All Chapters of Hello, Papa!: Chapter 11 - Chapter 20
103 Chapters
Chapter 11
"Good morning Mama Icil,". Sapa Jay sambil memamerkan barang belanjaan di hadapan Priscilla."Morning too Papa Jay,""Ini buat kamu sama baby S,"Priscilla menerima bingkisan itu dengan senang hati, "Maaci Papa Jay, baby S seneng deh."Wajah Jay tersipu, ia tidak tahan melihat keimutan Priscilla. Kini dua pasangan muda itu tengah di mabuk asmara, kebahagiaan mereka memberikan energi positif untuk kandungan Priscilla."Aku berangkat dulu ya?" Priscilla tercengang, ia baru sadar sedari tadi Jay memanggilnya dengan sebutan aku kamu bukan lagi lo gue."Tumben panggilnya aku kamu, hehe." Cengir Priscilla, membuat Jay malu."Emm gak apa-apa dong, kan sebentar lagi mau jadi ayah. Masa ngomongnya masih kasar,""Amplas aja kak kalau kasar, biar halus." Priscilla tertawa.Sepertinya energi dan semangat J
Read more
Chapter 12
"Jay?" Panggil Kalina.Jay masih termenung di dalam gudang, pikirannya entah kemana."Lo kenapa? perasaan tadi baik-baik aja?"Jay masih terdiam, ia tidak menyahuti perkataan Kalina sama sekali. pikirannya masih jauh melayang ke memori puluhan tahun silam. Jay tidak menyangka akan bertemu Andrew disini, entah ini suatu kebetulan atau rencana Tuhan tapi Jay masih cukup syok untuk menerimanya."Minum dulu," tawa Kalina.Jay menerimanya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, tapi Kalina tidak mempermasalahkannya sebab Kalina paham kalau Jay saat ini sedang kalut."Kalau lo berkenan, lo boleh kok cerita ke gue tentang masalah lo Jay."Jay masih bungkam, tapi beberapa saat kemudian mulutnya mulai mampu berucap."Kal, kalau lo ketemu lagi sama orang yang udah sekian lama campakkin lo gimana reaksi lo?"Kalina mengetuk satu
Read more
Chapter 13
 Pagi ini hujan pertama turun sebagai pertanda datangnya musim hujan, disaat orang-orang sibuk menyelamatkan dirinya dari derasnya hujan Andrew justru malah bertingkah sok tampan di bawah derasnya hujan. Bukan tanpa alasan, hal ini ia lakukan karena ingin memikat perempuan lugu nan polos yang belum terjerat olehnya."Dasar gila." ucap seorang perempuan muda yang lewat di hadapan Andrew.Bukannya kesal Andrew justru tersenyum lebar karena usahanya berhasil memikat seorang perempuan, walaupun dengan kata hinaan. Andrew memperhatikannya dari balik payung yang ia kenakan, seorang perempuan dengan mata bulatnya nan indah namun tatapannya cukup tajam. Pakaiannya sederhana tidak seperti mahasiswi lainnya, juga wajahnya yang tanpa riasan membuat kecantikannya terpancar alami. Selama hidupnya belum pernah Andrew melihat perempuan secantik dia, Andrew merasa kali ini ia benar-benar jatuh cinta. Ternyata yang terpesona pada kec
Read more
Chapter 14
 Roni menatap heran Andrew, sedari tadi Andrew senyum-senyum sendiri seperti orang yang tidak waras membuat Roni merinding. Selama mengenal Andrew, Roni belum pernah melihat Andrew kasmaran sampai seperti ini. Biasanya kasmaran Andrew hanya bertahan beberapa jam saja atau paling lama satu hari, tapi sekarang sudah menginjak hari keduapun ia masih tetap begini."Bro, lo bener-bener suka ya sama itu perempuan?""Banget bro, dia perempuan pertama yang bisa ngambil seluruh hati gue.""Tapi pacar-pacar lo yang lain gimana?""Ya ambil aja buat lo, Ron." sahut Andrew dengan entengnya.Roni menggelengkan kepala, sahabatnya yang satu ini memang tidak punya perasaan kecuali untuk Rissa. Enteng sekali ia membuang pacar-pacarnya, dan Roni yakin setelah ini pasti ia akan diteror barisan para perempuan sakit hati. *****"Rissa!" panggil Andrew da
Read more
Chapter 15
  Setelah kejadian itu Andrew banyak diam, tapi semangatnya untuk cepat menyelesaikan pendidikannya masih tetap sama. Ia ingin membuktikan pada Ghani kalau ia benar-benar serius pada Rissa, ia akan berjuang di atas kakinya sendiri tanpa sepeserpun harta orangtuanya untuk bisa bersanding dengan Rissa.     Karena hubungannya tidak direstui oleh Ghani, Andrew dan Rissa memutuskan untuk backstreet. Sejak malam itu juga Ghani mengirim Rissa tinggal di rumah adiknya, ia berharap Andrew tidak bisa menemukan Rissa disini. Tapi akal Andrew jauh lebih panjang dari perkiraan Ghani, hanya butuh satu hari ia dapat menemukan lokasi keberadaan Rissa. Parahnya lagi adik Ghani justru mendukung hubungan mereka dan lebih memilih mengkhianati kakaknya, karena Andrew selalu memanjakannya dengan uang tutup mulut yang tidak sedikit.   "Kalian gak mau nikah siri aja? daripada pacaran backstreet gini kan, mungkin kalau sudah terlanjur menikah
Read more
Chapter 16
Air mata Andrew terus mengalir saat menceritakan kisahnya dulu saat bersama Rissa, tidak ada dusta dari semua yang ia katakan pada Jay dan rasa penyesalan itu masih terlihat jelas di matanya. Jay hanya bisa terdiam, tidak salah jika kakeknya dulu amat membenci Andrew karena semua ini terjadi akibat dari kesalahan pahaman."Tapi kenapa anda tidak pernah mencari saya?" tanya Jay."Saya selalu mencari kamu, tapi kakekmu selalu menghalangi saya. Saat saya berhasil menemukan keberadaan kamu, dia langsung membawa kamu pergi lagi. Sampai akhirnya saya frustasi, dan memutuskan untuk tinggal di Kanada." Andrew mencoba menjelaskan. Jay diam, ia bingung harus bereaksi seperti apa. Seorang anak dan ayah yang terpisah lebih dari dua puluh tahun kini dipertemukan, tapi tidak ada sedikitpun rasa rindu di hati Jay untuk Andrew."Saya ingin membahagiakan kamu sebagai anak, jika semuanya belum terlambat."
