All Chapters of Terpaksa Jadi Pembantu Rumah Tangga: Chapter 61 - Chapter 70
114 Chapters
Rencana pernikahan Fauzan
Selagi Bastian dan Rahma mereguk malam pertama di hotel, di seberang pulau Fauzan tengah mempersiapkan pernikahannya dengan Santi. Mereka akan mengadakan akad sekaligus resepsi di sebuah hotel bintang lima. Semua urusan pernikahan sudah di urus WO dengan budget tidak kalah fantastik. Tadi sore mereka selesai piting baju pengantin, malam ini mereka tengah mencatat siapa saja yang bakal diundang di pernikahannya."Kita akan mengundang dua ribu orang" kata Pak Gunadi antusias"Dikit amat dua ribu, Papa. Kalau perlu lima ribu" kata Helena tak mau kalah menimpali ucapan suaminya."Gedungnya hanya muat untuk seribu orang, Ma. Biarlah tidak perlu banyak orang yang penting temanya elegan" kata Fauzan."Aduh, Fauzan!. Kenapa kau tak sewa gedung yang cukup menampung ribuan orang?" Kata Helena protes."Ma, kita tidak perlu menghamburkan uang seperti itu. Pernikahanku tidak terlalu penting, yang penting kita harus menyiapkan Alif menjadi penerusku yang tangguh
Read more
Pernikahan Fauzan-Santi
Pak Sagala, Bunda Asti dan Romi sudah kembali ke Jakarta, sampai rumahnya pas azan Isya berkumandang. Mereka langsung mendi dan membersihkan diri masing-masing setelah itu keduanya langsung ke meja makan yang telah tersedia lauk pauk yang enak yang di masak oleh para pelayan mereka. Setelah melamar Fitri jam satu siang tadi, mereka belum sempat makan lagi. Bunda Asti lega dan bahagia, dalam waktu bersamaan kedua putranya sudah ketemu jodoh."Kau benar-benar mengikuti kata Fitri untuk menikah enam bulan lagi dan setelah menikah akan tinggal di kota itu?" Kata Bunda Asti kepada Romi"Iya, Bun. Romi akan mengelola perusahaan yang Romi dan Bastian rintis di sana, Fitri tidak akan berhenti menjadi guru, dia menyadari banyak tanggungan, ayahnya dan adik-adiknya. Dia bilang dia akan tetap bekerja, tidak mau sepenuhnya tergantung padaku," kata Romi sambil menyeruput teh manis yang terhidang di meja"Ya, sudah kalau itu keputusanmu. Papa sih berharap kau menetap di Jakar
Read more
Rahma Resign
  Rahma diliputi rasa galau, semalam dia sudah salat isthikarah meminta petunjuk Allah, apakah dia harus resign atau masih mempertahankan pekerjaan yang dicapainya dengan tidak mudah. Tadi di rumah dia sudah mantap untuk resign tetapi ketika di jalan dia masih ragu lagi.Perjuangannya sampai mencapai kedudukannya saat ini banyak onak dan duri yang mengikis air matanya. Dia teringat betapa sulitnya hidup ketika dia kuliah lagi, dia harus membagi waktu berjualan mie ayam, belajar dan mengasuh Alif. Kadang lelah hingga tulang punggungnya rasanya mau patah, tetapi dia mencoba tidak menghiraukannya. Hidupnya tidak pernah memikirkan senang-senang, dia hanya terus bertahan. Kini, setelah dia memiliki pekerjaan yang mapan, kehidupan yang cukup damai, namun masalah kembali mengusiknya, Alif dipaksa meninggalkannya.Pandangan Rahma terus menatap ke depan dengan hampa. Bastian yang berada di sebelahnya mengemudikan mobil tidak ingin mengusik istrinya. Di
Read more
Kangen Alif
