Kurelakan Surga Untuk Maduku

Kurelakan Surga Untuk Maduku

By:  Athalaz  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings
20Chapters
3.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Usia pernikahan Rahma dan Ridwan sudah menginjak angka 10 tahun, tapi mereka belum di karuniai anak. Orang tua Ridwan terus mendesak anaknya untuk menikah lagi, mampukah Rahma dan Ridwan mempertahankan rumah tangga mereka?

View More
Kurelakan Surga Untuk Maduku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Cucu Suliani
Bae bener merelakan buat madunya...
2021-12-24 22:37:59
0
user avatar
RIA
Aduh judulnya sangat menohok buat saya namun isi cerita sungguh memberi pelajar hidup yg luar biasa, semangat thor up nya
2021-12-24 22:33:08
0
user avatar
Erni sari
semangat terus Thor.
2021-12-24 22:29:45
0
default avatar
Tri Nur
Semangat up kakkk
2021-11-10 08:45:37
1
user avatar
Lolitta
Keren banget thor ceritanya, selalu berhasil menguras emosiku
2021-11-09 22:34:33
1
user avatar
Khara Asha
semangat thor ............
2021-11-09 22:08:48
1
user avatar
Cucu Suliani
Semangat ya Rahma sama Ridwan
2021-11-09 20:40:45
1
user avatar
Oot
Hmmhhhh, sepertinya perjalanan Rahma nggak akan mudah. Semangat kak othorrrr.
2021-11-09 20:39:43
1
20 Chapters
Permintaan Mama Mertua
“Istrimu kok nggak hamil-hamil, Wan?” tanya seorang kerabat kepada mas Ridwan suamiku. Mas Ridwan tak menjawab, bahkan senyum yang biasa menghiasi bibir tipisnya sirna entah kemana. Aku yang tadinya berniat menghampiri dan menyapa mereka, akhirnya tak jadi. Memilih mundur pelan-pelan lalu berbalik. “Rahma, mau kemana?!” tanya sebuah suara dari belakang. Saat menoleh, ternyata ibu mertua. “Mau ke mana? Masa nggak menyapa tamu, mereka ini kan keluarga Mama, kamu jadi mantu kok nggak ada sopan-sopannya,” omel ibu mertua di depan keluarganya. Hari ini ulang tahun mama mertua yang ke lima puluh
Read more
Kabar Berita
Aku segera berlari menuju kamar, terlihat mas Ridwan sedang duduk di pinggir tempat tidur, di menutup matanya dengan kedua telapak tangan, terlihat bahunya berguncang. Aku tertegun. “Apa yang membuat suamiku bisa menangis seperti ini?” tanyaku dalam hati. Ku dekati dia, tanganku mengusap kepalanya dia semakin sesenggukan. Dia bangkit lalu memelukku dengan erat. “Selamat sayang, penantian kita berbuah,” bisiknya di telingaku. Aku tak mengerti maksudnya, ku dorong dia lalu menatapnya meminta penjelasan. Dia menunjuk ke tempat tidur, terlihat sebuah testpack. Aku teringat tadi pagi memang memakai testpack karena sudah telat tiga minggu, tapi karena buru-buru hendak ke ru
Read more
Tamu di rumah mertua
Aku merosot dari kursi mendengar perkataan sang Dokter, Mas Ridwan membantuku kembali duduk. Lalu mengusap punggung, memberi kekuatan.“Bisa di jelaskan, Dok?” tanya Mas Ridwan.“Ini masih dugaan Pak, perlu di lakukan pemeriksaan lanjutan, seperti tes laboratorium, apakah ini tumor atau kanker. Supaya kita bisa ambil tindakan selanjutnya. Saya harap Bapak dan Ibu bisa memahami dan mau mengikuti prosedur, itu semua untuk kebaikan bersama,” terang Dokter kepada kami.“Apa akan berpengaruh kepada bayi kami Dok?” tanyaku sambil mengusap perutku yang masih rata.“Sedikit banyak akan berpengaruh, tapi untuk sekarang belum jelas, jadi lebih baik kita melakukan tes yang di perlukan, baru membicarakan tindakan yang akan di lakukan,” ucap Dokter yang bernama Aina.“Baiklah, Dok. Kapan Istri saya bisa melakukan tes?” tanya mas Ridwan.“Terserah Bapak, hari ini juga bisa, tapi hasil baru
