan Sherin pun gak membenarkan perlakuan mereka. Kamu sebagai Ayah apa gak iba?" "Sudah lah Bu, kita jangan ikut campur urusan rumah tangga anak. Biar Sherin dan Stefan sendiri yang menentukan harus bagaimana nasib pernikahan mereka, dan kamu Sherin lebih baik pulang ke rumah. Tidak baik seorang istri meninggalkan rumah ketika ada masalah,"  Titah Yuda.Yuda bangkit dari kursi goyang dan menghampiri burung peliharaannya, Hilda tidak habis pikir dengan suaminya. "Kamu menginap saja disini satu atau dua hari untuk menenangkan pik
Baca selengkapnya
Chapter 26
Priscilla masih terus menangis di ruangan Leonard, Jay bahkan sampai bingung harus berbuat apa untuk Priscilla. Jay tau persis bagaimana perasaan Priscilla saat ini, itu sebabnya ia tidak berani berkata apapun pada Priscilla. "Kak kita cek Baby S sekarang aja ya?" pinta Priscilla. "Kamu yakin Sil? aku gak apa-apa kok kalau cek Baby S nya nanti kamu pulang dari Boston." "Gak apa-apa Kak, Kakak udah selesai kerjanya kan? yuk sekarang aja kita pergi." Jay mengangguk, mungkin hanya hal inilah yang bisa sedikit meredakan tangisan Priscilla. Jauh di dalam hati Jay sesungguhnya ia amat gelisah, Jay takut kalau ini merupakan hari terakhir pertemuannya dengan Priscilla.Sepanjang jalan Jay terus memegang tangan Priscilla erat, hingga terkadang Priscilla meringis kesakitan. Tapi setiap Priscilla bertanya ada apa Jay selalu mengalihkan pembicaraan, dan berdalih kalau ia hanya gugup. "Nyonya Priscilla silahkan masuk," pangg
Baca selengkapnya
Chapter 27
Jay gelisah, ia ingin sekali menghubungi Niko tetapi Niko dan Priscilla pasti belum sampai di Boston. Ia terus memikirkan bagaimana caranya membatalkan rencana Leonard, jika Priscilla tau ia akan dinikahkan dengan lelaki seperti Ares sudah pasti Priscilla akan menolaknya mentah-mentah. "Jay lo kenapa sih? ini kan air panas kenapa lo masukin ke dalem kulkas." tegur Kalina. Jay terkejut dan segera mengambil air panas itu, ini bukan kesalahan pertama Jay. Sebelumnya seorang staff menyuruhnya untuk memfotokopi file tapi ia malah memasukkannya ke mesin penghancur kertas, untung saja staff itu punya salinannya tapi bukan berarti Jay lolos dari amukan. Nadine benar-benar berhasil membuat pikiran Jay kacau balau."Jay lo kenapa sih? lo galau banget ditinggal Priscilla ke Boston?" tanya Kalina. "Enggak Kal, gue galau karena Priscilla mau dinikahin sama Ares Lysander?" jawab Jay lemah.Kalina menaikkan satu alisnya, ia nampak familiar denga
Baca selengkapnya
Chapter 28
"Sepi banget Sil gak ada kamu," gumam Jay. Jay menatap teras halaman rumahnya yang nampak sepi dan. kosong, biasanya Priscilla selalu menyambutnya saat pulang kerja. Jay masuk ke dalam rumahnya dan merebahkan diri di atas ranjang dengan mata tertutup, wangi aroma Priscilla masih tertinggal jelas di ranjang Jay. Jay membuka matanya, ia hampir saja lupa kalau ia ada janji makan malam dengan Andrew. Jay segera mandi dan berdandan rapih agar tidak diremehkan lagi oleh pihak resto, kali ini Jay menggunakan kemeja berwarna nude dengan aksen kerah shanghai. Jay melangkahkan kakinya ke dalam restoran, beberapa perempuan muda terpesona melihat penampilan Jay malam ini. "Hai Kak, boleh minta nomer Kakak?"Seorang gadis berusia kira-kira sembilan belas tahun menghampirinya Jay dan menyodorkan ponselnya, wajahnya tersipu malu saat pandangan matanya bertemu dengan mata Jay."Maaf ya, tapi saya udah punya istri dan anak." sahut Jay seramah mung
Baca selengkapnya
Chapter 29
Perjalanan Priscilla yang melelahkan akhirnya berakhir juga, sebelum mereka menuju ke rumah sakit Priscilla meminta izin pada Niko untuk membeli ponsel terlebih dahulu namun Niko tidak mengizinkannya. Niko beralasan masih banyak waktu untuk membeli ponsel, dan lagi tujuan prioritas Priscilla ke Boston adalah untuk melihat keadaan Julie. Dengan berat hati Priscilla menuruti Niko, tapi dengan syarat ia bisa menghubungi Jay lewat ponsel Niko. "Pak Leonard, saya dan Priscilla sudah sampai di Boston." ucap Niko lewat panggilan telepon, Niko begitu seksama mendengarkan perintah dari Leonard. "Nona, Pak Leonard bilang kita lebih baik beristirahat dulu di apartemen. Setelah itu baru kita pergi ke rumah sakit,""Oke, aku juga pengen tiduran dulu Nik. Perut aku gak nyaman rasanya berlama-lama di pesawat," Setibanya di apartemen Priscilla langsung merebahkan dirinya di atas ranjang, pinggangnya serasa mau patah karena melewati perjalanan yang lumay
Baca selengkapnya
Chapter 30
"Nik?" Panggil Priscilla. Sejak Priscilla bangun tidur Niko sudah tidak berada di apartemen, padahal mereka sudah berencana akan kerumah sakit bersama-sama kalau Priscilla sudah cukup tidur. Hingga menjelang sore Niko belum juga kembali ke apartemen, Priscilla khawatir jika terjadi sesuatu hal yang buruk. Menjelang petang Niko baru kembali, raut wajahnya nampak kusut. Saat Priscilla bertanya pun ia tidak mau menjawab, dari mantel tebalnya sedikit tercium bau alkohol. "Nik kamu mabuk?" Tanya Priscilla. Niko duduk di sofa ruang keluarga, kepalanya menengadah ke langit-langit dan matanya terpejam rapat. Priscilla mengayunkan tangannya di wajah Niko tapi ia tidak meresponnya, tapi Priscilla yakin sekali kalau Niko belum tidur. Priscilla mendekatkan wajahnya ke wajah Niko untuk memastikan Niko memang sudah tidak sadarkan diri, saat jarak wajahnya begitu dekat tiba-tiba Niko membuka matanya dan membuat Priscilla terkejut. Priscilla henda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status