Bastian dan Rahma sudah kembali ke Jakarta, Papa Sagala antusias menemui pengacara perusahaan dan mengurus pemindahan aset PT Intisari Besi atas nama Rahma Riyanti sebagai pemegang sembilan puluh persen saham. Tidak menunggu waktu lama, PT Intisari Besi sudah balik nama dan rencananya akan di lepas tidak di bawah naungan BSW Group. Namun, Rahma menolak untuk melepas PT Intisari Besi dari BSW group, dia belum mengenal sepak terjang mengelola perusahaan, sehingga suaminya yang tetap menjadi CEO di sana.Bastian mengajak Rahma untuk bekerja bersamanya di perusahaan, dia menempatkan Rahma menjadi asisten pribadinya. Entah mengapa Bastian tidak tega meninggalkan Rahma di rumah. Rahma yang terbiasa sibuk, memang jenuh berada di rumah. Untuk mempersiapkan pendirian sekolah, masih tahun depan planing pengajuan ijin pendiriannya. Sebenarnya, Bastian sendiri juga tidak bisa jauh dari istrinya itu, entahlah ... jika dia tidak melihat istrinya dalam waktu dua jam saja dia sudah mulai gel
Read more
Tidak bisa bertemu Alif
Segera di pencetnya bel rumah ini, dia sendiri heran, kenapa dia tidak kesulitan menemukan letak bel pagar dan bel rumah ini. Seseorang membuka pintu, wanita paruh baya dengan baju daster dan kain lap dipundaknya"Mau cari siapa, Non?" tanyanya"Bu Helena dan Bu Santi ada?" tanya Rahma"Ooo, ada." "Emmm, Alif ada?" tanya Rahma lagi."Kalau Den Alif sekarang sedang sekolah, Non," kata wanita itu yang ternyata pelayan di rumah ini."Siapa, Jah?" tanya seseorang, langkah kakinya mendekat ke arahnya."Kamu? Kenapa kamu ke sini?" tanya Helena memekik setelah melihat Rahma."Selamat pagi menjelang siang Bu Helena ... saya datang ke mari ingin bertemu Alif," Kata Rahma menunduk sebentar memberi hormat."Alifnya tidak ada sedang sekolah!" dengus Helena, matanya mendelik tidak suka. "Sesuai surat dari pengadilan itu, saya diperbolehkan menjenguk Alif setelah dua minggu. Ini sudah hampir satu bulan," kata Rahma
Read more
Siap menyewa Pengacara
Alif ... pelan-pelan makannya, kau seperti orang kelaparan saja!" tegur Fauzan ketika Alif makan ayam goreng dengan rakus.Mereka selalu makan malam bersama, biasanya Alif hanya makan tidak banyak bicara, jika ditanya jawab seperlunya.Alif tidak menghiraukan perkataan Fauzan, dia memang kelaparan dari pagi hanya makan roti tawar ditaburi mesis sepotong."Alif ... dengar apa yang Papa bilang? Makan pelan-pelan, pakai garpu dan sendokmu. Jangan pakai tangan begitu, tidak sopan," kata Fauzan dengan suara keras.Alif berhenti mengunyah makanan, dia muntahkan lagi makanan yang berada di mulutnya ke piring yang masih banyak lauknya. Membuat yang berada di sana melihatnya jijik."Kenapa kau muntahkan lagi makanannya Alif? Jijik tahu!" pekik Santi.Alif segera beranjak dari kursinya, segera dia beringsut pergi dari meja makan."Mau ke mana kau?" pekik Fauzan, Alif tidak meng
Read more
Telepon dari Alif
Malam itu Alif tidak bisa tidur, dipandanginya sapu tangan itu, dielusnya bagian yang tertulis angka-angka sebuah nomor telepon. Dia terus berpikir, dengan handphone siapa dia akan menghubungi Bundanya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, anak itu bergegas menuruni tangga. Segera dia menuju kamar Bik Ijah dan mengetuk pintunya."Den Alif ...." Bik Ijah terkejut setelah mendapati siapa yang ada di depan pintunya kamarnya."Bibik ... aku lapar! Bisa nggak Bibik membuatkan aku makanan," kata Alif dengan wajah memohon."Ya sudah, Bibik ke dapur dulu," kata Bik Ijah."Alif menunggu di kamar Bibik, Ya?""Kenapa?""Alif tidak mau ketahuan Papa, nanti dia marah lagi," kata Alif sambil menunduk."Ya, sudah." Bik Ijah juga kadang tidak tega kalau Alif dimarahi Fauzan, pria itu suka kalap kalau marah.Selagi Bik Ijah di dapur, Alif mengamati semua kamar Bik Ijah. Matanya membulat sempurna ketika melihat ada HP Nok*a blacksenter