Read more
Chapter 17
  Sepanjang jalan Priscilla hanya diam, tidak sedih tapi juga tidak bahagia. Tatapannya kosong menatap jalan, pikirannya entah berada di mana. Ia merasa benar-benar dibuang oleh Leonard, mereka pergi tanpa memberitahukan keberadaan mereka pada Priscilla.'apa kesalahan aku terlalu fatal?' batin Priscilla. Priscilla menarik nafas dan membuangnya pelan, seakan tengah melepas beban yang ada di hatinya. Matanya sudah tidak bisa mengeluarkan air mata lagi, sekarang yang harus ia lakukan hanya tetap berusaha kuat untuk baby S. "Sil?" tanya Jay, "Iya kak, kenapa?" sahutnya lesu. "Sedih ya gara-gara gagal ketemu mami?" "Gak tau kak," jawabnya dengan senyum tipis. Jay tau pasti kalau mood Priscilla sekarang tengah tidak baik, tidak mungkin jika ia langsung membawanya pulang. Tapi kalau harus membawanya jalan-jalan ke mall Jay juga tidak ada uang, Jay terus memutar otaknya sampai ia
Read more
Chapter 18
 Sudah satu pekan Julie dirawat di rumah sakit tapi hasil dari pengobatannya belum juga terlihat, sedangkan Leonard tidak bisa terlalu lama lagi meninggalkan pekerjaannya. Atas izin Julie ia pamit untuk kembali ke Indonesia, dan menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda."Julie, kalau ada apa-apa segera hubungi Marie.""And you Marie, call me if there's anything wrong with her." titahnya"Off course, Mr. Leonard.""Pi, boleh aku minta sesuatu hal sama kamu?""Boleh, kamu mau apa?"Julie diam sejenak, "Kalau umurku gak panjang lagi, tolong jemput Priscilla kembali ke rumah.""Kamu jangan bicara yang aneh-aneh Julie, sebentar lagi kamu bakal sembuh dan kita bakal jemput Priscilla sama-sama." ucap Leonard dengan nada kesal yang ia coba tahan."Atau kalau mau aku jemput dia sekarang?" sambungnya.
Read more
Chapter 19
Hari ini Jay memutuskan untuk bolos bekerja, ia mengajak Priscilla jalan-jalan ke tempat manapun yang Priscilla mau datangi. Dan yang paling penting adalah Jay akan mengajak Priscilla berbelanja berbagai kebutuhan bayi, sebenarnya ini belum terlalu dibutuhkan mengingat kandungan Priscilla juga masih muda. Tapi Jay takut jika ia tidak mendapat kesempatan membelikan sesuatu untuk bayi Priscilla. "Hari ini kamu mau kemana aja?" tanya Jay. "Gak tau kak, aku sebenarnya males kemana-mana. Ke taman aja deh aku mau ngerasain piknik di taman, kayaknya seru deh." Jay mengiyakan keinginan Priscilla, sebelum pergi ke taman mereka menyempatkan diri dulu untuk berbelanja makanan ringan dan juga minuman. Jay sengaja tidak mencari taman yang terlalu jauh, karena takut jika Priscilla kelelahan di perjalanan menggunakan sepeda motor. Meskipun begitu taman yang Jay pilih juga termasuk yang paling bagus di daerah Jay, ada danau buatan juga yang dipergunakan untuk
Read more
Chapter 20
Setelah menghabiskan satu hari bersama Priscilla, keadaan hati Jay sudah sedikit membaik walaupun tidak sepenuhnya kesedihan itu hilang. Saat sampai di lobby Jay berpapasan dengan Leonard dan juga Andrew, sepertinya mereka hendak pergi keluar. "Jayden," sapa Andrew ramah. "Pagi Pak Andrew, Pak Leonard." sahut Jay. Leonard tidak balik menyapa, ia hanya melontarkan senyuman tipis pada Jay dan fokus lagi pada ponselnya. "Baru datang?" tanya Andrew. "Iya baru saja sampai, saya permisi dulu Pak." "Iya, kerja yang rajin ya." Andrew menepuk bahu Jay. Setelah cukup berbasa-basi, Jay pergi dari hadapan Andrew dan Leonard.  "Kamu mengenal anak itu, Ndrew?" "Kenal, bahkan kami saling terpaut satu sama lain." jawab Andrew. Leonard mengernyitkan kening, nampaknya ia tidak paham dengan apa yang barusan Andrew ucapkan. "Leo, boleh saya tanya sesuatu?"&
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status