Read more
Kram Perut
“Saya kenapa? Harusnya tante yang menguatkan kami menjalani takdir yang telah Allah berikan, ini malah sebaliknya, menjadi gunting dalam lipatan. Ingat tante, dalam islam memang di perbolehkan beristri lebih dari satu, tapi jika mampu. Kalau tidak mampu cukup satu! Dan saat ini Ridwan belum mampu, jadi berhenti menyodorkan segala macam perempuan ke hadapan saya. Karena saya tidak TERTARIK!!” ucap Ridwan memotong ucapan tantenya itu.  Mama Anita terlihat cemas melihat Ridwan yang biasanya sopan kepada yang lebih tua kini seperti tak ada sopan santunnya.  “Nak, nggak boleh ngomong gitu. Biar bagaimanapun tante Ani bermaksud baik, dia cuma ingin melihat keluarga kita memiliki penerus.” Mama Anita membuka suara.  “Tenang, Ma! Tanpa penerus pun, keluarga Adi Brata akan berjaya dan di kenang selamanya,” jawab Ridwan telak.  Ku pegang tangan lelaki hal
Read more
Ridwan (Keputusan Sulit)
Aku memacu mobil di kecepatan seratus kilometer perjam, hal yang tak pernah ku lakukan, untung saja mobil sport keluaran terbaru yang di belikan mama seminggu lalu sangat mendukung untuk dikendarai dengan kecepatan tinggi. Awalnya aku menolak mobil itu karena merasa tak butuh barang mewah seperti itu, tapi mama beralasan bahwa karena aku direktur sebuah perusahaan elite, transportasi yang aku pake harus mencerminkan siapa aku.Sesekali aku melirik ke arah Rahma, jantungku semakin cepat terpacu ketika kulihat wajah istriku semakin pucat, lantai mobil tempat kakinya berpijak hampir tertutupi darah.“Ya... Allah, selamatkan istri dan anakku, aku membutuhkan mereka, jangan kau ambil mereka secepat ini!” doaku dalam hati.Tangan kiriku mengelus lembut bahunya, tak ada reaksi, ku goncang bahu sambil memanggil namanya tapi tetap tak ada sahutan. Tanganku bergetar, keringat sebesar biji jagung mengalir di dahiku.Untung saja jalan yang ku lalui tak ma
Read more
Kenyataan
Aku mengerjapkan mata, nampak bayangan plavon berwarna putih. Kembali ku tutup mata, sepertinya aku sedang bermimpi.Sayup-sayup ku dengar suara lantunan ayat suci Al-Quran, dari suaranya aku tersenyum, pasti mas Ridwan. Lelaki halalku itu memang paling suka mengaji, apalagi kalau sedang menunggu waktu shalat subuh.Aku tertegun, kembali ku buka mata, cahaya lampu yang teranang kembali membuatku harus mengerjapkan mataku berkali-kali, berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya yang ada di ruangan itu.Berangsur-angsur penglihatanku telah kembali, aku mengedarkan pandangan.“Aku dimana?” tanyaku, sambil berusaha bangkit.“Auuuuu,” teriakku. Nyeri terasa menjalar dari perutku.Mas Ridwan berhenti memurojaah hafalan, dia gehas mendekat kearah ku.“Mau kemana sayang? Jangan bergerak dulu!” ujar mas Ridwan. Nampak dari caranya memandang terlihat rasa khawatir.“Mas, aku kenapa? Perutku kok sak
Read more
Gedoran di Pintu Kamar