Read more
Bertemu Alif
"Aaaliiiiif!"Teriak Rahma ketika melihat Alif tengah menunggunya di bangku taman. Rahma langsung keluar pintu dan menutupnya dengan kuat membuat Bastian menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya."Aaaliiif!" teriak Rahma, langsung memeluk anak lelaki itu."Bundaaa!" Anak itu balas memeluknya erat."Bunda kangen sayang.""Alif juga ... Bun, kenapa Bos Bastian ada di sini?" tanya Alif ketika melihat Bastian menuju ke arahnya."Halo, Alif?" sapa Bastian mengacak rambut anak itu."Sayang, maaf ... Bunda tidak bisa ngabarin kamu, Bunda sekarang sudah menikah dengan Bos Bastian, Bunda ingin banget kamu hadir saat ijab kabul," kata Rahma menerangkan."Benarkah? Alif senang mendengarnya, yang penting Bunda bahagia," kata Alif berbinar matanya."Bos, jangan buat Bundaku sedih ya?" lanjutnya."Kok Bos? Aku ini menikahi Bundamu loh, jadi panggil Ayah," kata Bastian."Iya, Ayah," kata Alif membuat Bastian memeluk an
Read more
Kekacauan di Resepsi Pernikahan
Malam itu sekitar jam sebelas malam Alif menelpon. Bastian meminta Rahma mengeraskan suara agar dia ikut mendengar."Sayang, kau menelpon diam-diam, kan?" tanya Rahma."Ya iyalah, Bun. Mana berani aku menelpon terang-terangan. Tapi aku lebih bebas sekarang.""Bebas kenapa?" tanya Rahma"Papa sama Mama sedang pergi bulan madu, mereka pergi tiga hari ke Bali," kata Alif."Oya? Kok Alif tahu bulan madu, sih?" tanya Rahma tertawa cekikikan sambil menjewer telinga Bastian. Lelaki itu ikut mencubit pinggang Rahma sambil tertawa tertahan."Ya tahulah, Bun. Bulan madu itu kan liburan sesudah nikah, kan?" ujar Alif."Oooo?" kata Rahma dan Bastian berbarengan mereka masih tersenyum dan saling memberi kode."Kapan mereka berangkat?" tanya Rahma"Tadi siang, Bun. Oya, kapan Bunda sama Ayah akan bulan madu?" tanya Alif membuat mereka saling pandang terdiam sejenak."Kalau Bunda dan Ayah, kan resepsi pernikahan belum digelar. O
Read more
Kondisi Pak Sagala
"Pak Sagala mengalami koma lagi, kami akan melakukan observasi menyeluruh," kata Dokter Ilham, dokter yang biasa menangani Pak Sagala."Bagaimana jika Mas Saga kami rujuk ke Jerman, Dok?" kata Tante Lirna."Ya Bagus itu, teknologi pengobatan jantung di Jerman sudah canggih, Dokter spesialis jantung di sana bagus-bagus. Bahkan mereka menciptakan jantung buatan," kata Dokter Ilham"Bagaimana, Bas? Mbak Asti?" tanya Tante Lirna"Aku tidak tahu, Tante ... kalau Papa dibawa ke Jerman, aku gak mungkin bisa menungguinya. Aku juga ingin mengurus Papa, Tante ... tapi aku juga musti mengurus Perusahaan," keluh Bastian."Kamu di sini saja ngurus perusahaan, Bas. Biar Tante sama Bunda Asti yang mengurus Papamu. Ini demi kebaikan Papamu. Tante ingin Mas Saga cepat sembuh. Hanya Mas Saga satu-satunya saudara yang Tante punya, Bas. Tante tidak mau kehilangan dia," kata Tante Lirna sambil memeluk Bastian."Benar, Bas. Apa yang dikatakan Tantemu itu. Bunda j
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status