"Garis itu... garis itu sekarang begitu... jelas, Alana," bisik Rahma, suaranya tercekat. Matanya masih terpaku pada test pack di tangannya, garis kedua kini tampak begitu tegas, tak terbantahkan, seolah baru saja menuliskan takdir baru di atas benda kecil itu. Air mata Rahma, yang sejak tadi hanya menggenang di pelupuk mata, kini mulai merembes, perlahan membasahi pipinya. Bukan tangis kesedihan semata, melainkan campuran aduk dari kebahagiaan yang tulus untuk Ridwan, rasa lega yang dalam, namun juga sebuah sayatan perih di sudut hatinya yang terdalam.Alana menatap Rahma dengan gugup, matanya dipenuhi pertanyaan dan ketakutan. "Mbak... bagaimana? Apa... apa benar?"Rahma mendongak, menatap mata Alana yang memelas. Sebuah senyum tipis, penuh kepedihan dan ketulusan, terukir di bibirnya. Ia meraih tangan Alana yang dingin, menggenggamnya erat. "Iya, Alana. Benar. Kamu... kamu hamil."Seketika, ekspresi Alana berubah. Ketakutan di matanya perlahan digantikan oleh
Terakhir Diperbarui : 2025-10-01 Baca selengkapnya