“Kamu ngapain?”Mas Ridwan menegur Siska yang tiba-tiba saja masuk ke mobil kami.“Uhuk... uhuk,” aku terbatuk karena menahan tawa.“A— nu, mama kamu nyuruh aku ikut di mobil kalian,” ucapnya dengan wajah tertekuk.“Ngapain ikut kami?” tanya mas Ridwan lagi.“Kan aku mau ke rumah kalian!”“Ngapain ke rumahku?” tanya mas Ridwan, dia tak memberi jeda untuk wanita itu berfikir.Karena tak mendapatkan jawaban, mas Ridwan mendekat ke pintu yang dekat dengan Siska, dia lalu membukanya.“Silahkan turun, atau mau aku seret!” tegas mas Ridwan.Dengan terpaksa Siska turun dari mobil, aku masih menutup mulut, tawa sudah menggelitik tenggorokan.Bum!!!Pintu mobil di banting dengan kencang, Siska nampak berlari mengejar mobil mama yang baru saja memutar haluan.“Huahahaha,” tawaku pecah, aku memegang perut yang
Read more
Membayar Hutang
Prang!Mas Ridwan melempar botol parfum yang kebetulan ada di nakas samping pintu, kami semua melihat ke arahnya, aku begidik ngeri, melihat mata suamiku menatap nyalang ke arah tantenya.“Keluar kamu dari rumahku!” usir mas Ridwan.Aku menutup mulut, selama sepuluh tahun menikah, baru kali ini ku dengar mas Ridwan memanggil keluarganya dengan bsebutan KAMU, biasanya dia sangat sopan kepada orang lain.Aku berusaha bangkit dari posisi tidur, ingin menenangkan dia, namun kondisiku tak memungkinkan, perutku rasanya di sayat jika aku banyak bergerak.Tante Ani masih terpaku di tempatnya, dia berkacak pinggang seolah menantang mas Ridwan.“Wan, sadar kamu, Istrimu itu sudah memberimu minum darah h*id, jadi kamu menurut seperti ini,” ucap tante Ani.Mama Anita hanya menutup mulut, tak menyangka sepupunya akan berkata seperti itu.
Read more
Kedatangan Mama
“Kamu tidak perlu membayar uang yang tadi asal kamu mau mengabulkan permintaanku,” ucapku cepat.“A— pa, itu Bu?!” tanyanya ragu.“Kamu harus menikah dengan suamiku!”Mata gadis itu membulat, dia menutup mulut dengan kedua tangan, aku melipat tangan depan dada. Menunggu sampai rasa terkejutnya hilang, wajar jika dia syok mendengar perkataanku barusan.Wanita mana yang tak kaget jika di datangi seorang perempuan, lalu memintanya menjadi istri dari suaminya, tentu banyak yang menolak.“Bagaimana?” tanyaku akhirnya, gadis itu masih menunduk, tak berani menatap ke arahku, dari tangannya yang memilin ujung kemejanya, bisa ku pastikan dia sedang gelisah atau takut.“Tidak usah takut, aku bukan orang jahat,” lanjutku ketika sekian lama aku menunggu tapi dia tak menjawab.“Ke— napa, Ibu mau, saya menikah dengan suami Ibu?” tanyanya kemudian.“Aku
Read more
Pov Alana (Setuju)
Baru saja kulipat mukenah yang kupakai shalat, tatkala terdengar ketukan di pintu depan. Ku lirik jam butut yang menggantung di dinding. Jam satu dini hari, kembali terdengar ketukan, kali ini suara perempuan sedang memberi salam.  Aku melangkah cepat membuka pintu, takutnya tetangga ada yang butuh bantuan.  Ceklek!  Anak kunci ku putar dan membuka pintu, aku terkejut melihat orang yang baru saja datang. Hatiku sedikit takut, jangan sampai dia akan meminta uangnya sekarang.  “Boleh saya masuk?” tanya wanita itu dengan sopan.  Aku mengangguk lalu bergeser memberi jalan kepadanya. Setelah dia masuk dan duduk di kursi plastik, aku lalu berkata.  “Aku belum punya uangnya, bukankah saya meminta Anda untuk kembali besok?” tanyaku langsung, tak ingin berbasa-basi.  “Aku ke sini buk
Read more
DMCA.com Protection Status